Teori Belajar Konstruktivistik Kelompok 1 Erwanda Nur Khofifah

Teori Belajar Konstruktivistik Kelompok 1 Erwanda Nur Khofifah Hidayatun Nahdia 20178300026 20178300049 Dosen Pengampu Iswadi, M. Pd Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Kusuma Negara Jakarta 2018

Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme Asal kata konstruktivisme adalah “to construct” yang artinya membangun atau menyusun.

Menurut Carin (dalam agriamurti, 2009) bahwa teori konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang menekankan bahwa siswa sebagai pembelajar, tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapati, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual.

Menurut Von Glaserfeld (dalam agriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentuk) kita sendiri.

Definisi teori konstruktivisme dari beberapa ahli (Lamijan, 2015) Jean Piaget menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 1, No. 2, 2016

Lev Vygotsky berkata ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu. 1. Zone of Proximal Development (ZPD), kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu; dan 2. Scaffolding, pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 1, No. 2, 2016

John Dewey bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam Kurikulum harus saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (SCL=Student Centered Learning) dalam konteks pengalaman sosial. Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 1, No. 2, 2016

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, teori konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.

Perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional (behavioristik) dengan pembelajaran konstruktivisme Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Konstruktivisme Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju kebagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas. Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan. Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya. Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing. Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan. Siswa-siswi biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada grup proses dalam belajar. Siswa-siswi banyak belajar dan bekerja di dalam grup proses. Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 1, No. 2, 2016

Dengan demikian, belajar menurut teori ini bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap induvidu.

Pengetahuan hasil dari “pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu (Iswadi, 2017).

Tujuan dari teori ini adalah : 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. 3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. 4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.

Ciri-ciri Pembelajaran Secara Konstruktivisme 1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui pengalaman. 2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran. 3. Menyokong pembelajaran yang koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid. 4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar suatu ide.

5. Mengalakkan dan menerima daya usaha dan autonomi murid. 6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru. 7. Menganggap pembelajaran sevagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran. 8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

Ciri-ciri belajar berbasis konstruktivisme menurut Driver dan Oldham (1994): Berikut ini ciri-ciri belajar berbasis konstruktivisme menurut Driver dan Oldham (1994): a. Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topic dan memberikan kesempatan melakukan observasi. b. Elisitasi, yaitu mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi menulis, membuat poster dan lain-lain. c. Restrukturisasi ide, yaitu klasifikasi ide dengan ide orang lain dengan membuat ide baru, mengevaluasi ide baru. d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada berbagai macam situasi. e. Review, yaitu mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah. Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 1, No. 2, 2016

Ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivisme menurut beberapa literatur Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa literatur yaitu: a. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya. b. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia. c. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman. d. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain. e. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah. (Yuleilawati, 2004 : 54). Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 1, No. 2, 2016

Prinsip-prinsip Konstruktivisme 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri. 3. Murid aktif mengkonstruksi secara teris menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

4. Guru sekadar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar. 5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7. Mencari dan menilai pendapat siswa. 8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua prinsip yang telah disebutkan di atas, satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus membangun pengetahuan itu di benaknya sendiri.

Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivistik Kelebihan : 1. Berpikir 2. Paham 3. Ingat 4. Kemahiran sosial 5. Seronok (menyenangkan)

Kelemahan : Peran guru pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

Daftar Pustaka Iswadi. 2017. Teori Belajar. Bogor : In Media Hikmah Uswatun Ummi dan Indrya Mulyaningsih. 2016. penerapan Teori Konstruktivistik Pada Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN Cirebon. Journal Indonesian Language Education and Literature. 1(2): 162 -172.

TERIMA KASIH
- Slides: 25