SYARIAH DAN IBADAH Oleh Oneng Nurul Bariyah 2020
SYARI’AH DAN IBADAH Oleh: Oneng Nurul Bariyah 2020
MATERI • Pengertian Ibadah • Kedudukan Ibadah • Hikmah ibadah dlm Islam
ISLAM IHSAN AKHLAK SALAT PUASA ZAKAT HAJI JIHAD MENUTUR AURAT DLL T A U H I D / A Q I D A H / IMAN 2/020 SYARIAH NILAI DASAR SISTEM = PILAR FILSAFAT SISTEM = FONDASI 3
AJARAN ISLAM Skema ISLAM AKIDAH (IMAN) SYARI’AH (ISLAM) AKHLAK (IHSAN) FIQIH IBADAH 02/2020 MU’AMALAH 4
SYARI’AH syari’ah sbg konsep dasar hukum yg bersumber dari Allah dan Rasul Nya. Istilah syari’at terkadang disebut dgn Fikih. Pada awalnya fikih sbg hukum yg meliputi seluruh ajaran agama, selanjutnya konsep fikih mengalami perkembangan yg diartikan sbg hkm 2 syara’ yg memerlukan renungan mendalam, pemahaman serta ijtihad sehingga fikih digunakan utk term hukum yg bersifat amaliyah
PENGERTIAN FIKIH • Fikih menurut bahasa adalah al fahm artinya mengerti (faham). Fikih menurut istilah yaitu: • ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻷﺤﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻟﻌﻤﻠﻴﺔ ﺍﻟﻤﻜﺘﺴﺒﺔ ﻣﻦ ﺍﺩﻟﺘﻬﺎ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻠﻴﺔ Artinya: “Pengetahuan hukum syara’ yang bersifat operasional yang diambil dari dalilnya secara terperinci. ” Ulama ushul fikih mengartikan fikih sbg hukum praktis hasil ijtihad ahli, sementara ahli fikih menilai fikih sbg kumpulan hkm islam yg mencakup semua aspek hkm syar’i baik yg tekstual maupun hasil penalaran teks itu sendiri
Artinya: Menurut terminologi ushul fiqh, hukum syar’i adalah khitab (kalam) Allah Swt yang berkaitan dengan semuaperbuatan mukallaf, baik berupa iqtidha` (perintah, larangan, anjuran untuk melakukan atau meninggalkan), takhyir (memilih antara melakukan dan tidak melakukan), atau wadh’i (ketentuan yang menetapkan sesuatusebagai sebab, syarat, atau penghalang/māni’).
HUKUM TAKLIFI ﻣﺎ ﺍﻗﺘﻀﻰ ﻃﻠﺐ ﻓﻌﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻜﻠﻒ ﺍﻭ ﻛﻔﻪ ﻋﻦ ﻓﻌﻞ ﺍﻭ ﺗﺨﻴﻴﺮﻩ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻭﺍﻟﻜﻒ ﻋﻨﻪ Hukum Taklifi adalah hukum yang mengandung perintah, larangan, atau memberi pilihan terhadap seorang mukallaf untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat. Misalnya, hukum taklifi menjelaskan bahwa shalat 5 waktu wajib, khamar haram, riba haram, makan minum mubah. . ﻮﺃﻘﻴﻤﻮﺍ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭآﺘﻮﺍ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ
WAJIB Secara etimologi wajib berarti tetap atau pasti. Secara terminologi, sesuatu yang diperintahkan Allah dan Rasul. Nya untuk dilaksanakan oleh mukallaf, jika dilaksanakan mendapat pahala, jika tidak dilaksanakan diancam. Misal, wajib berobat dengan obat yang halal. Landasannya: al Quran surat al Maidah/05: 88 {88} ﻭﺍ ﺍ ﺍﻟﻠ ﻻﻻ ﺍ ﺍ ﻭﺍ ﺍﻟﻠ ﺍﻱ ﻧ ﻭ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya. •
MANDUB. Mandub secara bahasa berarti sesuatu yang dianjurkan. Secara istilah mandub adalah suatu perbuatan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul. Nya dimana akan diberi pahala orang yang melaksanakannya, tetapi tidak dicela orang yang tidak melaksanakannya. Mandub atau nadb disebut juga sunnah, nafilah, mustahab, tathawwu’, ihsan, dan fadhilah. Contoh: melakukan salat sunnah rawatib
HARAM Secara bahasa berarti sesuatu yang dilarang mengerjakannya. Secara istilah, sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya, dimana orang yang melanggarnya diancam dengan dosa, dan orang yang meninggalkannya karena menaati Allah akan diberi pahala. Misal: Haram mengkonsumsi daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, Dasarnya QS. al Maidah: 3
QS. al Maidah: 3 ﺍ ﺍﻟ ﺍﻳ ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍﻭ ﺍ ﺍﻟ ﻳ ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍ “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”. (QS. Al Ma`idah: 3)
MAKRUH Makruh secara bahasa berarti sesuatu yang dibenci. Menurut istilah makruh adalah sesuatu yang dianjurkan syariat untuk meninggalkannya, dimana jika ditinggalkan akan mendapat pujian dan pahala, dan jika dilanggar tidak berdosa. Misalnya: Mengkonsumsi sesuatu yang berlebihan
ISLAM • Islam secara bahasa berasal dari kata salima yg artinya damai, selamat, dan sentosa. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang mencakup semua ajaran yang disampaikan oleh para Rasul mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. • Seluruh ajaran Islam (aqidah, syari’ah & akhlak) bertujuan membebaskan manusia dari berbagai belenggu penyakit mental spiritual dan stagnasi berfikir serta tingkah laku manusia yang tidak baik.
CAKUPAN AJARAN ISLAM: OUR WAY OF LIFE q Islam secara bahasa berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. q Objek penyerahan diri adalah Pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah Swt. q Islam berarti Penyerahan diri kepada Allah Swt (QS. 3: 19; 2: 112). q Islam membimbing seluruh aspek manusia, yakni mengatur hubungan antara : q manusia dengan Allah, q manusia dengan sesama manusia, dan q manusia dengan makhluk lainnya. 7/4/2007 16
CAKUPAN AJARAN ISLAM q Islam terdiri dari Aqidah, Akhlak dan Syari’ah. q Aqidah, Akhlak dan Syari’ah diturunkan untuk mengarahkan manusia ke arah “falah”. q Aqidah : tetap q Syariah : ada yang tetap, ada yang dapat berubah. q Akhlak : cermin diterapkannya aqidah dan syari’ah. q Sifat Syari’ah Islam: q Komprehensif (ritual & sosial) q Universal (luas dan fleksibel) 7/4/2007 17
Hukum 2 Praktis Dlm al Qur’an Hkm ttg ibadah salat, puasa, zakat, haji Hk perorangan: nikah, talak Hkm ttg mu’amalah Jual beli, sewa, dll Hk waris Hkm ttg jinayah (pidana) Hkm ttg tata negara Kebijakan fiskal : kharaj Hkm ttg ekonomi Baitul mal Hkm Internasional ek mikro/makro, konsumsi, produksi, distribusi, dll
IBADAH Arti ibadah menurut bahasa : taat, menurut, mengikut, tunduk dengan setingginya, do’a. Arti taat dapat dilihat pada ayat al Qur’an surat Yasin /36: 60 ﻳ ﺍ ﻱ ﺍ ﻭﺍ ﺍﻟ ﺍ Kata yang bergaris bawah artinya: janganlah kamu mentaati (syaithan)
Arti Ibadah • Ulama tauhid mengartikan ibadah: ﺗﻮﺣﻴﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻣﻊ ﺍﻟﺘﺬﻟﻞ ﻭﺍﻟﺨﻀﻮﻉ ﻟﻪ “Mengesakan Allah, menta’dhimkan Nya dg sepenuhnya ta’dhim serta merendahkan diri kita danmenundukkan jiwa kepada Nya. ” Ulama akhlak mengartikan ibadah: ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﺍﻟﺒﺪﻧﻴﺔ ﻭﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﺎﻟﺸﺮﺍﺋﻊ ”Mengerjakan segala ketaatan yang bersifat badaniyah dan melaksanakan segala syari’at. ”
Arti Ibadah Ulama tasawuf mengartikan ibadah ﻓﻌﻞ ﺍﻟﻤﻜﻠﻒ ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻑ ﻫﻮﻯ ﻧﻔﺴﻪ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﺮﺑﻪ : ”Melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan hawa nafsunya untuk membesarkan Tuhannya. ” Fuqaha (ahli fkih) mengartikan ibadah: ﻣﺎ ﺍ ﺍﻟﻠ ﻭﺍ ﺍ ﺍﻵ ”Segala ketaatan yg dikerjakan untuk mendapatkan keridhaan Allah dan mengharap pahala di akhirat. ”
ARTI IBADAH Arti ibadah yang lengkap yaitu segala sesuatu yang disukai Allah dan yang diridhai Nya baik berupa perkataan, perbuatan, yang terang maupun yg tersembunyi. Maka ibadah itu meliputi perbuatan yg dilakukan dlm hub. Langsung dgn Allah dan ada pula perbuatan yg dilakukan dlm hub. Dgn manusia
Arti Ibadah • Khusus : segala hukum yg dikerjakan untuk mengharap pahala di akhirat, dikerjakan sbg bentuk pengabdian kpd Allah • Umum: Segala hukum yg dilaksanakan atas nama ketetapan Allah dan diridhoi oleh Nya
HAKIKAT IBADAH Yaitu: Ketundukan jiwa yg timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran Nya, karena beri’tikad bahwa alam ini ada kekuasaan yg akal tidak mengetahui hakikatnya. Ibadah adalah hak Allah dan wajib dilakukan oleh hamba.
IBADAH TUJUAN HIDUP MANUSIA Ibadah mrpk tujuan dijadikannya jin manusia. QS. al Dzariyat/51: 56 Allah berfirman: ﺍ ﺍ ﺍﺍﻭ “Dan Aku tiada jadikan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaku. ” Hakikat ibadah berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban atas limpahan karunia yang kita terima. QS. 02/al Baqarah: 21
Sumber Hukum Ibadah Al-Quran al: QS. al Baqar`ah/02: 21 ﺍ ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍﻭﺍ ﺍﻱ ﺍﻳ ﻭ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
METODA PENETAPAN IBADAH • Berdasarkan al quran • Berdasarkan Sunnah Rasul • Berdasarkan Ijtihad atas petunjuk Alquran dan Sunnah
SYARAT DITERIMA IBADAH 1. Ikhlash. QS. al Zumar/39: 11 12 2. Ibadah dilakukan secara sah sesuai petunjuk syara’. QS. al Kahfi/18: 110
HIKMAH IBADAH 1. Membersihkan hati daripada syirik 2. Mensucikan jiwa dari sifat takabur 3. Memudahkan rezeki 4. Menguji keikhlasan 5. Mendekatkan ukhuwah Islamiyah 6. Kebenaran Islam 7. Menghardik orang 2 yg kurang akal 8. Memelihara darah dan kehormatan manusia 9. Memelihara akal, nasab, harta, jiwa, agama 10. dll
MACAM IBADAH • Bentuk dan Sifat Ibadah 1. Ibadah berupa perkataan & ucapan lidah. Misal: Tahmid, tahlil, takbir, khutbah, dll 2. Ibadah berupa perbuatan yg tdk disifatkan dgn suatu sifat. Misal: berjihad di jalan Allah, menolong orang tenggelam, dll 3. Menahan diri dari suatu pekerjaan 4. Ibadah yg melengkapi perbuatan dan menahan dari perbuatan. Misal: I’tikaf
Macam 2 Ibadah 5. Ibadah yg menggugurkan hak. Misal: Melunaskan utang 6. Ibadah 2 yg melengkapi perkataan, khusyu’, menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan bathin dari yang diperintahkan kita menghadapinya.
SIFAT IBADAH & KEADAANNYA 1. Muadda: ibadah yg dikerjakan dlm waktu yg ditetapkan syara’ 2. Maqdli: ibadah yg dilakukan di luar waktu yg ditetapkan syara’ 3. Mu’aad: yg diulangi sekali lagi dlm wkt utk menambah kesempurnaannya 4. Muthlaq: ibadah yg tdk diqayidkan wktnya 5. Muwaqqat: ibadah yg ditentukan wktnya dgn wkt terbatas. Mis: puasa Ramadhan
lanjutan 6. Muwassa’ : ibadah yg lebih luas wkt pelaksanaannya. Misal shalat lima waktu dpt dilakuakn awal wkt, tengah, akhir 7. Mudhayyaq: waktu yg sebanyak fardhu yg diwajibkan. Mis: puasa Ramadhan 8. Dzusyibhain: memiliki persamaan mudhayyaq dan muwassa’. Mis: haji 9. Mu’ayyan: yg tertentu dituntutnya oleh Syara’
lanjutan 10. Mukhayyar : Boleh memilih mana yg disukai. Misal: kafarat 11. Muhaddad: dibatasi oleh syara’ qadarnya. Misal: salat, zakat wajib. 12. Ghair muhaddad: yg tdak dibatasi qadarnya. Mis: shadaqah 13. Murattab: hrs dikerjakan mnrt tertib. Mis: kafarat jima’ di bln Ramadhan
IBADAH HAK ALLAH KEWAJIBAN MANUSIA Ibadah dinilai sbg hak Allah semata, yakni dilakukan untukmemenuhi hak Allah, Tuhan yg Ma’bud. Ibadah sbg hak Allah semata: ma’rifat, iman, dll Ibadah tdd hak Allah & hamba: zakat, shadaqah Ibadah tersusun dari hak Allah, hak Rasul, dan hamba. Mis: Adzan, Iqamah, Jihad
HAK MAKHLUK 1. Hak diri sendiri spt menutup aurat 2. Hak orang lain: hak sebagian kita para mukallaf dari sebagian yg lainnya, spt: mendatangkan kemaslahatan 3. Hak binatang: memberi makan
Ibadah Dari Aspek Hubungan • Ibadah Mahdhah yaitu ibadah yang dilakukan secara langsung kepada Allah dan tatacara dan ketentuannya sudah ditentukan secara pasti dan tidak pernah berubah. Contoh ibadah salat, puasa, haji. Landasannya adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ﺍ ﻻ ﺍ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻋﻦ ﺍ ﻭ ﺍﻟ Dari Bunda Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang melakukan amal ibadah yang tidak kami ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal ibadah yang tertolak. ” (HR. Muslim, no. 4590)
Prinsip Ibadah Mahdhah a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al Quran maupun al Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: 64 ﻭﻣﺎﺍﺭﺳﻠﻨﺎ ﻣﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻻ ﻟﻴﻄﺎﻉ ﺑﺎﺫﻥ ﺍﻟﻠﻪ … ﺍﻟﻨﺴآﺀ Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64). 7 ﻭﻣﺎ آﺘﺎﻛﻢ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻓﺨﺬﻭﻩ ﻭﻣﺎ ﻧﻬﺎﻛﻢ ﻋﻨﻪ ﻓﺎﻧﺘﻬﻮﺍ…ﺍﻟﺤﺸﺮ Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7). Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda: . ﺧﺬﻭﺍ ﻋﻨﻰ ﻣﻨﺎﺳﻜﻜﻢ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ. ﺻﻠﻮﺍ ﻛﻤﺎ ﺭﺍﻳﺘﻤﻮﻧﻰ ﺍﺻﻠﻰ Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Prinsip Ibadah Mahdhah c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat. d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi
Macam macam Ibadah Mahdhah Wudhu, Tayammum, Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca al Quran, I’tikaf Shiyam ( Puasa ), Haji, Umrah, dan Tajhiz al Janazah
Ibadah Ghair Mahdhah Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya
Prinsip prinsip dalam ibadah ini, ada 4: a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan. b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
Prinsip Ibadah Ghair Mahdhah c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik buruknya, atau untung ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan. d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
FUNGSI IBADAH Ibadah secara fungsional adalah menumbuhkembangkan nilai ketauhidan mengokohkannya dalam jiwa Fungsi ibadah, terkait dengan fungsi dan kedudukan manusia sebagai ‘abdullāh (hamba Allah). Ada empat macam hamba Allah, sebagai berikut; (a) hamba karena hukum, yakni budak; (b) hamba karena penciptaan, yakni manusia dan seluruhmakhluk ciptaan Tuhan; (c) hamba karena pengabdian kepada Allah, yakni orang beriman yang menunaikan hukum Tuhan dengan ikhlas; dan (d) hamba karena memburu dunia dan kesenangannya
Nilai nilai Spiritual Ibadah Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tauhiedul ilaah” (Ke. Esaan Allah). ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah , sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan: a. Tauhidul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
lanjutan b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu. Artinya, gerak langkah manusia dalam satu prinsip ketaatan kepada Allah.
lanjutan c. Tauhidul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al Quran. Artinya, setiap perkataan bernilai ajaran agama.
Kaidah kaidah Fikih Dalam Ibadah • ﺍﻷ ﻯ ﻟﺍ ﻟ ﺍ ﻻ ﺍ ﺍ ﺍﻟ ﻟ ﺍ “Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada dalil yang memerintahkan • Dasarnya QS. al Hujurat/49: 1 {1} ﺍ ﺍ ﺍﻳ ﺍﻭﺍ ﻻ ﻭﺍ ﺍﻟﻠ ﻭ ﺍ ﻭﺍ ﺍﻟﻠ ﻳ ﻳ Hai orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Kaidah 2 Fikih Dalam Ibadah ﺍﻷ ﻓﻲ ﺍﺍ ﻟﻻ ﻯ ﻟ ﻷ “Hukum asal dari ibadah adalah batal, hingga tegak dalil (argument) yang memerintahkannya” ( Imam al Suyuthi, dalam al Asybah wa al Nadhair: 44 dan Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam I’lam al Muwaqi’ien Juz 1 hal. 344, Dar al Fikr, Beirut)
lanjutan ﻷ ﻯ ﻟﺍ ﺍﻟ ﻹ ﺍ • “Hukum asal ibadah adalah tauqif dan ittiba’ ( bersumber pada ketetapan Allah dan mengikuti Rasul) ( Abdul Hamid Hakim dalam al Bayan : 188) Dalinya berdasarkan hadits : ﻻ ﺍ “Barang siapa yang membuat suatu amalan dalam agama kita ini yang tidak ada tuntunannya (contohnya), maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Bukhori no. 2679. HR. Muslim no. 1718). (Hadits Shahih)
lanjutan ﻷ ﻯ ﻟﺍ ” Hukum asal ibadah adalah ( apabila ada) perintah” Dalilnya adalah : “Katakanlah: “Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Az Zumar : 11)
lanjutan ﻷ ﻯ ﺍﻋﺍﺍ ﻟ ﻟ ﻯ ﻟ ﺍ “Prinsip dasar dalam berbagai ibadah itu ” bahaya” dan “terlarang”, hingga adanya dalil yang menunjukkan pensyari’atannya”.
lanjutan ﻷ ﻯ ﺍﻋﺍﺍ ﻟ ﻟ ﻯ ﻟ ﺍ “Prinsip dasar dalam berbagai ibadah itu ” bahaya” dan “terlarang”, hingga adanya dalil yang menunjukkan pensyari’atannya”.
METODE PENETAPAN IBADAH IJTIHAD DAN MAZHAB 2020
PENGERTIAN Ijtihad menurut bahasa berasal dari kata jahada ( )ﺟﻬﺪ artinya mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban kesulitan. Kata ijtihad ini berasal dari fi’il madhi ijtahada yang mengikuti wazan (bentuk kata) iftti’al ( ﺍﻓﺘﻌﺎﻝ dengan penambahan hamzah diawal (sebelum fa fa’il) dan huruf ta antara fa fa’il dengan a’in fi’il. Bentuk tersebut menunjukan arti “lebih” atau mubalaghah dalam perbuatan. Sehingga ijtihad menurut hahasa berarti mengerahkan segala kemampuan dalam perbuatan yang mengandung kesulitan dan memerlukan banyak tenaga
Arti Ijtihad Menurut Istilah al Syaukani dlm kitab Irsyad al Fuhul , ijthad adlh: ﺑﺬﻝ ﺍﻟﻮﺳﻊ ﻓﻰ ﻧﻴﻞ ﺣﻜﻢ ﺷﺮﻋﻲ ﻋﻤﻠﻲ ﺑﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﻹﺳﺘﻨﺒﺎﻁ Mencurahkan kemampuan guna mendapatkan hukum syara’ yang bersifat operasional dengan cara istinbath (mengambil konklusi hukum). Atau ( ﺑﺬﻝ ﺍﻟﺠﻬﺪ ﻟﺘﺤﺼﻴﻞ ﺣﻜﻢ ﺷﺮﻋﻲ mencurahkan segala daya kemampuan dlm usaha mengetahui suatu hk syara) Ijtihad hanya dilakukan dlm mslh hkm syara’ yg bersifat ‘amaliah bukan I’tiqadiyah
DASAR HUKUM a. al Quran di antaranya: (1)Surat al Hasyr 59: 2 ( ﻓﺎﻋﺘﺒﺮﻭﺍ ﻳﺎﺍﻭﻟﻰ ﺍﻷﺒﺼﺎﺭ Maka ambillah I’tibar hai orang yang memiliki pandangan) (2)Surat a. I Nisa 4: 59 ﻓﺈﻥ ﺗﻨﺎﺯﻋﺘﻢ ﻓﻰ ﺷﻴﺊ ﻓﺮﺩﻭﻩ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺮﺳﻮﻝ Maka jika kamu berselisih paham tentang sesuatu kembalikanlah kepada Allah dan Rasul b. Hadis Nabi Muhamamd SAW. ﺇﺫﺍ ﺍﺟﺘﻬﺪ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﺄﺼﺎﺏ ﻓﻠﻪ ﺃﺠﺮﺍﻥ ﻭﺇﻥ ﺃﺨﻄﺄ ﻓﻠﻪ ﺍﺟﺮ ﻭﺍﺣﺪ “Apabila seorang hakim melakukan ijtihad dan ia benar, maka ia akan mendapat dua pahala, dan jika salah maka ia mendapat satu pahala. ” c. ljma’ bahwa para sahabat telah melakukan ijtihad. Dalam ijtihadnya itu ada yang salah dan ada yang benar. Namun, mereka tidak pernah mengingkari kesalahan ijtihad sahabat lain.
HUKUM IJTIHAD Pertama, ijtihad itu fardhu ‘ain dalam dua keadaan: 1. Ijtihad yg harus dilakukan oleh seorang mujtahid ketika muncul suatu kejadian. Dia berijtihad utk dirinya ttg hal yg berhubungan dengan masalah ibadah, mu’amalah, dan sebagainya. 2. Ijtihad dlm perkara dimana ia harus memutuskan hukumnya krn tdk ada orang lain yg lebih fakih dlm masalah agama dari dirinya. Kedua, ijtihad hukumnya fardlu kifayah dalam dua keadaan: 1. Apabila suatu perkara yg ada pd seseorang lalu ditanyakan fatwanya kpd seorang ulama, mk yg hrs memikul itu semua umat. Namun, jk telah dijawab oleh seorang ulama mk gugurlah kewajiban yg lain. 2. Suatu hkm yg hrs diputuskan oleh dua orang hakim yg bersekutu. Kewajiban memutuskan hal itu dipikulkan kpd dua hakim tadi, tapi jk telah diputuskan oleh salah seorangnya gugurlah kewajiban atas hakim yg kedua.
KEDUDUKAN & FUNGSI IJTIHAD Ijtihad merupakan upaya yang dilakukan mujtahid dalam mencari atau menemukan hukum syara’. Fungsi ijithad sebagai berikut: 1. Ijtihad khusus untuk menetapkan suatu hukum dan penjelasannya. 2. Ijtihad utk menerapkan & mengamalkan hukum. 3. Ijtihad merupakan cara untuk memperjelas kedudukan suatu hukum syara’. Atau menyelesaikan problem yang dihadapi masyarakat.
MACAM IJTIHAD I. Ijtihad dilihat dari segi dalil yang dijadikan pedoman. Disini ada tiga macam: a. Ijtihad bayani ( )ﺍﺟﺘﻬﺎﺩ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﻰ yaitu ijtihad untuk menemukan hukum yang terkandung dalam nash, tetapi sifatnya zhanni baik dari segi ketetapannya maupun segi penunjukannya. Misal, menetapkan keharusan ‘iddah tiga kali suci terhadap isteri yang dicerai dalam keadaan tidak hamil dan pernah dicampuri, berdasarkan firman Allah surat al Baqarah /02: 228 ﻭﺍﻟﻤﻄﻠﻘﺎﺕ ﻳﺘﺮﺑﺼﻦ ﺑﺄﻨﻔﺴﻬﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﻗﺮﻭﺀ
lanjutan b. Ijtihad qiyasi ( )ﺍﻹﺟﺘﻬﺎﺩ ﺍﻟﻘﻴﺎﺱ : ijtihad untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap suatu kejadian yg tidak ada nashnya baik qath’i maupun zhann dan tidak ada ijma’ yang menetapkannya. Dalam hal ini ijtihad dilakukan dengan memperhatikan ‘illat hukumnya karena adanya persamaan. ljtihad seperti ini adalah melalui metode qiyas dan istihsan. c. Ijtihad Istislahi ( )ﺍﻹﺟﺘﻬﺎﺩ ﺍﻹﺻﻄﻼﺣﻰ yaitu ijtihat untuk menggali, dan menetapkan dan merumuskan hukum syar’l dengan cara menerapkan kaidah kulli untuk kejadian yang tidak ada ketentapan hkm baik qath’i, zhanni, maupun ijma’. Ijtihad pada macam ini hanya dilak ukan untuk kemaslahatan umat baik mendatangkan manfaat at&t menghindarkan mudharat.
Berdasarkan hasil yg dicapai melalui ijtihad al Syathibi membagi ijtihad kepada dua bentuk: a. Ijtihad mu’tabar yaitu ijtihad yg secara hukum dpt dipandang sebagai penemuan hkm yakni ijtihad yang dihasilkan oleh mujtahid yang memiliki kemampuan spt yg disyaratkan. b. Ijitihad ghairu mu’tabar yaitu ijtihad yg secara hkm tdk dpt dipandang sbg cara dlm menemukan hukum. Yaitu ijtihad yg dilakukan oleh orang 2 yg tdk memiliki kemampuan utk ijtihad berdasarkan syarat 2 yg ditentukan
Pembagian ijtihad dilihat dari segi pelaksana yang terlibat ada dua macam, yaitu: a. Ijtihad fardi atau ijtihad perorangan yaitu ijtihad yg pelakunya hanya 1 orang. Ijtihad ini dilakukan bila kasus yg terjadi bersifat sederhana. Yg dpt melakukan ijtihad individual ini hanya mujtahid a. I kamil yg ilmunya dpt meliputi seluruh bid. hk. b. Ijtihad jama’I atau ijtihad kolektif: ijtihad yg dilakukan oleh beberapa orang secara kolektif (bersama). Ijtihad dlm bentuk ini terjadi karena masalah yg diselesaikan sangat kompleks dan meliputi bid yg luas. Contoh penetapan kasus bayi tabung, jual beli valas, dll
Syarat-syarat Mujtahid 1. Mengetahui al Quranul Karim 2. Mengetahui al Sunnah 3. Mengetahui bahasa Arab yaitu mengetahui Bahasa Arab 4. Mengetahui tempat Ijma’ dan ilmunya. 5. Mengetahui Ushul Fiqh 6. Mengetahui maksud syari’ah seperti dharuriyat, hajiyyat, dan tahsinyat. 7. Mengetahui manusia dan kehidupan sekitarnya (budaya) 8. Bersifat adil dan takwa
Tingkatan Mujtahid 1. Mujtahid mustaqil (independent, murni) Mujtahid a. I-mustaqil /mujtahid “al kamil” / mujtahid dlm hukum syara’. Mujtahid ini menggali, menemukan & mengeluarkan hkm Iangsung dari sumbernya. Ia menelaah a. I Quran & mengistinbathkan hkm & hadis Nabi, menggunakan qiyas, istihsan, dan dalil lainnya. Misal: Sa’id ibn Musayyab, Ibrahim al Nakha’i, al Baqir, Abu Hanifah, Malik, al Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, al Auza’l, al Laits ibn Sa’ad, Sofyan a. I Tsauri, dan lain.
2. Mujtahid muntasib Mereka adalah mujtahid 2 yg mengambil /memilih pendapat imamnya dlm ushul & berbeda pendapat dari imamnya dlm furu’ meskipun secara umum ijtihadnya menghasilkan kesimpulan 2 yg hampir sama dgn hasil ijtihad yg diperoleh imamnya. Misal: a. Abu Yusuf, Muhammad ibn Hasan al Syaibani yg menghubungkan dirinya kpd Abu Hanifah. b. al Muzanni yg berguru kepada al Syafi’i. c. Abd al Rahman ibn Qasim yg berguru kpd Malik d. Ahmad bin Hanbal yang dinisbatkan kepada al Syafi’i, tetapi kemudian menjadi mandiri.
3. Mujtahid Madzhab Mereka mengikuti imamnya baik dalam ushul maupun dalam furu’ yang telah jadi. Mereka mengistinabthkan hukum yang belum diriwayatkan imamnya. Fungsi mujtahid madzhab meliputi dua hal yaitu: Secara murni mengambil kaidah yang telah disepakati para imam pendahulunya serta semua kaidah fiqhiyah yang bersifat umum yang terumuskan dari dalil 2, ‘illat qiyas yg telah digali oleh para imam. menggali hukum yang belum ada ketetapannya berdasarkan kaidah tersebut. Mujtahid tsb disebut jg mujtahid mukharrij mrk yg melahirkan al fiqh al madzhaby (aliran 2 fiqh).
4. Mujtahid Murajjih Yaitu mujtahid yang berusaha menggali dan mengenal hukum furu’ tetapi tidak mengistinbathkannya. Mereka menemukan pendapat dalam madzhab dan mentarjihkan di antara pendapat 2 tersebut. Imam Subki menamakan mujtahid dalam peringkat ini dengan mujtahid fatwa yaitu orang yang mempunyai pengetahuan luas dalam madzhab imamnya yang memungkinkan untuk melakukan tarjih.
5. Mujtahid Muwazzin Mujtahid dalam peringkat ini disebut pula mujtahid al-mustadillin yaitu ulama yang tidak memiliki kemampuan untuk mentarjih di antara pendapat madzhab, tetapi hanya membandingkan pendapat dalam madzhab kemudian berdalil dengan apa yang dianggapnya lebih tepat untuk diamalkan.
MAZHAB Kata mazhab menurut arti asal adalah tempat berjalan atau aliran. Secara istilah, arti mazhab dlm Islam bermakna pendapat suatu faham atau aliran seorang alim besar baik dalam Fikih, Kalam, Tafsirdan Tasawuf. Dalam fikih dikenal Mazhab Hanafi atau Hanafiyah yaitu suatu faham yang mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah, mazhab Syafi’i atau Syafi’iyyah yaitu suatu faham yang mengikuti pendapat Imam Syafi’i, dan sebagainya.
RUMUSAN MAZHAB 1. Wahbah al Zuahili: mazhab adalah hkm 2 yg tdd kumpulan masalah ﺍﻷﺤﻜﺎﻡ ﺍﻟﺘﻰ ﺍﺷﺘﻤﻠﺖ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ 2. Sa’id Ramadhan al Buthy: mazhab adalah jalan pikiran (faham/pendapat) yg ditempuh oleh seorang mujtahid dlm menetapkan suatu hkm Islam dari al Qur’an dan Sunnah Jd mazhab adlh pokok pikiran yg digunakan Mujtahid dlm menetapkan status hkm suatu masalah (istinbath hukum)
Sebab sebab Ikhtilaf 1. Perbedaan pemahaman tentang lafadz nash al Quran 2. Perbedaan dalam riwayat dan penilaian hadits. 3. Perbedaan dalam pemahaman dan penggunaan qaidah ushuliyyah dan qaidah lughawiyah 4. Perbedaan dalam mentarjihkan dalil yang berlawanan. 5. Perbedaan tentang metode istinbath
Sebab sebab Ikhtilaf 6. Perbedaan dalam penggunaan dalil hukum. 7. Perbedaan kondisi/lingkungan tempat mujtahid 8. Perbedaan lain dari masalah di atas
MAZHAB FIKIH Mazhab menurut ulama fiqih adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli fiqih ATAU mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih (MUJTAHID) lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu'. Ada dua kelompok besar dlm Islam saat ini yaitu sunni dan syi’I (syi’ah)
SUNNI Sunni yg lebih dikenal dengan sebutan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah. Ahlus Sunnah adalah orang yang mengikuti AL Quran dan sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Dalam keyakinan Sunni, empat mazhab yang mereka miliki valid untuk diikuti. Perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat fundamental. Sedangkan untuk Sunni dari kalangan Salafiyah menggunakan semua mazhab dengan dalil yang kuat sebagai pedoman dalam menjalani ritual keagamaan dan lainnya
MADZHAB FIKIH • Empat mazhab Ahlus Sunnah a. Mazhab Syafi’i b. Mazhab Hanafi c. Mazhab Maliki d. Mazhab Hanbali • Dua mazhab dari Syiah a. Mazhab Ja’fari (sering disebut syiah 12 imam) b. Mazhab Zaydiah • Dua dari mazhab lainnya: a. Mazhab Ibadi b. Mazhab Zhahiri
Latar Belakang Timbulnya Mazhab 1. Ketika Nabi Muhammad SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan Muhajirin dan Anshar siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah. 2. Fitnah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Saat itu ada kelompok yg ingin memberontak kpd khalifah.
lanjutan Kelompok itu didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman berhasil membunuh beliau dengan sadis ketika beliau sedang membaca Qur'an.
3. Fitnah Pada Masa Khalifah Ali dihadapkan pada berbagai persoalan: 1. Kelompok Abdullah bin Saba terus menghasut sahabat sehingga terjadi perselisihan faham ttg kasus pembunuhan Usman di kalangan sahabat termasuk Aisyah, Thalhah, dan Zubair sehingga terjadi perang Jamal 2. Muawiyah yg diangkat sbg gubernur syam oleh Usman melakukan agresi militer sehingga terjadi perang shiffin. 3. Peristiwa Arbitrase melahirkan kel Ali, Muawiyah, dan Khawarij
lanjutan Kaum khawarij ingin merebut kekuasaan sehingga berusaha membunuh Ali dan Muawiyah. Ali terbunuh oleh Ibnu Muljam saat salat shubuh di Kufah, sedangkan Muawiyah tdk berhasil dibunuh krn dijaga ketat. Setelah belajar dari berbagai pertumpahan darah, kaum muslim secara pragmatis dan realistis mendukung kekuasaan de facto Muawiyah, maka tahun itu, tahun 41 H secara khusus disebut tahun persatuan ('am al-jama'ah).
Pembentukan Mazhab Terbentuknya mazhab berawal dari masa Masa Nabi dimana terjadi perbedaan pemahaman sahabat. Namun, semua masalah pada masa Nabi dpt diselesaikan. Setelah Nabi Muhammad wafat, pada masa sahabat banyak masalah yang timbul. Para sahabat tersebar ke berbagai wilayah untuk mengajarkan Islam. Para sahabat memiliki kemampuan berbeda dan dihadapkan pada masalah yang berbeda pula.
lanjutan Pada masa sababat, fiqh dan ushul fiqh belum dirumuskan, tetapi metodologi perumusan hukum pada saat itu telah digunakan pada saat penetapan hukum. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh ulama saat itu yang terdiri dari para sahabat seperti Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, dan yang lainnya. Umar bin Khaththab menetapkan bilangan ‘aul dalam pembagian warisan sebagai bentuk ijtihad sahabat.
lanjutan Selanjutnya, Ibrahim al Nakha’i & ulama Irak menggunakan qiyas jika tdk ada dasar hkm dlm qur’an & sunnah. Demikian pula Abu Hanifah menggunakan qiyas & isthsan dlm berijtihad. Sementara Malik bin Anas menggunakan metode maslahat & tradisi ahl madinah dalam menetapkan masalah yg tidak ada dasarnya dalam al Quran maupun sunnah. Dengan munculnya ulama mujtahid yang tersebar di berbagai wilayah dan memiliki murid di berbagai wilayah dan melanjutkan metodologi imam mujtahid.
lanjutan Al Syafi’i pernah melakukan diskusi fiqh Madinah & Fiqh ahl Irak lalu menyusun kaidah 2 ijtihad yg selanjutnya disebut ushul fiqh. Al Syafi’i menyusun buku ushul fiqh berjudul al Risalah. Upaya yg dilakukan al Syafi’i merupakan asal atau basic lahirnya fiqh Syafi’i atau disebut mazhab Syafi’i. Demikian pula aliran fikih yang dikenal dgn mazhab lahir pada tempat yg berbeda dgn metodologi yg berbeda pula.
lanjutan Dalam ushul fikih ada beberapa metode yaitu metode ahnaf, mutakallimin dan gabungan. Metode mutakallimin sering disebut metode Syafi’iyah atau ushulus Syafi’iyyah atau aliran teoritis. Metode ini banyak dikembangkan oleh gol. Mu’tazilah Asy’ariyah dan Imam Syafi’i sendiri. Mereka menggunakan metode ini dengan cara memproduksi kaidah serta mengeluarkan qanun ushuliyah dan penggalian lafal Iafal serta uslub bahasa Arab.
lanjutan Masing masing dari imam mujtahid menyampaikan ijtihadnya kepada muridnya yang selanjutnya ditulis dalam kitab sehingga terbentuklah macam aliran pemikiran atau dikenal dengan istilah mazhab.
Beberapa Contoh Perbedaan Hukum Dalam Ibadah • • Cara berwudhu khususnya mengusap kepala Hal 2 yg membatalkan wudhu Bacaan Basmalah dalam Surat Al Fatihah Bacaan Salat tentang Al Fatihah atau qiraat
Majlis Tarjih Muhammadiyah • Muhammadiyah memiliki Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) yang bertugas melakukan pengkajian, penafsiran dan penerapan ajaran dalam agama Islam. Dalam melaksanakan tugas tersebut, MTT memegang prinsip dan metode tertentu yang tertuang dalam Manhaj Tarjih. • manhaj tarjih berarti cara melakukan tarjih. Istilah tarjih berasal dari disiplin ilmu ushul fikih yang berarti melakukan penilaian terhadap dalil syar’i yang secara zahir tampak saling bertentangan atau evaluasi terhadap pendapat (qoul) fikih untuk menentukan mana yag lebih kuat.
Manhaj tarjih • manhaj tarjih tersebut memuat unsur: 1. Wawasan (semangat/perspektif), 2. Sumber ajaran, 3. Pendekatan, 4. Metode (prosedur teknis. ) Manhaj tarjih sebagai kegiatan intelektual untuk merespons berbagai persoalan dari sudut pandang agama Islam tidak sekedar bertumpu pada prosedur teknis, melainkan juga dilandasi oleh wawasan atau perspektif pemahaman agama yang menjadi karakteristik pemikiran Islam Muhammadiyah.
wawasan • Wawasan/perspektif tarjih tersebut meliputi: 1. Wawasan paham agama, 2. Wawasan tidak berafiliasi mazhab tertentu, 3. Wawasan tajdid, 4. Wawasan toleransi, 5. Wawasan keterbukaan.
Wawasan agama • Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantara Nabi nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Ini merupakan pengertian agama secara umum. • Disamping itu putusan tarjih mendefinisikan pula agama (yaitu agama islam) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah apa yang diturunkan Allah di dalam Quran dan yang tersebut dalam sunnah sahih, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunai dan akhirat.
Wawasan Tajdid mempunyai dua arti, yakni dalam bidang akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan sunnah Nabi saw. dalam bidang muammalat duniawiyah, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovaif sesuai tuntunan zaman.
Wawasan Toleransi • Toleransi artinya bahwa putusan tarjih tidak menganggap dirinya saja yang benar, sementara yang lainnya tidak benar. Dalam “Penerangan tentang hal tarjih” yang dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan, “Keputusan tarjih mulai merundingkan sampai kepada menetapkan tidak ada sifat perlawanan, yakni menantang atau menjatuhkan segala yang tidak dipilih oleh tarjih itu”.
Wawasan Keterbukaan • Keterbukaan artinya bahwa segala yang diputuskan oleh tarjih dapat dikritik dalam rangka melakukan perbaikan, ketika apabila ditemukan dalil dan argumen yang lebih kuat, maka majelis tarjih akan membahasnya dengan mengoreksi dalil dan argumen yang dinilai kurang kuat.
Wawasan Tidak Berafiliasi Mazhab • Memahami agama dalam perspektif tarjih dilakukan langsung dari sumber pokok, yakni al Quran dan sunnah melalui proses ijtihad dengan metode ijtihad yang ada. Namun tidak berarti menafikan berbagai pendapat fuqaha yang ada. pendapat mereka itu sangat penting dan dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan diktum norma/ajaran yang lebih sesuai degan semangat di mana kita hidup.
Pokok pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah 1. Di Dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al Qur'an dan as Sunnah ash Shahihah. Ijtihad dan istinbath atas dasar illah terhadap hal yang tidak terdapat di dalam nash, dapat dilakukan. Sepanjang tidak menyangkut bidang ta'abbudi, dan memang merupakan hal yang diajarkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan perkataan lain, Majelis tarjih menerima ijtihad, termasuk qiyas, sebagai cara dalam menetapkan hukum yang tidak ada nash nya secara langsung. 2. Dalam memutuskan suatu keputusan, dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihad digunakan sistem ijtihad jama'i. Dengan demikian pendapat perorangan dari majelis tidak dapat dipandang kuat. 3. 3. Tidak mengikatkan diri pada suatu madzhab, tetapi pendapat madzhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum. Sepanjang sesuai dengan jiwa al Qur'an dan as Sunnah atau dasar lain yang dipandang kuat.
Prinsip 2 Manhaj Tarjih 4. Berprinsip terbuka dan toleran, dan tidak beranggapan bahwa hanya Majelis Tarjih yang paling benar. Keputusan diambil atas dasar landasan dalil yang dipandang lebih kuat. Dan koreksi dari siapapun akan diterima sepanjang dapat memberikan dalil yang lain yang lebih kuat. Dengan demikian, Majelis tarjih akan mempertimbangkan untuk mengubah keputusan yang telah ditetapkan.
Prinsip 2 Manhaj Tarjih 5. Di dalam masalah aqidah (tauhid), hanya dipergunakan dalil yang mutawattir. 6. Tidak menolak ijma' sahabat, sebagai dasar suatu keputusan. 7. Terhadap dalil yang nampak mengandung ta'arud dipergunakan cara: al-jam'u wa'l-tawfiq. Dan kalau tidak dapat, baru dilakukan tarjih. 8. Menggunakan asas sadd-u'l-dzara'i untuk menghindari terjadinya fitnah dan masfsadah. 9. Menta'lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil al Qur'an dan as Sunnah sepanjang sesuai dengan tujuan syari'ah.
lanjutan 10. Adapun qaidah: a-hukmu yadiru ma'a illatihi wujudan wa'adaman dalam hal tertentu dapat berlaku. Penggunaan dalil untuk menetapkan sesuatu hukum dilakukan dengan cara komprehensif, utuh dan bulat. Tidak terpisah. 11. Dalil dalil umum al Qur'an dapat ditakhsis dengan hadits ahad kecuali dalam bidang aqidah. 12. Dalam mengamalkan agama Islam, menggunakan prinsip altayir 13. Dalam bidang ibadah yang diperoleh ketentuannya dari al Qur'an dan as Sunnah, pemahamannya dapat menggunakan akal, sepanjang diketahui latar belakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui bahwa akal bersifat nisbi, sehingga prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi.
lanjutan 14. Dalam hal yang termasuk al-umur-u dunyawiyah yang tidak termasuk tugas para nabi, penggunaan akal sangat diperlukan, demi kemaslahatan umat. 15. Untuk memahami nash yang musytarak, faham sahabat dapat diterima. 16. Dalam memahami nash, makna dhahir didahulukan dari ta'wil dalam bidang aqidah. Dan takwil sahabat dalam hal itu, tidak harus diterima. ;
Pengertian Shahihah dalam Majelis Tarjih • Hadis tersebut berkualitas shahih sebagaimana dipahami dalam ilmu hadis; • Hadis tersebut berkualitas hasan yang kualitasnya di bawah shahih tapi lebih tinggi dari hadis dla’if;
Penetapan Hukum oleh MT • Dalam menentukan sesuatu keputusan dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihad digunakan sistem ijtihad jama’iy. Dengan demikian pendapat perorangan dari anggota majelis tidak dapat dipandang kuat;
MT • Tidak mengikatkan diri pada suatu mazhab tetapi pendapat mazhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum sepanjang sesuai dengan jiwa al Quran dan as Sunnah atau dasar lain yang dipandang kuat;
MTPT • . Berprinsip terbuka dan toleran dan tidak beranggapan bahwa hanya Majelis Tarjih yang paling benar. Keputusan diambil atas dasar landasan dalil yang dipandang paling kuat yang didapat ketika keputusan diambil. Koreksi dari siapapun akan diterima sepanjang dapat diberikan dalil lain yang lebih kuat. Dengan demikian Majelis Tarjih dimungkinkan mengubah keputusan yang pernah ditetapkan
Contoh Putusan yang dikoreksi • Hukum Memasang gambar KH Ahmad Dahlan pada awalnya dinyatakan haram karena dikhawatirkan menimbulkan kultus dan syirik; • Putusan hukum tersebut dikoreksi dengan putusan kemudian yang menyatakan boleh memasang photo/gambar KH Ahmad Dahlan.
Di dalam masalah aqiedah (tawhid) hanya dipergunakan dalil yang mutawatir; Tidak menolak ijma’ Shahabat sebagai dasar sesuatu keputusan; Terhadap dalil yang mengandung ta’arudl digunakan cara al jam’u wat tawfieq dan kalau tidak dapat diakukan barudilakukan tarjih;
Menggunakan asas sadd adz dzara’i untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah; Menta’lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil al Quran dan as Sunnah sepanjang sesuai dengan kandungan syari’ah. Adapun kaidah “al hukmu yaduru ma’a ‘illatihi wujudan wa’adaman” dalam hal tertentu dapat berlaku;
Penggunaan dalil untuk menetapkan sesuatu hukum, dilakukan dengan cara komprehensif, utuh dan bulat tidak terpisah; Dalil dalil umum al Quran dapat diktakhsis hadis Ahad kecuali dalam bidang aqidah; Dalam mengamalkan agama Islam menggunakan prinsip at taysir;
13. Dalam bidang ibadah yang ketentuannya dari al Quran dan as Sunnah, pemahamannya dapat dilakukan dengan mnggunakan akal sepanjang diketahui latarbelakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui bahwa akal besifat nisbi, sehingga prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki kelenturan dalam menghadapiperubahan situasi dan kondisi; 14. Dalam hal yang termasuk al umur ad dunyawiyyah pengunaan akal sangat diperlukan demi kemaslahatan ummat;
15. Untuk memahami nash yang musytarak paham Shahabat dapat diterima; 16. Dalam memahami nash yang erkaitan dengan aqiedah makna zhahir didahulukan daripada takwil. Dalam hal ini takwil Shahabat tidak harus diterima
Tiga Model Ijtihad (1) Ijtihad Bayani adalah ijtihad terhadap nash yang mujmal, baik karena belum jelas makna lafazh yang dimaksud maupun karena lafazh itu mengandung makna ganda mengandung arti musytarak ataupun karena pengertian lafazh dalam ungkapan yang konteksnya mempunyai arti yang jumbuh (mutasyabih), ataupun adanya beberapa dalil yang bertentangan (ta’arudh). Dalam hal yang terakhir digunakan jalan ijtihad dengan jalan tarjih.
Ijtihad Bayani (2) • Secara epistemologis ijtihad Bayani adalah suatu cara memperoleh pengetahuan dengan berpijak pada nash baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya menggunakan nash atau teks suci sebagai sumber pengetahuan yang jadi. Dengan demikian informasi hokum yang dimunculkan nash diambil secara apa adanya. Sedangkan secara tidak langsung maksudnya melakukan penyimpulan hokum dengan berpijak pada nash tersebut. Dalam ungkapan lain porsi nash dalam ijtihad bayani sangat dominant daripada porsi penalaran akal.
Contoh Ijtihad Bayani Langsung: Ketentuan shalat Tarawih 11 Raa’at dengan rangkaian 4 4 3 dan 2 2 21; Contoh Ijtihad Bayani Tidak Langsung: Shalat ‘ied yang bersamaan waktunya shalat Jum’at tidak menggugurkan shalat jum’at (Hadis dijumpai dalam ketentuan Surat yang dibaca Rasulullah pada shalat jum’at)
Ciri-ciri lain model bayani • Senantiasa berpijak pada dalil nash • Memperhatikan aspek kesahihan transmissional. • Berpegang pada makna zahir teks
Ijtihad Qiyasi adalah menyeberangkan hukum yang telah ada nashnya kepada masalah baru yang belum ada hukumnya berdasarkan nash, karena adanya persamaan ‘illat (HPT 278)
Contoh Ijtihad Qiyasi • • 2. 1 Hokum syubhat untuk bunga bank pemerintah. Muhammadiyah berpandangan bahwa banga bank yang menyertai transaksi perbankan pemerintah tidak sama dengan riba yang disebutkan laam al-Quran 2. 2. Masalah zakat selain sapi/ kerbau kambing dan onta yang diqiyaskan kepada hewan tersebut dimuka. Begitu juga kadar zakat tanaman seperti tebu, kayu, getah, kelapa, lada, cengkeh yang diqiyaskan pada gandum, beras, jagung dan makanan pokok lainnya yang jika telah mencapai 5 wasaq (7, 5 kuintal) zakatnya sebesar 5 atau 10 %.
(3) Ijtihad Istishlahi • yaitu ijtihad terhadap masalah yang tidak ditunjukkan nash sama sekali secara khusus, namun tidak adanya nash mengenai masalah yang ada kesamaannya. Dalam masalah yang demikian penetapan hukum dilakukan beradasarkan ‘illah untuk kemaslahatan.
Contoh Ijtihad Istishlahi • 3. 1. bayi tabung • 3. 2. aborsi untuk menjaga (potensi) kehidupan ibu • 3. 3. Mengharamkan perkawinan antar agama
Metode Burhani • • • Kata Burhani berasal dari kata al-burhan yang dalm bahasa Arab dimakna sebagai al-hujjah al-fashilah al-bayinnah. Dalam perspektif logika al-burhan dimaknai sebagai aktifitas pikir yang menetapkan kebenaran sesuatu melalui metode penalaran dengan mengaitkan pengetahuan yang bukti-buktinya mendahului kebenaran. Dalam bahasa yang sederhana burhan artinya aktifitas pikir untuk menentukan kebenaran sesuatu. Pendekatan burhani dalam pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan indera, eksperimen dan hokum-hukum logika. Dalam kaitannya dengan nash sebagai sumber kebenaran pendekatan burhani merupakan perpaduan antara kebenaran nash dengan realitas kongkrit dalam satu jalinan. Jika menghitung porsi akal dalam metode ijtihad burhani perannya lebih besar daripada dalam metode bayani karena disini akal digunakan untuk mengkorespondensi kebenaran nash.
Metode Ijtihad Irfani • Kata irfani berasal dari kata arafa –irfanan yang secara tradisional dimaknai sebagai ma’rifah atau pengetahuan, juga dimaknai sebagai kasyf atau pengetahuan yang diraih melalui latihan bathin. Pengertian lebih dapat dipahami jika menyelisik kata ahlul irfan yangsering juga disamakan dengan mutashawwifin atau para ulma tashawwuf. • Pendekatan irfani secara metodologis dipraktekan dengan lebih bertumpu pada instrument pengalaman batin, zauq, qalb, wijdan, bashirah atau intuisi. Sedangkan metodenya mempraktekkan kasyf dan iktisyaf. • Contoh penggunaan metode irfani dalam hokum Islam adalah menggunakan pakaian rapih yang menutup aurat secara maksimal. Berdasarkan hadis menutup aurat dan rukun shalat itu tidak disebutkan akan tetapi secara irfani tidak dinyatakan benar karena tidak memenuhi unsur kebaikan kepada Allah
PRINSIP UMUM MANHAJ TARJIH: • Al-muraa’at (konservasi) artinya pelestarian nilai-nilai dasar yang termuat dalam wahyu untuk menyelesaikan persoalan kehidupan. Ini dilakukan dengan upaya furifikasi atau pemurnian ajaran Islam. Prinsip ini dipraktekkan pada bidang akidah dan ibadah; • At-tahdits (modernisasi) artinya upaya pelaksanaan ajaran Islam guna memenuhi tuntutan spiritual ummat sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat. Ini dilakukan dengan melakukan reaktualisasi, reinterpretasi dan revitalisasi ajaran Islam; • Al-ibtikar (kreasi), penciptaan rumusan pemikiran Islam secara kreatif, konstruktif dalam menyauti persoalan kekinian. Ini dilakukan dengan menerima nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan nilai Islam melalui seleksi yang ketat dan komprehensif.
Contoh Putusan Gunakan Manhaj Bayani • Hukum mengimani seseorang setelah kenabian Nabi Muhammad saw; • Hukum mandi shalat jum’at;
Contoh Penggunaan Manhaj ‘Irfani • Menunaikan shalat dengan menggunakan pakaian yang tidak sekedar memenuhi batas minimal ketentuan menutup aurat • Memperlakukan orang Ahmadiyah sesuai dengan ajaran makarimal akhlaq yang diajarkan Rasulullah saw.
PRINSIP ALIRAN TAWASSUTH DALAM HUKUM ISLAM • meyakini hikmatu tasyri’ yang membawa kemaslahatan; • menggabungkan antara teks denan hikmatutasyri’ secara terpadu; • memandang secara seimbang antara teks dengan realitas; • memandang secara adil antara persoalan dunia dan akhirat; • mempermudah manusia; • Bersikap terbuka, dialog, toleran terhadap dunia.
Wassalam • Terima Kasih
- Slides: 129