Terapi Gestalt Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls
Terapi Gestalt • Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls • Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan fenomenologi • Bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.
• Asumsi dasar terapi gestalt adalah bahwa individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. • Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaanya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami masa sekarang.
• Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memilki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.
• Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah, dan karenanya menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. • Sasaran dasarnya adalah menantang klien agar berpindah dari "didukung oleh lingkungan" kepada "didukung oleh diri sendiri"
• Konsep utama terapi Peris adalah • Unfinished business yang tercakup didalamnya adalah emisi-emosi, peristiwa-peristiwa, ingatan-ingatan (memories), yang terhambat dinyatakan oleh individu yang bersangkutan. • Avoidance atau penghindaran adalah segala cara yang digunakan oleh seseorang untuk melarikan diri dari Unfinished business. • Bentuk-bentuk avoidance antara lain phobia, melarikan diri, mengganti terapist, mengubah pasangan.
• Garis-garis besar terapi Gestalt • 1. Fase pertama : membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Situasi mengandung komponen emosional dan intuitif.
• 2. Fase kedua : melaksanakan pengawasan , konselor berusaha meyakinkan atau memaksa klien mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Dua hal yang harus dilakukan : • · Menimbulkan motivasi pada klien. • · Menciptakan rapport yaitu hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
• 3. Fase ketiga : klien didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan terapi saat ini, bukan menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang. • 4. Fase terakhir : setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, perasaannya, maka terapi ada pada fase terakhir. • Pada fase ini klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. • Klien harus memiliki kepercayaan pada potensinya. Menyadari diriny, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya, perasaannya, pikiran-pikirannya.
- Slides: 8