TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF PERTEMUAN 9 Dr RATNAWATI

  • Slides: 16
Download presentation
TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF PERTEMUAN 9 Dr. RATNAWATI SUSANTO, M. M. , M. Pd

TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF PERTEMUAN 9 Dr. RATNAWATI SUSANTO, M. M. , M. Pd PGSD - FKIP

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN. 1. Menjelaskan makna teori dalam penelitian kualitatif. 2. Merumuskan kajian

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN. 1. Menjelaskan makna teori dalam penelitian kualitatif. 2. Merumuskan kajian teori dalam penelitian kualitatif, yang meliiputi: deskripsi konseptual dan subfokus penelitian dan hasil penelitian yang relevan.

TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF A. Teori dalam Penelitian Kualitatif • Teori dalam penelitian kualitatif

TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF A. Teori dalam Penelitian Kualitatif • Teori dalam penelitian kualitatif harus bersifat holistik dan jumlah teori harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan. • Peneliti kualitatif harus menguasai semua teori sehinga wawasannya menjadi lebih luas. • Teori bagi peneliti kualitatif berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. • Namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen, wawancara dan observasi.

 • Peneliti kualitatif dapat berlaku memperoleh data “bukan sebagaimana yang seharusnya” dan “bukan

• Peneliti kualitatif dapat berlaku memperoleh data “bukan sebagaimana yang seharusnya” dan “bukan ebrdasarkan apa yang dipikirkan peneliti” melainkan berdasarkan “sebagaimana adanya di lapangan, sebagai yang dialami, dirasakan dipikirkan oleh partisipan/sumber data”. • Maka peneliti kualitatif adalah “human instrumen” yang baik dan data yang terkumpul bisa bersifat subjektif dan instrumen pengumpul datanya adalah peneliti itu sendiri. • Landasan teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif bukan harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti kualitatif dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial.

Landasan teoritik • Setiap ilmuwan mempunyai kebiasaan membaca dan mengkaji berbagai literatur dalam bidangnya.

Landasan teoritik • Setiap ilmuwan mempunyai kebiasaan membaca dan mengkaji berbagai literatur dalam bidangnya. Dalam proses tersebut ia akan menemui berbagai hasil penelitian, teori, dan permasalahan yang berkaitan dengan itu. Karena itu dengan mudah ia akan dapat menentukan masalah-masalah yang perlu diteliti. Setiap masalah penelitian mempunyai kaitan dengan teori. Teori-teori yang terdapat dalam literatur seringkali berlawanan sifatnya. Dengan perkataan lain mengenai satu hal, misalnya terdapat teori-teori yang berlawanan arahnya. Perbedaan (gaps) antara teori-teori tersebut merupakan masalah yang dapat diteliti.

Perbedaan tersebut, apabila dirumuskan dapat menjadi masalah penelitian. Karena itu teori-teori tersebut merupakan sumber

Perbedaan tersebut, apabila dirumuskan dapat menjadi masalah penelitian. Karena itu teori-teori tersebut merupakan sumber dimana masalah dan hipotesis dapat ditemukan. Dengan perkataan lain masalah dan hipotesis penelitian harus mempunyai landasan teori. • Bagian landasan teoritik memuat tentang teori dasar yang relevan yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, proposi, konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan untuk mencegah replikasi. Teori yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer. Mencantumkan nama sumbernya. Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada panduan yang digunakan.

CONTOH BAB II. PENELITIAN KUALITATIF B. Rumusan Kajian Teori Penelitian Kualitatif. 1. Deskripsi Konseptual

CONTOH BAB II. PENELITIAN KUALITATIF B. Rumusan Kajian Teori Penelitian Kualitatif. 1. Deskripsi Konseptual dan Subfokus penelitian 2. Hasil Penelitian yang Relevan

A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian Contoh Fokus Penelitian Contoh pertama berikut ini adalah

A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian Contoh Fokus Penelitian Contoh pertama berikut ini adalah fokus yang dipilih oleh seorang peneliti. Peneliti ingin memahami dunia panti yatim piatu secara lebih baik. Fokus berikut ini dia buat setelah melakukan pengkajian kepustakaan yang relevan, dan jugs mengamati secara sepintas beberapa panti yatim piatu sebagai studi awal. Contoh berikut ini telah disederhanakan begitu rupa sehingga terkesan sangat singkat. Pada kenyataannya, deskripsi tentang fokus ini bisa cukup panjang dan kaya dengan data-data empiris hasil pengamatan awal (preliminary research).

A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian Profil panti yatim piatu. Sebuah studi kasus di

A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian Profil panti yatim piatu. Sebuah studi kasus di panti AL Mubarokah, Pondok Cabe, Jakarta Selatan. Memelihara anak yatim piatu adalah kewajiban bagi kita semua. Pengadaan panti-panti yatim piatu juga menjadi kewajiban. Sudah cukup banyak jumlah panti, tetapi kita tidak banyak mengetahui tentang panti-panti ini. Penelitian ini berusaha memahami berbagai aspek di seputar yatim piatu, yang dalam hal ini dibatasi pada satu panti, yaitu panti AL Mubarokah, di Jakarta Selatan. Beberapa pertanyaan utama yang akan di coba di jawab melalui penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana panti ini dikelola? 2. Bagaimana pengasuh panti memperoleh dana dan bagaiman pengelolanya? 3. Hambatan apa saja yang dihadapi panti? 4. Bagaimana pandangan anak-anak asuhan panti terhadap pengasuh dan sesama mereka (sama anak yatim/piatu)? 5. Bagaimana panti mengurus pendidikan anak-anak asuhannya? 6. Bagaimana peran pemerintah dalam urusan panti asuhan ini? 7. Bagaimana peran lembaga non pemerintah (NU, Muhamadiyah, LSM) dalam urusan panti ini? Apakah mereka terlibat? Sejauh apa?

Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara

Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori -teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu: Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. .

Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yang terdiri

Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu: 1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). 2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal).

3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada

3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Kemampuan mengontrol perilaku 2. Kemampuan mengontrol stimulus 3. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian 4. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian. 5. Kemampuan mengambil keputusan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian terdahulu/Kajian Empirik Seiring dengan hal di atas,

B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian terdahulu/Kajian Empirik Seiring dengan hal di atas, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan merupakan suatu langkah penting untuk memperkaya pengetahuan peneliti. Dalam kasanah metodologi antara kajian teori dengan kajian empirik tersebut adalah koheren. Kajian-kajian tersebut (baik teori-empirik) merupakan modal argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi yang dapat dirumuskan dalam kerangka berpikir, yang disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan.

Bagian ini memuat tentang fakta-fakta atau hasil kajian empirik yang relevan dengan judul/topik penelitian.

Bagian ini memuat tentang fakta-fakta atau hasil kajian empirik yang relevan dengan judul/topik penelitian. Hasil-hasil penelitian terdahulu sangat berguna bagi calon peneliti, khususnya didalam melihat tentang adanya celah penelitian atau riset yang bersumber dari jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Bagian ini berisi tentang : nama peneliti/penulis, judul/topik, alat/metode analisis dan hasil penelitian tersebut. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan.

Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria yakni: 1. Prinsip kemutaakhiran

Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria yakni: 1. Prinsip kemutaakhiran (kecuali untuk penelitian historis) 2. Prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran sangat penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Dengan prisip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasarkan teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi dipergunakan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

Selesai

Selesai