TEORI PERKEMBANGAN v Perkembangan Fisik Kognisi Psikososial Moral
TEORI PERKEMBANGAN v. Perkembangan Fisik Kognisi Psikososial Moral Wasmana
PENGERTIAN PERKEMBANGAN Papalia (2014, hlm. 5) mengemukakan bahwa “Perkembangan manusia adalah proses seumur hidup, sebuah proses yang dikenal sebagai perkembangan rentang kehidupan. ” Slavin (2009, hlm. 40) mengemukakan bahwa “Perkembangan merujuk ke bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya, melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, perkembangan kognisi (pemikiran), dan perkembangan bahasa. ” Perkembangan merupakan suatu proses pertumbuhan, meningkatnya kemampuan menyesuaikan diri, dan adanya perubahan sepanjang hidup.
PRINSIP PERKEMANGAN Hurlock (1978, hlm. 23) mengemukakan bahawa prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, prinsip tersebut adalah: 1. Perkembangan melibatkan perubahan. 2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya. 3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. 4. Pola perkembangan dapat diramalkan. 5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan. 6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan. 7. Periode pola perkembangan. 8. Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial. 9. Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang potensial. 10. Kebahagian bervariasi pada berbagai periode perkembangan.
PRINSIP PERKEMANGAN Hurlock (1978, hlm. 23) mengemukakan bahawa prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, prinsip tersebut adalah: 1. Perkembangan melibatkan perubahan. 2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya. 3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. 4. Pola perkembangan dapat diramalkan. 5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan. 6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan. 7. Periode pola perkembangan. 8. Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial. 9. Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang potensial. 10. Kebahagian bervariasi pada berbagai periode perkembangan.
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN HURLOCK PAPALIA FISIK KOGNISI SOSIAL PSIKOSOSIAL
MASALAH PERKEMBANGAN. N A T U R E RISK FACTOR N U R T U R E PROTECTIVE FACTORS
PERKEMBANGAN FISIK Prenatal (conception-280 day) Infancy (0 -10 to 14 day) Babyhood (2 week- 2 year) Childhood (2 year-adolesence) Adolesence (13 -21 year) girl (14 -21 year) boy Adulthood (21 -25 year) Middle age (25 -30 year) Old age (30 year- old) • Tinggi dan berat badan • Velume otak • motorik Germinal (pembuahan -2 mingggu) Prenatal Embrionik (2 -8 mingggu) Janin (8 mingggu-lahir)
PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET Piaget (dalam Slavin, 2009, hlm. 42) mengemukakan bahwa “Perkembangan kognisi merupakan kecerdasan atau kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. ” CARA DASAR PENGORGANISASIAN DAN PENGOLAHAN NFORMASI . ADAPTASI SKEMA ASIMILASI LINGKUNGAN AKOMODASI
PERIODE PERKEMBANGAN KOGNISI MENURUT PIAGET em Tida k an per t pe gk im pe nga an b pe la r ng tih uh a ala n , in dan ma n so ter sia ak bu l, d si da an ya Periode operasi formal (11, 0 -dewasa) Periode operasi konkret (7, 0 -11, 0 tahun) Periode Pra operasional (2, 0 -7, 0 tahun) Periode Sensorimotor (0 -2, 0 tahun) gi rba ne si ear ika l pl an: ed Im idik ter n nd ce pe m
PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET VS. VYGOTSKY PIAGET PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN VYGOTSKY PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN KOGNISI VYGOTSKY PERKEMBANGAN KOGNISI DAN PENGGUNAAN PEMIKIRAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MENGENDALIKAN TINDAKAN (self-regulasi). PEMBELAJAR SOSIAL BUDAYA ANAK-ANAK SCAFFOLDING LINGKUNGAN; GURU, ORANG LEBIH DEWASA, ORANG KEMAMPUAN LEBIH PEMBELAJARAN KOOPERATIFE ZPD
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIK H. ERIKSON. PSIKOSEKSUAL (DORONGAN SEKSUAL) PSIKOSOSIAL (PERKEMBANGAN SOSIAL ID EGO 0 -DEWASA AWAL KRISIS SUPEREGO 0 -DEWASA AKHIR Pandangan di atas terlalu memperhatikan aspek lingkungan (teori empirisme) Vs. Freud (teori Nativisme). Papalia (2014, hlm. 10) mengemukakan bahwa “Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan terutama yang berkaitan dengan heriditas, pengaruh lain yang lebih besar adalah lingkungan. ” Kepercayaan vs. ketidak percayaan (0 -18 BL) Otonomi vs. Keraguan (18 BL-3 TH) Inisiatif vs. rasa bersalah (3 -6 TH) Kemegahan vs. imperioritas (6 -12 TH) Identitas vs. kebingungan peran (12 -18 TH) Keintiman vs. keterasingan (dewasa awal) Daya regenerasi vs. kesibukan diri (Dw. Pertengahan Integritas vs. keputusasaan (DW. Akhir)
PERKEMBANGAN MORAL Moral secara etimologis dari bahasa Latin “mores” yang artinya tatacara, kebiasaan, dan adat. Purwadarminto (dalam Sunarto, 2008, hlm. 169) mengemukakan bahwa “Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. ” KECERDASAN PERILAKU PERASAAN PIKIRAN USIA MORAL
PERKEMBANGAN MORAL PIAGET Piaget (dalam Slavin, 2006, hlm. 51) mengemukakan bahwa “Struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. ” Tahap-tahap Perkembangan Moral Piaget Tahap heteronom (tahap realisme moral) Anak Kecil Tahap Otonom (tahap independensi moral) Anak Besar Didasarkan pada hubungan paksaan Didasarkan pada hubungan kerjasama dan pengakuan bersama terhadap kesataraan diantara individu-individu yang otonom. Tercermin ke dalam sikap rasionalisme moral. Tercermin dalam sikap moral yang rasional, Kejahatan dinilai berdasarkan bentuk objektif dan konsekwensi tindakan. Kejahatan dipandang sebagai sesuatu yang terkait dengan maksud pelakunya; keadilan didefinisikan sebagai perlakuan setara atau kesediaan mempertimbangkan kebutuhan individu. Hukuman dilihat sebagai konsekuensi otomatis pelanggaran, dan keadilan dipandang sebagai sesuatu yang melekat. Hukuman dilihat sebagai sesuatu dipengaruhi oleh maksud manusia. yang
PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG Kohlberg (dalam Slavin, 2009, hlm. 70) mengemukakan bahwa “Perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional. ” MORAL prekonvensional postkonvensional 1. Orientasi hukum dan ketaatan 3. Orientasi anak baik 5. Orientasi kontrak sosial 2. Orientasi relativis 4. Orientasi hukuman dan keteraturan 6. Orientasi prinsip etika universal Kritik Slavin (2009, hlm. 74) mengemukakan bahwa “Salah satu kelemahan karya Kohlberg ialah bahwa hal itu kebanyakan melibatkan anak laki-laki. ” Arnold (dalam Slavin, 2009, hlm. 74) mengemukakan bahwa “Kelemahan utama dari teori Kohlberg, bahwa teori tersebut berkaitan dengan penalaran moral bukannya dalam perilaku aktual. ” Jadi: Penalaran moral Kohlberg sulit dibuktikan dengan kasat mata karena bukan dalam perilaku aktual.
DISKUSI
TERIMAKASIH Make Presentation much more fun 31 SEPTEMBER 2015
- Slides: 17