Tahapan Konseling Trauma Adhyatman Prabowo M Psi 1
Tahapan Konseling Trauma Adhyatman Prabowo, M. Psi
1. Introductory phase 7. Reentry phase 6. Teaching or educational phase 5. Symptom phase 2. Fact phase 3. Thought phase 4. Feeling phase
1. Introductory phase • Perkenalan • Rapport
2. Fact phase Meminta klien menggambarkan kejadian traumatik yang mereka alami; apa yang mereka lihat dan dengar. Jangan memaksa klien, lakukan dengan perlahan. Contoh pertanyaan : Dapatkah Anda menceritakan kepada saya apa yang terjadi ?
3. Thought phase Fase dimana klien diminta untuk menggambarkan reaksi kognitifnya terhadap peristiwa/kejadian tersebut. Pertanyaan yang dapat diajukan : Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika mengalami kejadian itu ?
4. Feeling phase Menolong klien untuk mengenali emosi-emosi yang menyertai kejadian tersebut. Pertanyaan yang dapat diajukan : Perasaan-persaan apa saja yang Anda rasakan pada saat itu ? Bagaimanakah perasaan Anda sekarang ? Catatan. ! Fase ini adalah saat dimana kita dapat menetralkan keadaan klien dengan menekankan bahwa apa yang dirasakannya adalah reaksi yang normal terhadap suatu kejadian/peristiwa yang di luar normal.
5. Symptom phase Menanyakan reaksi-reaksi klien setelah kejadian Pertanyaan yang dapat diajukan : 1. Apa yang sekarang ini anda rasakan atau keluhkan karena kejadian itu ? (Klien bisa dituntun/dibantu) 2. Usaha-usaha apa yang sudah Anda lakukan untuk mangatasinya ?
6. Teaching or educational phase 1. Menginformasikan kepada klien bahwa trauma yang telah diceritakannya (flashback) adalah suatu bentuk dari memori. Tugas konselor adalah menormalisasi dan mereframe flashback dalam upaya penyembuhan dari pengalaman traumatiknya agar mereka dapat mengembangkan hidupnya lebih lanjut. Membuat klien menyadari kejadian traumatiknya adalah sangat penting sebagai suatu transisi kehidupan dan hal itu normal saja.
next 2. Klien diajak untuk berani menghadapi perasaan-persaannya yang ditekan akibat trauma. Hal ini bukan persoalan mudah karena kebanyakan mereka tidak mau atau takut untuk merasakan emosi itu kembali (takut terluka kembali atau kehilangan kontrol). Tapi yang terpenting bagi klien adalah ia perlu menghadapi emosi-emosi negatifnya. Contoh-contoh emosi yang biasa dirasakan orang yang mengalami trauma adalah: marah, cemas, takut, sedih, berduka.
next 3. Mengajak klien melakukan bentuk coping lain; tidak hanya bertahan pada mekanisme pertahanan diri saja (menangis, marah). Klien diajak untuk mampu membicarakan kejadian traumanya dengan orang lain, membaca tulisan-tulisan atau melihat televisi yang berkaitan dengan kejadian traumanya. Jika klien mampu melakukannya, mereka akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kejadian traumatiknya dan mampu mengurangi perasaan-perasaan negatifnya.
next 4. Menolong klien untuk mengidentifikasi pemicu reaksi-reaksi traumanya dan mengajari bagaimana mengendalikan. Cara-cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengajari klien relaksasi, menarik nafas dalam-dalam dengan diikuti self-talk. 5. CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif dan exposure dapat dilakukan bila ada distorsi kognitif dan perilaku penghindaran yang cukup berat.
7. Reentry phase Fase dimana kita dapat mengetahui keberhasilan penanganan kita, yaitu dengan melihat: 1. The cognitive stage Klien sudah mampu menghadapi traumanya, mengingatnya, bahkan merekonstruksinya secara mental. Bentuk-bentuk kemajuan klien misalnya: sudah bisa membicarakan kejadian traumanya dengan orang lain, memberikan gambaran kejadian traumanya atau membaca tulisan yang berkaitan dengan kejadian traumatiknya. 2. The emotional stage Klien sudah mampu menghadapi emosi-emosi negatifnya. Menerima kejadian trauma sebagai kenyataan; menerima emosi-emosi negatifnya sebagai bagian dari kejadian tersebut dan sebagai sesuatu yang wajar. Tidak lagi melakukan “denial” terhadap emosi-emosi negatifnya. 3. The mastery stage Tingkat dimana klien mampu menemukan arti dari pengalamannya dan mengembangkam perspektif sebagai orang yang selamat dan mampu bertahan daripada sebagai korban semata. Klien mampu membuat keputusan sendiri, bertumbuh, berubah, dan memiliki arahan-arahan baru untuk hidupnya.
- Slides: 12