SUMBERDAYA ALAM HUTAN DAN PERMASALAHANNYA Kajian mengenai hutan
SUMBERDAYA ALAM HUTAN DAN PERMASALAHANNYA
Kajian mengenai hutan termasuk juga sektor kehutanan di Indonesia, pada umumnya berkisar pada tiga aspek yaitu: 1 upaya mengintegrasikan antara kepentingan ekonomi yaitu hutan sebagai penghasil devisa untuk biaya pembangunan, dengan kepentingan ekologis hutan sebagai daya dukung keseimbangan lingkungan 2 adanya ketidakmerataan hasil hutan terutama kayu antara kelompok pengelola dengan masyarakat lokal yang notabeni mereka sebagai pemilik 3 lemahnya kekuatan kontrol lembaga pemerintahan baik lokal maupun pusat terhadap permasalahan kehutanan
Fungsi Dan Manfaat Hutan Luas lahan negara Indonesia kurang lebih 194 juta hektar. Dari luas lahan tersebut terdapat beberapa bagian diantaranya: berupa lingkungan hidup binaan manusia sebesar 25% (seperti: desa, kota, jalan, industri) sisanya seluas 75% berupa hutan
Hutan yang ada di Indonesia menurut fungsinya dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya terdiri dari: 15, 5% hutan konversi 17% hutan produksi tetap 16, 1% hutan produksi terbatas 15, 1% berupa hutan lindung 9, 8% suaka alam dan hutan wisata
Fungsi Hutan lindung Kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana banjir dan erosi, serta untuk pemeliharaan kesuburan tanah. Hutan produksi Kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan, industri dan ekspor. • • Hutan produksi dengan penggunaan terbatas, yaitu hutan produksi yang hanya dapat di eksploitasi dengan cara tebang pilih. Hutan produksi dengan penebangan bebas yang diartikan sebagai hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan tebang pilih maupun dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau dengan pembibitan buatan.
Lanjutan… Hutan suaka alam Merupakan kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya antara lain dapat dibagi dalam bebrapa jenis yaitu: • • Hutan suaka alam yang berhubungan dengan alamnya yang khas, termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang selanjutnya disebut cagar alam. Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional yang kemudian disebut margasatwa. Hutan wisata Kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata atau perburuan, yaitu: • • Hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik keindahan nabati, keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri memiliki corak yang khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan. Hutan seperti ini disebut sebagai taman wisata. Hutan wisata yang di dalamnya terdapat satwa baru yang memungkinkan diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi, yang selanjutnya disebut taman baru.
Manfaat Hutan sebagai keanekaragaman hayati Keanekaragaman hayati (biodiversity) mengacu kepada keanekaan dan kelimpahan gen, jenis dan populasi makhluk hidup, tumbuhan, hewan dan mikro organisme, serta ekositem dimana makhluk hidup itu berada (Soerjani, 1997) Keanekaragaman hayati ini harus dimaknai secara jelas, karena ada beberapa pengertian dan syarat yang perlu diketahui, yakni: § Keanekaragaman hayati memberi makna kekayaan gen, jenis, populasi dan ekosistem. Misalnya dari segi gen, kita mempunyai keanekaragaman yang tinggi dari jenis pisang, seperti: pisang tanduk, pisang kijang, pisang emas, pisang susu, pisang kepok, pisang oli, pisang raja, pisang ambon, pisang klutuk, pisang barangan, dan sebagainya. § Gen, jenis populasi atau ekosistem itu harus menempati “relungnya” yang sesuai, misalnya harimau itu tempatnya memang di hutan, bukan berkeliaran di tengah kota, ikan berada di perairan, burung umumnya berada di udara, dan seterusnya. § Peningkatan keanekaragaman dengan jenis eksotik tanpa pertimbangan yang masak dapat menimbulkan malapetaka, seperti kasus kelinci yang diimpor ke Australia, yang merusak budi daya tanaman, yang kemudian di atasi dengan impor srigala merah yang ternyata menimbulkan masalah baru karena banyak memangsa Marsupialia (kanguru kecil) yang dilindungi.
Tafsiran Jenis Kelompok Makhluk hidup yang Ada di Indonesia dan Dunia Kelompok Hewan menyusui Dunia Indonesia Prosentase 40. 000 3. 000 7, 5 Burung 8. 900 1. 500 16, 9 Reptil 8. 000 25, 0 Amfibi 6. 000 16, 7 38. 000 8. 500 22, 4 150. 000 20. 000 13, 3 1. 250. 000 20, 0 Tumbuhan biji 300. 000 25. 000 8, 3 Paku-pakuan 13. 000 1. 250 9, 6 Lumut 16. 000 1. 500 9, 4 Ganggang 21. 000 1. 800 8, 6 100. 000 12, 0 2. 700 1. 953. 600 327. 850 11, 1 180, 8 Ikan Keong Serangga Jamur Bakteri/gang biru Jumlah
Lanjutan… Hutan sebagai fungsi ekologi Hutan dengan vegetasinya mempunyai keterkaitan yang erat dengan ekologi seperti: penyangga keseimbangan suhu dan iklim, menjaga aliran air, pencegah erosi, penyebab O 2 dan sebagainya. Menurut Houghton dan Woodwell (1989) neraca pengurangan dan penambahan CO 2 adalah sebagai berikut: • Neraca difusi fisika-kimia dari laut mengakibatkan pengurangan CO 2 sebanyak 4 miliar m ton/tahun • Neraca pernafasan melepas 50 m ton CO 2/tahun, dan fotosintesa menyerap 100 m ton CO 2/tahun, sehingga tumbuhan menyebabkan pengurangan 50 m ton CO 2/tahun • Pengurangan 50 m ton/tahun dari “pernafasan” tanah (dari limbah, kegiatan pertanian lahan organik, dan sebagainya) • Pelepasan CO 2 dari energi fosil, sebagian besar dari industri sebanyak 5 m ton/tahun.
Lanjutan… Hutan sebagai pendorong pembangunan Sektor kehutanan adalah penghasil devisa non migas nomor dua setelah tekstil. Di samping itu sektor hutan juga mempekerjakan ± 300. 000 orang pekerja secara langsung dan 700. 000 orang secara tidak langsung. Sampai september 1999, ada 422 pemegang Hak Penguasaan Hutan (HPH) aktif menguasai sekitar 51 juta hektar hutan usaha yang terbagi dalam 35 grup besar
Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan Luas Lahan yang Dikuasainya 1 NO Siak Raya Grup NAMA JUMLAH 4 Perusahaan LUAS (Ha) 329. 000 Sumarta PEMILIK/PJB 2 Bhara Induk Grup 5 Perusahaan 345. 000 M. Jannal 3 Bumi Indah Raya 4 Perusahaan 427. 000 Soenaryo. P 4 Hutrindo Prajen 5 Perusahaan 438. 000 Akie Setiawan 5 Tanjung Raya Grup 6 Perusahaan 476. 000 HA. Bakrie 6 Kayu Mas Grup 6 Perusahaan 519. 000 Tekman K 7 Dayak Besar Grup 6 Perusahaan 544. 000 Yusuf Hamka 8 Benua Indah Grup 5 Perusahaan 563. 000 Budiono 9 Sumber Mas Grup 6 Perusahaan 597. 000 Yos Sutomo 10 Bumi Raya Utama 6 Perusahaan 609. 455 Pintarso, Adiyamto 11 Hutrindo Wanabangun 6 Perusahaan 649. 000 Alex Karampis 12 Raya Garuda Mas 8 Perusahaan 659. 500 Sukanto Tanoto 13 Dayak Sakti Grup 7 Perusahaan 672. 000 Windya Rachman 14 Sumarlindo Grup 6 Perusahaan 796. 300 Winarto Oetomo 15 Panca Eka Bina Plywood 8 Perusahaan 835. 000 Supendi 16 Kalamur 8 Perusahaan 969. 500 Anthony Salim 17 PT Satya Djaya Raya 7 Perusahaan 1. 026. 000 Asbert Lyman 18 Surya Dumai 8 Perusahaan 1. 108. 000 Martias 19 Kalimanis Grup 6 Perusahaan 1. 352. 000 Bob Hasan 20 Budhi Nusa 7 Perusahaan 1. 190. 700 Burhan Uray 21 Korindo 8 Perusahaan 1. 493. 500 In Yong Sun 22 Alas Kusuma 15 Perusahaan 2. 189. 000 PO. Suwandi 23 Djayanti 20 Perusahaan 2. 805. 500 Burhan Uray 24 Kayu Lapis Indonesia 17 Perusahaan 3. 142. 800 Andi Sutanto H. 25 Barito Pasific 39 Perusahaan 3. 536. 800 Prajogo P.
Masalah Hutan Indonesia Masalah yang paling serius yang dihadapi oleh hutan Indonesia adalah masalah deforestasi atau penyusutan luas hutan. sistem eksploitasi yang dijalankan selama ini, telah menyebabkan kawasan hutan menyusut dengan sangat cepat, Indonesia telah kehilangan 72% hutan asli dalam kurun waktu tidak lebih dari tiga dekade, dengan tingkat deforestasi yang tertinggi di dunia. Masih segar dalam ingatan kita Kebakaran hutan skala besar adalah pada tahun 1982, kebakaran sebuah fenomena yang cenderung hutan di Kalimantan Timur yang menjadi rutin dalam 20 tahun terakhir. menghanguskan lebih dari 3 juta Kecenderungan tersebut ditunjukkan hektar, lalu berturut-turut dengan siklus kebakaran hutan yang terjadi semakin pendek dan meluas setiap pada tahun 1991, 1994 dan mulai tahun 1997 terjadi kebakaran hutan hampir setiap tahun
Menurut Renata Simanatupang masalah kehutanan di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Log Ilegal Berdasarkan data DEPHUTBUN, kebutuhan baku kayu bulat mencapai 60 juta m 3, sementara kemampuan hutan memasok kayu hanya sebesar 30 juta m 3, selebihnya berasal dari kayu ilegal Produk Kayu Bulat Nasional (m 3) Tahun RKT IPK HTI Total Nasional - Total RKT, IPK, HTI 25. 186. 291 1993/1994 25. 186. 291 - 1994/1995 17. 308. 658 4. 708. 696 - 22. 017. 353 24. 027. 277 1995/1996 16. 493. 933 5. 398. 195 - 21. 892. 129 24. 850. 061 1996/1997 13. 751. 646 7. 454. 189 - 21. 205. 835 26. 069. 282 1997/1998 15. 597. 546 10. 038. 228 425. 892 28. 981. 667 29. 149. 419 1998/1999 10. 179. 406 6. 056. 179 445. 356 16. 680. 938 17. 242. 999 26. 848. 010
Lanjutan… Kelebihan Kapasitas Industri Menurut Bank Dunia, kapasitas terpasang industri seperti plywood, pulp dan kertas meningkat terlalu cepat yaitu dua kali lipat selama 1970 -1990, sementara kenaikan produksi dari kertas, pulp, dan paper board hampir tiga kali lipatnya. Hal ini terjadi karena mengikuti perkembangan pasar dunia, dimana peningkatan ekspor dari kedua industri itu cukup besar selama dua tahun terakhir.
Lanjutan… KKN di Sektor Kehutanan Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di masa orde baru, HPH menjadi jatah petinggi-petinggi militer. Kemudian HPH itu berpindah ke tangan penguasa, dan selanjutnya HPH juga diberikan kepada kalangan dekat mantan presiden Soeharto. Demikian parahnya kasus KKN mengakar di sektor kehutanan sehingga seringkali berbagai peraturan yang dikeluarkan tidak berjalan dengan efektif. Para “raja hutan” mendapat hak konversi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Kembali menurut Skepti, mereka mendapat hak istimewa itu adalah Sukanto Tanoto (PT. Indah Indo Sawit), Eka Tjipta Widjaja dan Soehargo Gondokusumo (Dharmala grup), grup Prasetya Mulya, Basuki Angko Subroto (Gunung Sewu), Tay Jui Chuan (Pulau Sambu) dan Sjamsul Nursalim yang mendapat ijin mengkonversi hutan bakau di Sumatera Selatan menjadi tambak udang
Lanjutan… Terbatasnya Hak Masyarakat Akan Hutan Dalam prakteknya, pemberian HPH sering kali mengabaikan hak rakyat atas hutan adat yang telah mereka tinggali atau memanfaatkan hutan untuk memenuhi hidup mereka. Walaupun di satu sisi usaha perkayuan memang menyerap tenaga kerja, tetapi di sisi lain yang merasakan dampak negatif akibat kerusakan hutan adalah masyarakat sekitar hutan, sementara pengusaha HPH menggunakan penghasilannya tidak untuk mengembangkan hutan tapi untuk berekspansi di sektor lain. Tekanan Dunia Internasional Dunia atau IMF kadang bertentangan dengan kondisi yang dikritiknya. Misalnya, Bank Dunia menyoroti tentang maraknya pencurian kayu dan log ilegal, tapi menuntut dibukanya pintu ekspor kayu kelondongan dengan pajak 0%. Di sini terlihat sekali bahwa Bank Dunia menginginkan diberlakukannya kebijakan yang menguntungkan pasar internasional.
Kondisi huta Indonesia
Pembakaran Hutan untuk Pertanian
Kondisi Hutan Produksi
Hutan Tanaman Industri
Penggundulan Hutan
- Slides: 21