Teori Belajar Teori Behavioristik Oleh Kelompok 3 Adhitya
Teori Belajar Teori Behavioristik Oleh: “ Kelompok 3 “ Adhitya Pratama Ridhwan Abdurrahman Yusuf Nugroho Kawitanto Dosen Pengampu : Iswadi, M. Pd Program Studi Matematika STKIP Kusuma Negara Jakarta 2018
Teori Behaviorisme? • Merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmani dan mengabaikan aspek mental. • Belajar semata-mata melatih relfeks sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai. • Kebiasaan atau perilaku manusia adalah hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanupulasi dan mengkreasi kondisi belajar.
Ciri Rumpun Teori Behaviorisme : 1. 2. 3. 4. Mengutamakan unsur atau bagian terkecil Bersifat mekanistik Menekankan peranan lingkungan Mementingkan pembentukan reaksi atau respon 5. Menekankan pentingnya latihan
Belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans.
Pengertian Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus -responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
• Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000: 143). • Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. • Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
• Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. • Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) dan pelemah (punishment).
• Penguat terdiri dari penguat positif dan penguat negatif. Pada penguat positif, perilaku yang diharapkan terbentuk karena diikuti oleh stimulus yang menyenangkan. • Penguat negatif membentuk perilaku yang diharapkan karena siswa ingin menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.
• Beda antara penguat positif dan negatif: pada penguat positif, siswa berperilaku positif untuk mendapatkan stimulus yang menyenangkan; sedangkan pada penguat negatif, siswa berperilaku positif untuk menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Beda antara penguat negatif dan punishment: Penguat negatif adalah untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan, sedangkan punishment adalah untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan. • Agar penguat bekerja efektif, penguat harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul (prinsip kontingensi).
Mempertahankan perilaku yang diharapkan : a. Melalui penguatan intrinsik b. Penguatan intermitten c. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan d. Extincion e. Cueing f. Punishment
Tokoh Behavioristik Beserta Pemikirannya • Edward Lee Thorndike – Teori Koneksionisme • Watson – Teori Belajar • Clark Hull – Teori Belajar • Edwin Guthrie – Kontiguitas • Burrhus Frederic Skinner – Operant Conditioning
E. Edward Lee Thorndike – Teori Koneksionisme Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and Error atau secara aslinya disebut learning by selecting and connecting. Dalam eksperimennya, Thorndike mengajukan adanya 3 macam hukum yang sering disebut dengan hukum primer dalam belajar : • Hukum Kesiapan (law of readiness) • Hukum Latihan (law of exercise) • Hukum Akibat (law of effect)
Teori Belajar Menurut Watson, belajar ialah proses interaksi antara stimulus dan respons, namun keduanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Jadi walau dia mengakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang saat belajar, namun dia menganggap itu sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karna tidak dapat diamati.
Teori Belajar Menurut Clark Hull juga menggunakan hubungan antara stimulus dan respons untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia terpengaruh teori evolusi darmin, Menurut Hull semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walau respon yang muncul dapat bermacam-macam.
Edwin Guthrie – Kontiguitas Kunci teori Guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai gerakan dari pada sebagai respon. Prinsip kontiguitas menyatakan bahwa suatu kombinasi elemen-elemen stimulus di sertai dengan gerakan, sekuens gerakan berulang, bila di hadapkan pada elemen stimulus yang sama.
Burrhus Frederic Skinner – Operant Conditioning Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Burrhus Frederic Skinner – Operant Conditioning Dari eksperimen yang dilakukan B. F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: • Law of operant conditining • Law of operant extinction
Beberapa prinsip Belajar Skinner antara lain : a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat. b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. d. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. e. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri. f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer. g. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: 1. Reinforcement and Punishment; 2. Primary and Secondary Reinforcement; 3. Schedules of Reinforcement; 4. Contingency Management; 5. Stimulus Control in Operant Learning; 6. The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Implikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran • 1. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar. • 2. Peserta didik dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik • 3. Teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. • 4. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes • 5. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.
Analisis Teori Behavioristik Teori behavioristik seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks dan kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi belajar. Teori ini juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, tidak kreatif dan tidak produktif.
Rangkuman Aliran Behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
TERIMA KASIH
- Slides: 23