SURVEI SUMBERDAYA LAHAN LANJUTAN SPT 1 SPT 2
SURVEI SUMBERDAYA LAHAN LANJUTAN SPT 1 SPT 2 SPT 4 SPT 3 SPT 6 SPT 5
SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN Tujuan kuliah: • Mengenal teknik survei dan pendekatan evaluasi lahan • Mengenal produk survei dan evaluasi lahan yang ada di Indonesia • Mereview perkembangan dan permasalahan survei dan evaluasi sumberdaya lahan di Indonesia
Pengertian survei: 1. Peninjauan sesuatu secara umum 2. Inspeksi kondisi sesuatu 3. Pengamatan dan pengukuran sesuatu 4. Pengujian sesuatu Ciri-ciri survei: 1. Ada permulaannya dan ada akhirnya 2. Ada objek 3. Mempunyai tujuan metode 4. Memerlukan biaya, waktu dan tenaga strategi
PERMASALAHAN SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DI INDONESIA 1. Wilayah yang sangat luas, diperlukan biaya yang besar untuk melengkapi data tanah terutama melalui survei tinjau mendalam sampai sangat detil 2. Kelangkaan peta dasar dan data penunjang yang memadai terutama untuk survei detil dan sangat detil 3. Metode survei dan evaluasi yang tidak seragam 4. Kurang koordinasi dalam penyelenggaraan maupun kompilasi dan pengarsipan hasil 5. Kelangkaan surveyor yang handal terutama di daerah-daerah
Beberapa Macam Survei Tanah Berdasarkan Skala Pemetaan : 1. Exploratory surveys (survey exploracy) - Yaitu survey pada tingkat lebih kasar, surveyor kadang-kadang hanya melintasi jalan raya bahkan pesawat terbang untuk membuat uraian singkat informasi tentang daerah yang belum diketahui. - Skala peta yang digunakan bervariasi dari 1 : 2. 000 sampai 1 : 500. 000. 2. Survey reconnaissance - Yaitu survey pada tingkat tinjau dengan intensitas rendah. Skala pada umumnya kecil untuk mencakup areal lebih luas. - Skala peta yang sering digunakan yaitu 1 : 250. 000 dan juga peta dengan skala 1 : 500. 000 dan 1 : 120. 000 dimasukkan pada penggolongan ini. - Survey pada tingkat ini sering dilakukan untuk membuat interpretasi potret udara - Pemetaan bervariasi dari kelas tanah ke bentuk wilayah dan seri tanah.
3. Survey semidetail - Yaitu survey pada tingkat sedang dengan skala 1 : 100. 000 sampai 1 : 30. 000 - Survey ini menggunakan kombinasi potret udara dan sebagian besar penjelajahan lapangan survey 4. Survey detail - Yaitu survey pada tingkat detail dengan intensitas tinggi - skala peta yang digunakan 1 : 25. 000 sampai 1 : 10. 000 - peta-peta tersebut diperbanyak melalui pengecekan di lapangan 5. Intensif - Yaitu survey dengan intensitas yang sangat tinggi, yaitu lebih besar dari 1 : 10. 000. - Metoda penjelajahan keseluruhan areal memungkinkan penggambaran penambahan parameter dan sifat-sifat individu yang lebih jelas. Apa yang di dapat setelah pekerjaan survey tanah : - Menghasilkan data yang disajikan dalam bentuk Tabel dan peta-peta di dalam pelaporan Data tersebut mempunyai manfaat yang besar dan melandasi pengembangan areal survey, misal penentuan kemampuan tanah/sumberdaya lahan untuk penggunaan pertanian/non pertanian, penelitian sosiologis dan agronomis lain dapat dilayani oleh peta ini.
Fase-fase dalam kegiatan Survey 1. tahap persiapan Tahap ini merupakan tahap studi kepustakaan, yaitu meneliti dan mengkaji pustaka yang telah ada tentang keadaan lahan di lokasi penelitian serta data sekunder lainnya. sarana yang sangat penting untuk tahap ini adalah peta dasar 2. Survai Pendahuluan Survai pendahuluan bertujuan untuk mempersiapkan pelaksanaan survai utama yang akan dilakukan kemudian. Selain menyiapkan urusan administrasi, survai pendahuluan juga bertujuan untuk melakukan orientasi didaerah penelitian untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kondisi lapangan dan mengidentifikasikan permasalahan yang mungkin didapat di lapangan. 3. Survai Utama Survai utama merupakan kegiatan utama di lapangan Dalam survai ini dilakukan pengamatan langsung di lapangan seperti pengukuran kemiringan lereng dengan alat abney level, pengamatan tekstur tanah, struktur tanah, keadaan batuan, kedalaman efektif, kejadian erosi dll 4. Analisis Data dan Penyajian Hasil
Tahap Persiapan Peta Jenis Tanah Peta Topografi / Kelas Lereng Peta Penggunaan Tanah Overlay Peta Satuan Peta Tanah Penentuan Plot Pengamatan Intensif pada SPL/SPT Analisis Data Studi Lapang Survai Pendahuluan Survai Utama Pengamatan, Pengukuran dan Pengambilan Data Bio Fisik Data Ekonomi Analisis Laboratorium Analisis Investasi Evaluasi Kesesuaian. Lahan Evaluasi Kelayakan Ekonomi Penyajian Hasil (Laporan dan PETA) Gambar 1. Di. AGRAM ALIR SURVEI SUMBERDAYA LAHAN PADA KEGIATAN ESDL
Survei tanah menetapkan jenis tanah, bahan induk dan kondisi geologi dari bentang lahan, karakteristik dan sifat-sifat tanah, sebaran jenis tanah, luasannya, genesis nya, dan tingkah laku dari tanah-tanah tersebut. Beberapa Metode Survei yang Sering Digunakan Antara Lain ; 1. 2. 3. 4. Sistem Grid Sistem Bebas/ACAK/TAKTIS Sistematik Bebas Sistematik
1. Sistem Grid biasanya dilakukan pada Lahan yang datar, atau pada peta dasar/peta kerja yang kurang lengkap. 2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar/peta kerja serta penunjang lainnya lengkap, berdasarkan hasil interpretasi poto udara, dan atas dasar land sysem 3. Sistem systematik, dilakukan serupa dengan sistem grid, akan tetapi jarak pengamatannya tidak sama jauh serta peta dasar dan data penunjang lengkap. 4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu pengamatan di lapangan, peta dasar dan data penunjang lengkap, serta juga berdasarkan hasil interpretasi poto udara
Grid system Titik pengamatan Hasil korelasi dan atau overlay data dasar (peta geologi / bahan induk dan bentuk wilayah)
SPT 1 Aquic Eutrudept, halus, monmorilonitik, isohipertermik SPT 1 SPT 4 Grid system SPT 3 SPT 6 SPT 5 SPT 1 Typic Eutrudept, halus, monmorilonitik, isohipertermik SPT 2 Delineasi Satuan Peta Tanah Hasil Pengamatan Grid
Pengertian Contoh Tanah Komposit Contoh tanah komposit adalah campuran dari contoh individu yang diambil dari kedalaman lapisan olah (0 -20 cm) atau pada lapisan bawah (sub soil), dengan cara-cara tertentu untuk dianalisa sebagai contoh campuran. Bertujuan: untuk memperkecil keragaman dari areal yang mewakilinya.
Tahapan Pengambilan Contoh Tanah Komposit 1. Identifikasi lapangan. 2. Pengelompokan hamparan yang akan diambil contoh tanahnya ke dalam kelompok sesuai keadaan hasil identifikasi lapangan, seperti; a) areal datar bawah, b) areal miring, c) areal datar atas Areal pengambilan contoh tanah 1. Areal datar bawah 2. Areal miring 3. Areal datar atas
Tahapan Pengambilan 3. Bila lahan datar, tentukan titik pengambilan contoh tanah dengan cara grid atau sistematik, seperti bentuk diagonal atau zig-zag demikian juga pada lahan berlereng.
Tahapan Pengambilan 4. Setiap areal diambil ± 10 -15 contoh tanah 5. Bersihkan permukaan tanah dari rumput batu, atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/serasah
Tahapan Pengambilan 6. Jika menggunakan bor tanah, maka setiap titik pengambilan di bor dan tanah diambil sedalam mata bor. 0 -20 cm. Bila tidak ada, lahan dicangkul sedalam lapisan olah 0 -20 cm.
Tahapan Pengambilan
Tahapan Pengambilan 8. Hasil pengambilan contoh dalam setiap group (lereng atas, lereng bawah, atau dataran) dicampur merata dalam satu wadah, bersihkan dari kotoran kemudian setiap contoh (group) diambil 1 kg lalu dikemas dengan kantong plastik dan pasang label luar dan dalam. Campuran ini merupakan 1 contoh tanah komposit.
Tahapan Pengambilan 9. Pemberian label yang berisi keterangan: # tanggal pengambilan, # kode pengambilan (nama pengambil), # nomor contoh tanah, # lokasi (nama lokasi, desa, kecamatan, kabupaten) # kedalaman contoh tanah yang diambil # dan lain-lain Semakin lengkap informasi semakin baik dalam membantu laboran/tekhnisi laboratorium utk menganalisis sampel tanah
Tahapan Pengambilan 10. Pada tanah yang akan dikirim untuk dianalisa harus dilengkapi dengan peta situasi atau lokasi pengambilan contoh tanah. 11. Siap dikirim untuk dianalisa di laboratorium tanah
Peralatan Dlm Pengambilan Contoh Tanah • Bor tanah (auger), cangkul, sekop, p. H Tancap, Ring Sampel. • Abney Level, GPS • Pisau dan sendok tanah • Ember plastik • Kantong plastik 1 kg tanah • Kertas label dan benang/tali/karet • Spidol • Kertas (utk lembaran informasi contoh tanah yang diambil. • Daftar Isian Boring, Daftar Isian Profil Tanah
Parameter Analisis Tanah dan Kriteria Penilaian Data Analisis Tanah Parameter Tanah C (%) N (%) C/N P 2 O 5 HCl 25 % (mg/100 g) P 2 O 5 Bray I (ppm) P 2 O 5 Olsen (ppm) P Olsen (ppm) K 2 O HCl 25 % (mg/100 g) KTK (CEC) (me/100 g) Susunan Kation : Ca-dd (me/100 g) Mg-dd (me/100 g) K-dd (me/100 g) Na-dd (me/100 g) Kejenuhan Basa (%) Kejenuhan Al (%) Al-dd (1 M KCl, me/100 g) Al Larut (ppm) a) SO 4 (ppm) a) Cadangan Mineral (%) Daya Hantar Listrik (EC) (m. S/cm) ESP (Exch. Sod. Percentage) p. H (H 2 O) Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi < 1, 00 < 0, 10 <5 < 10 < 4, 4 < 10 <5 1, 00 - 2, 00 0, 10 - 0, 20 5 - 10 10 - 20 10 - 15 4, 4 - 6, 5 10 - 20 4, 4 - 10, 9 10 - 20 5 - 16 2, 01 - 3, 00 0, 21 - 0, 50 11 - 15 21 - 40 16 - 25 6, 6 - 10, 9 21 - 40 11 - 19, 6 21 - 40 17 - 24 3, 01 - 5, 00 0, 51 - 0, 75 16 - 25 41 - 60 26 - 35 11 - 15, 3 41 - 60 19, 7 - 26, 2 41 - 60 25 - 40 > 5, 00 > 0, 75 > 25 > 60 > 35 > 15, 3 > 60 > 26, 2 > 60 > 40 <2 < 0, 4 < 0, 1 < 20 < 10 < 0, 5 <5 <4 <5 2 -5 0, 4 - 1, 0 0, 1 - 1, 2 0, 1 - 0, 3 20 - 35 10 - 20 0, 5 - 1, 5 5 - 10 5 - 14 5 - 10 6 - 10 1, 1 - 2, 0 0, 3 - 0, 5 0, 4 - 0, 7 36 - 50 21 - 30 1, 6 - 3, 5 11 - 25 15 - 199 11 - 20 2, 1 - 8, 0 0, 6 - 1, 0 0, 8 - 1, 0 51 - 70 31 - 60 3, 6 - 10 26 - 5 200 - 250 21 - 40 > 20 > 8, 0 > 1, 0 > 70 > 60 > 10 > 50 > 250 > 40 < 1, 0 1, 1 - 2, 0 2, 1 - 3, 0 3, 1 - 4, 0 > 4, 0 2 -9 10 - 20 Agak masam 5, 6 -6, 5 21 - 40 41 - 60 Agak alkalis 7, 6 -8, 5 > 60 Sangat masam Masam < 4, 5 -5, 5 Sumber : Puslittanak (1999); a) = Wolf (1982) Netral 6, 6 -7, 5 Alkalis > 8, 5
PRODUK SURVEI SUMBERDAYA LAHAN (PETA TANAH, PETA SATUAN LAHAN, PETA KES. LAHAN, DLL) SEBAGAI DASAR SPASIAL EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN SPT 1 SPT 2 SPT 3 SPT 6 SPT 5 No. SPT (%) Lereng Kedalaman tanah Tekstur p. H 1 0 -3 > 90 cm Liat 5. 0 2 3 -8 > 90 Liat 5. 0 3 3 -8 50 -90 Liat berdebu 5. 8 Proses Evaluasi Lahan SPT 4 Peta 2: 1. Potensi Lahan utk berbagai penggunaan 2. Potensi Lahan untuk Penggunaan tertentu 3. Rekomendasi Penggunaan Lahan 4. Rekomendasi Pengelolaan sesuai dengan Tipe Penggunaan Lahan (LUT)
Hubungan antara Tingkat Observasi (Survei) , Skala Peta, dan Kegunaan Tingkat Survei Skala Peta Intensitas sangat tinggi 1 : 5. 000 s/d 1: 10. 000 Intensitas tinggi 1 : 20. 000 s/d 1: 25. 000 Intensitas sedang 1 : 50. 000 Intensitas rendah 1 : 100. 000 s/d 1 : 250. 000 Tingkat Kedetilan Informasi Sangat pasti, detil Kegunaan (Contoh) -Reklamasi lahan bekas tambang -Design areal peternakan -Design kebun dan lanscaping -Pemilihan lahan untuk areal perkebunan -Pemilihan lahan untuk pencetakan sawah -Pemilihan lahan untuk pembukaan tambak -Arahan penggunaan lahan -Identifikasi potensi Kualitatif, tinjau
PERKEMBANGAN SURVAI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DI INDONESIA 1. Dimulai sekitar tahun 1900 -an seiring dengan berdirinya Pusat Penelitian Tanah di Bogor (1905) dan dibukanya perkebunan-perkebunan di Jawa dan Sumatra. 1. Meningkat semasa RPJP tahap I (1969 -1994), pembukaan lahan transmigrasi di luar Jawa dan perbaikan jaringan irigasi di Jawa dan luar Jawa. Masa sebelum kemerdekaan: 1. Th 1912: Draft Peta Tanah Jawa-Madura skala 1: 1000000, Möhr (Pusat Penelitian Tanah). 2. Th 1927: Peta Agrogeologi Sumatra Selatan skala 1: 200000 (Pemerintah) 3. Th 1928: Survai tanah untuk perkebunan tebu di Jawa Timur, Arhenius (Swasta) 4. Th 1930: Dimulai survai tanah khusus P. Jawa (Pusat Penelitian Tanah). 5. Th 1932: Survai tanah untuk perkebunan tembakau di Jawa Tengah, Tolenar (Swasta). 6. Th 1932: Survai tanah untuk perkebunan tembakau di Deli, Druif (Swasta). 7. Th 1938: Penerbitan buku De Bodem der Tropen in het algemeen en die van Nederlandsh Indie in het Bijzonder (Tanah-tanah Daerah Tropika pada Umumnya dan Khususnya Hindia Belanda), Möhr (Individu). Hingga th 1942 telah dipetakan ± 14 jt ha (7. 3%) wilayah Indonesia
PERKEMBANGAN SURVAI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DI INDONESIA Setelah merdeka: • Th 1951: Survai tanah daerah pasang surut Kalimantan Selatan, Van Wijk • Th 1951: Survai tanah daerah irigasi di dataran Mbay-Flores, Van der Voort et al. • Th 1955: Kompilasi hasil pemetaan skala 1: 50000 dan 1: 100000 Jawa Tengah bagian timur ke dalam skala 1: 250000 dalam The Soils of East Central Java, Dames. • Th 1955 -1960: Peta Tanah Tinjau (1: 250000) Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur; Peta Tanah Eksplorasi beberapa propinsi di luar Jawa, Pusat Penelitian Tanah. • Th 1960: Peta Tanah Eksplorasi Jawa-Madura, Pusat Penelitian Tanah. • Th 1969 -1974; 1974 -1979: Survai tanah Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P 4 S) umumnya skala 1: 50000 daerah-daerah Jambi, Sum. Sel, Lampung, Riau, Kal. Tim, Kalimantan Selatan, Merauke dll, Departemen PU-IPB/Unpad/UGM/Pusat penelitian Tanah. Th 1969 -1974; 1974 -1979: Survai tanah Proyek Irigasi sakla 1: 50000 beberapa daerah di Jawa, Sumatra, Kalimanta dan Sulawesi dll, Departemen PUIPB/Unpad/UGM/Unibraw/Unhas. • • Th 1979 -1984: Survai dalam rangka Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (P 3 MT), 132 Satuan Kawasan Pemukiman (SKP) skala 1: 50000, Departemen Transmigrasi
PERKEMBANGAN SURVAI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DI INDONESIA Setelah merdeka (lanjutan): 9. Th 1979 -1984: Survai dalam rangka Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (P 3 MT), 132 Satuan Kawasan Pemukiman (SKP) skala 1: 50000, Departemen Transmigrasi 10. Th 1984 -1989: Proyek Regional Physical Planning Program for Transmigration (Re. PPPro. T), pemetaan “tanah” sekaligus kesesuaian lahan skala 1: 250000 seluruh Indonesia, Departemen Transmigrasi. 11. Th 1987 -1991: Proyek Land Resources Evaluation and Planning (LREP) tahap I, pemetaan satuan lahan dan tanah skala 1: 250000 seluruh Sumatra, Bakosurtanal-Pusat Penelitian Tanah. 12. Th 1992 -1996: Proyek LREP II, pemetaan tanah skala 1: 50000 beberapa daerah prioritas di luar Sumatra (3, 71 jt ha), Bakosurtanal-Dirjen Bangda-BPN-Pusat Penelitian Tanah. Universitas. 13. Berbagai survai dan pemetaan tanah dan evaluasi lahan yang dilakukan berdasarkan permintaan khusus untuk misalnya Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Hutan Tanaman Industri (HTI), perusahaan perkebunan, tambak, peternakan dll.
PERKEMBANGAN SURVAI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DI INDONESIA Luas wilayah Indonesia yang telah dipetakan sampai th 1994 Pulau Total luas wilayah Tingkat Pemetaan Tanah Eksplorasi Tinjau mendalam Tinjau Sangat detil Detil ………………. x 1000 ha……………… Sumatra 47 361 47 158 2 227 4 035 11 Jawa 13 219 2 715 3 409 118 8 849 - 3 973 12 398 - Kalimantan 53 946 10 708 334 7 830 334 Sulawesi 18 922 11 404 1 003 1 233 13 7 406 - 800 55 367 60 42 198 - 4 016 684 2 074 2 191 900 133 448 91 277 7 029 19 347 548 Nusa Tenggara Maluku Irian Indonesia
PERKEMBANGAN EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN DI INDONESIA Evaluasi Lahan: Pada periode awal evaluasi lahan dilakukan sebagai uraian pembahasan terhadap sifat tanah dan tidak mengarah ke klasifikasi kemampuan/kesesuaian lahan seperti banyak dilakukan saat ini. Th 1955 Balai Perancang Tata Bumi (sekarang Direktorat Penggunaan Tanah) dan th 1962 Pusat Penelitian Tanah mulai menerapkan sistem penilaian kemampuan/kesesuaian lahan, mengacu pada Land Capability Classification dari Klingebiel dan Montgomery. Th 1964 Soepraptohardjo mengajukan sistem evaluasi lahan dengan pendekatan semi kuantitatif, yaitu masing-masing sifat tanah diberi angka nilai dan kemudian dijumlahkan untuk mendapat kelas kemampuan wilayah. Th 1975 Pusat Penelitian Tanah bekerjasama dengan FAO mengetengahkan konsep Land Capability Appraisal System for Agricultural Uses in Indonesia. Th 1976 Introduksi/penggunaan Frame Work for Land Evaluation dari FAO, yaitu konsep kesesuaian lahan untuk sesuai (S: S 1, S 2, S 3) dan tidak sesuai (N). Th 1980 dan 1983 Pedoman kesesuaian lahan menurut sistem FAO (1976) dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah, terutama untuk tanaman pangan lahan kering, padi sawah dan tanaman perkebunan. Pedoman ini yang sampai saat ini banyak digunakan.
PERKEMBANGAN EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN DI INDONESIA Evaluasi Lahan (lanjutan): Th 1983 Pusat Penelitian Tanah dan FAO mengembangkan sistem evaluasi lahan untuk survei skala 1: 250000 yang meliputi kriteria untuk 23 tanaman pertanian dan 10 tanaman kehutanan. Kriteria ini akhirnya banyak digunakan untuk survei tinjau mendalam Th 1983 Wood dan Dent mengembangkan Land Evaluation Computer System (LECS) berdasarkan kriteria FAO (1983) Th 1987 -1991 LECS diperbaiki sehingga muncul LECS 2 dan digunakan dalam Proyek LREP 1 Th 1993 Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat menyusun Pedoman Teknis Evaluasi Lahan dan Pemetaan Tanah Tinjau, Semi Detil dan Detil. Th 1994 Rossister (Amerika Serikat) merancang Automated Land Evaluation System (ALES) dan digunakan di Indonesia pada LREP 2
PERKEMBANGAN SURVAI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DI INDONESIA Evaluasi Lahan (lanjutan): Th 1972 Arsyad (IPB) memperkenalkan metode evaluasi lahan untuk irigasi yang bersumber dari United State Berau of Reclamation (USER) Th 1969 -1977 P 4 S IPB mengembangkan metode evaluasi lahan untuk daerah pasang surut Th 1975 Pandjaitan dan Wibowo (Balai Penelitian Perkebunan) menyusun sistem evaluasi untuk kelapa sawit Th 1981 Pangudjiatno mengetengahkan metode penilaian teknis kemampuan lahan untuk karet dan kelapa sawit What next ?
Teknik penilaian karakteristik lahan Terdapat 2 pendekatan: 1. Faktor pembatas : hasil akhir ditentukan tingkat pembatas/hambatan 1 atau lebih karakteristik lahan 2. Parametrik: Menggunakan rating 0 -100 untuk tiap karakteristik lahan sehingga dihasilkan rating total 0 Tidak menghambat Karakteristik lahan optimal untuk penggunaan tertentu yang dinilai 1 Sedikit menghambat 80 % dari optimal 2 Cukup menghambat Produktivitas tidak optimal tapi masih menguntungkan 3 Sangat menghambat Produktivitas marjinal 4 Ekstrim menghambat Produktivitas 0, Contra productive, menimbulkan kerusakan
- Slides: 35