Strategi Pencegahan Stunting dan Penanganan Gizi Buruk pada
Strategi Pencegahan Stunting dan Penanganan Gizi Buruk pada Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) Maliki maliki@bappenas. go. id Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial November 2019 1
Tingkat Kemiskinan dan Prevalensi Stunting di Indonesia Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Prevalensi Stunting 36. 80% v Meski Tingkat kemiskinan 37. 20% 35. 60% cenderung mengalami penurunan, 30. 80% Indonesia masih dihadapkan prevalensi stunting yang tinggi. v Sebelum mengalami penurunan 12. 52% 13. 33% 11. 37% cukup tinggi pada tahun 2018, 9. 82% 9. 41% prevalensi stunting di Indonesia cenderung fluktuatif pada 20072013. 2007 2010 Tingkat Kemiskinan (%) 2013 2018 Prevalensi Stunting Baduta (%) 2019
Prevalensi Stunting Berdasarkan Provinsi Tiga provinsi dengan prevalensi stunting yang paling tinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat dan Aceh. 3
Tingkat Kemiskinan Menjelaskan Sebagian Prevalensi Stunting Indonesia Timur 70 70 60 60 50 50 Pravelensi Stunting Indonesia Barat 40 30 20 10 0 0 0 5 10 15 Tingkat Kemiskinan 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 Tingkat Kemiskinan 35 40 45 • Intervensi yang tepat dengan memperkuat program perlindungan sosial yang ada. • Integrasi program bantuan sosial sepenuhnya untuk membangun SDM masyarakat miskin dan rentan. 50
Proporsi Stunting Kuintil Terbawah Hampir Dua Kali Lipat Dari Kuintil Teratas Prevalensi Stunting Berdasarkan Kuintil Pendapatan 48% 29% kuintil 1 kuintil 5 RT miskin dengan keterbatasan akses pelayanan dasar melahirkan dan membesarkan anak dengan kondisi stunting Anak terhambat perkembangan fisik dan intelektualnya serta memiliki performa buruk di sekolah Anak tumbuh menjadi SDM yang kurang kompetitif dalam pencarian kerja Stunting atau biasa disebut anak pendek, merupakan kondisi kurang gizi kronis yang mulai terjadi sejak masa prenatal (janin berada di rahim ibu) dan baru terlihat ketika anak berusia dua tahun. Stunting utamanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang didapatkan anak pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)
Penanganan Stunting Sebagai Isu Lintas Sektoral Isu lintas sektoral dalam penangangan stunting 30% 70% Sektor Kesehatan Lintas sektor Kegiatan spesifik dan sensitif lintas K/L Suplementasi gizi; Promosi ASI, MPASI, fortifikasi; Pendidikan gizi; Promosi & kampanye gizi seimbang; Kecacingan; Tata Laksana Gizi; JKN Ketahanan pangan; Pemanfaatan pekarangan rumah tangga Air bersih dan sanitasi Pembinaan iodisasi garam; Pengawasan fortifikasi garam Keamanan pangan; Monitoring makanan terfortifikasi Diperlukan intervensi dan integrasi lintas sektoral dalam penanganan stunting PAUD dengan intervensi kesehatan & gizi; Pendidikan kesehatan reproduksi Kursus calon pengantin; Pendidikan kesehatan & gizi untuk madrasah & pondok pesantren; Mendorong peran ulama dalam gizi & kesehatan Dana Insentif Daerah Bantuan Pangan Non-Tunai; PKH Pendidikan kesehatan reproduksi remaja; Bina Keluarga Balita (BKB) Dana Desa, Generasi Sehat dan Cerdas NIK; Akta kelahiran; Fasilitasi program & kegiatan gizi dalam APBD
Akses Sanitasi dan Air Minum Layak Penerima PKH Dengan Baduta Relatif di Bawah Rata-rata Akses ke Air Minum Akses ke Sanitasi Layak 100 87. 27 90 76. 36 80 60 61. 64 50, 2% KPM PKH dengan BADUTA memperoleh akses ke sanitasi layak 51. 67 50 40 30 70 Q 4 Sumber: Susenas 2018 (diolah Bappenas) Q 5 Q 2 30 10 Q 3 Q 1 40 10 Q 2 66. 38 50 20 Q 1 64, 3% KPM PKH dengan BADUTA mendapat akses ke air minum 71. 90 60. 12 60 20 0 77. 75 80 69. 43 70 88. 82 90 - Q 3 Q 4 Q 5
Akses Jaminan Kesehatan dan Bantuan Pangan pada Penerima PKH dengan Baduta Akses ke Jaminan Kesehatan Akses ke Bantuan Pangan 8, 3% KPM PKH yang memiliki BADUTA tidak memiliki akses ke Jaminan Kesehatan 100% 8. 43% 8. 61% 8. 54% 6. 61% 6. 29% 8. 30% 36, 9% KPM PKH dengan BADUTA tida. K memperoleh Bantuan Pangan (BPNT/ Rastra) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Total JKN-PBI JKN-Non PBI Jamkesda Asuransi Kesehatan Swasta Tidak Memiliki Jaminan Kesehatan Sumber: Susenas 2018 (diolah Bappenas) 36. 48% 38. 00% 37. 39% 35. 49% 33. 60% 36. 93% 63. 52% 62. 00% 62. 61% 64. 51% 66. 40% 63. 07% Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Total 0% Menerima Bantuan Pangan Tidak Menerima Bantuan Pangan
Tempat dan Penolong Persalinan Ibu PKH dengan Baduta Sumber: Susenas 2018 (diolah Bappenas)
Tiga dari Tujuan PKH Dapat Digunakan Untuk Penanganan Stunting (Permensos 1/2018, Pasal 2) • Meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial; • Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan; • Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial; • Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan; dan • Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat.
Targeting PKH Masih Sedikit Menyasar Keluarga dengan Baduta 7, 1 Juta PKH Eligible 1, 7 Juta dengan baduta 1, 6 Juta menerima PKH 310 ribu RT dengan baduta menerima PKH
Komplementaritas PKH Sebagai Strategi Penanganan Stunting Program Gizi Anak Sekolah Program Keluarga Harapan Bantuan tunai bersyarat sebagai insentif untuk mengakses layanan kesehatan Pendidikan gizi dan kesehatan melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P 2 K 2) Komplementaritas ke berbagai program penanganan stunting lainnya Bantuan Pangan Jaminan Kesehatan Pemberian sarapan kepada siswa sekolah dasar. Bantuan Pangan Non-Tunai Voucher elektronik untuk mengurangi beban pengeluaran pangan Pengenalan bahan pangan bergizi seperti beras, telur, dan protein nabati/hewani lainnya mulai 2020 Memastikan pasokan pangan tersedia di e-warong penyalur BPNT. Pendidikan gizi dan gaya hidup sehat kepada orang tua siswa di sekolah Jaminan Kesehatan Jaminan Persalinan Dasar bagi Ibu hamil
PKH dan Kewajiban Peserta dalam Bidang Kesehatan Merupakan bantuan tunai bersyarat yang diberikan pada Ibu atau Wanita pada keluarga miskin yang memiliki anak bersekolah, balita , dan Ibu hamil, bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan antar generasi. Ibu Hamil/ Nifas (125, 549 Individu) Bayi dan Balita (2, 403, 451 Individu) Usia 6 -7 tahun Timbang badan di faskes Usia 5 -6 tahun Pemeriksaan berat badan setiap 1 bulan dan mendapatkan Vit A sebanyak 2 kali dalam setahun ü Pemeriksaan kehamilan di Faskes sebanyak 4 kali dalam 3 trisemester ü Melahirkan oleh tenaga kesehatan di Faskes ü Pemeriksaan kesehatan 2 kali sebelum usia bayi 1 bulan Usia 1 -5 tahun Imunisasi tambahan dan pemeriksaan berat badan, setiap bulan Usia 6 -11 Bulan Mendapat suplemen vit. A Usia 0 -11 Bulan Imunisasi lengkap serta pemeriksaan berat badan setiap bulan 13
Peran Pendamping PKH melalui modul kesehatan P 2 K 2/ FDS dalam Penanganan Stunting Peran Pendamping PKH dalam Kesehatan Keluarga Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga (P 2 K 2) pada sesi kesehatan dan Gizi dapat bersinergi dengan GSC dalam upaya penanganan isu stunting. Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui ü Menjelaskan isu gizi pada ibu hamil: penyebab dan akibat masalahnya. ü memeriksakan kehamilan ü Menginformasikan kepada kader apabila ada program intervensi Kesehatan Remaja Kesehatan Bayi dan Balita Perilaku Hidup Sehat ü Mengingatkan ibu untuk memeriksakan bayinya pada tenaga kesehatan jika anak tidak naik berat badannya selama 3 bulan berturut-turut. ü Mengingatkan konsumsi makanan bergizi seimbang ü Memotivasi remaja putri calon pengantin agar meminum tablet tambah darah ü Menganjurkan remaja untuk konseling kesehatan ü Memberikan informasi pentingnya PHBS ü Menjadi inisiator dan mengembangkan kegiatan yang mendorong PHBS ü Mengupayakan jamban dan air bersih untuk rumah tangga.
Capaian Pelaksanaan Modul Kesehatan P 2 K 2 PKH 1% 3% 80% pendamping menyatakan pernah melakukan P 2 K 2 setidaknya satu kali. 37% 59% Belum; 20% < 50% Sudah; 80% Sumber: Evaluasi Bank Dunia (2018) 50 -60% 70 -80% 90 -100% KPM tingkat kehadiran lebih dari 70%.
Belum lengkap; 49% Sudah lengkap; 51% Hampir setengah pendamping belum memiliki modul lengkap, termasuk alat bantu seperti flipchart, poster, brosur, dan video. Semua modul; 14% Hanya sedikit sekali KPM yang sudah memiliki Buku Pintar untuk semua modul. Belum punya sama sekali; 53% Tidak semua modul; 33% Ya; 37% Tidak; 63% Sumber: Evaluasi Bank Dunia (2018) Baru 37% pendamping yang memperoleh bantuan operasional dari Dinas Sosial untuk P 2 K 2, misalnya pengadaan Buku Pintar bagi KPM. 16
Inisiatif dan Agen Perubahan dalam Penanganan Stunting di Daerah KALIMANTAN BARAT Kab. Kubu Raya 1. Pendampingan oleh kader sebagai konselor PMBA, 2. Kader diberikan insentif melalui dana APBD Kota Pontianak: M Posyandu Aplikasi berbasis android yang digunakan sejak tahun 2016 hasil kerjasama World Vision Indonesia dengan Bank HSBC untuk pemantauan tumbuh kembang anak dan pendampingan berdasarkan status gizi. JAWA TENGAH NUSA TENGGARA TIMUR Kab. Brebes Program PKH Prestasi berupa peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan gizi pada KPM PKH dalam upaya penanggulangan stunting yang dilakukan oleh pendamping PKH, tokoh agama di masyarakat serta jurnalis warga sebagai upaya sosialisasi kesehatan kepada masyarakat. Sasaran Program di 35 desa; 12 Puskesmas. CBM (Celoteh Brebes Membangun) dan Brebes news berupa pemberdayaan jurnalis warga sebagai upaya sosialisasi kesehatan kepada masyarakat Tokoh Agama Sumber: Studi Evaluasi Penanganan Stunting (Bappenas, 2017) Jurnalis Kab. Banyumas: Si Jari Emas Aplikasi yang dibuat untuk mempermudah rujukan pasien gawat darurat 24 jam (ibu hamil dan bayi baru lahir) dari Bidan ke layanan rujukan (Rumah Sakit). Kota Kupang: BKS Brigade Kupang Sehat (BKS) berupa penyediaan layanan emergency kepada seluruh warga Kota Kupang secara gratis selama 24 jam dengan melibatkan dokter/perawat dan bidan. Adanya peran tokoh agama seperti pendeta dalam sosialisasi PHBS kepada masyarakat di Kota Kupang ataupun Kabupaten Timor Tengah Selatan Pendamping PKH Kader 17
Gerakan Sehat Cerdas sebagai salah satu upaya lintas sektoral penanganan stunting Pada tahun 2018, GSC berfokus pada penanganan stunting salah satunya melalui Kader Pembangunan Manusia atau Human Development Worker (HDW) 5 Paket Pelayanan Utama Kader Pembangunan Manusia/HDW Kesehatan Ibu Anak Tujuan • • • Meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia di perdesaan. Meningkatkan kepedulian masyarakat dan Pemerintah Desa dalam penanganan dan pencegahan masalah stunting di tingkat Desa. Meningkatkan konvergensi dan koordinasi lintas sektor dalam penanganan stunting di tingkat Desa. Konsultasi gizi Sanitasi dan air bersih Perlindungan sosial PAUD
POTENSI SINERGI: Pelatihan P 2 K 2/FDS pada fasilitator GSC untuk Pencegahan Stunting Kader Pembangunan Manusia Tugas (spesifik isu stunting) 1. 2. 3. 4. 5. Fasilitasi masyarakat Desa dalam diagnosa penyebab stunting Fasilitasi dan advokasi peningkatan belanja APBDes untuk kegiatan kesehatan dan pendidikan Koordinasi dengan petugas lapangan dalam pemberian 5 layanan utama Memonitor pelaksanaan 5 paket pelayanan utama Meningkatkan kapasitas dan peran Kecamatan dalam koordinasi penanganan stunting Pendamping PKH 1. Memotivasi ibu/keluarga untuk memberikan makanan bergizi seimbang pada balita dan melakukan pemantuan pertumbuhan dan perkembangan di posyandu. 2. Jika menemukan balita stunting, pendamping melaporkan ke petugas kesehatan dan menyarankan ibu untuk memberikan makanan bergizi seimbang. Cakupan wilayah kerja 1 orang Kader Pembangunan Manusia per Desa 1. 2. 3. Pendamping: Di level keluarga Korcam : Di level Kecamatan Korkab : Di level Kabupaten Lingkup belajar/pelatihan Pelatihan pra tugas dan dilanjutkan dengan “pelatihan di tempat tugas” dalam mekanisme supervisi dan pembimbingan yang dilakukan oleh fasilitator GSC. 1. 2. Bimbingan teknis pendamping Diklat SDM PKH Modul terkait penanganan stunting Modul Peningkatan Kapasitas Kader Pembangunan Manusia (dari Pusat) Modul pendampingan Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga (P 2 K 2): Modul kesehatan dan gizi Dibutuhkan strategi penguatan pendampingan dan integrasi antara GSC dan PKH di lokasi intervensi untuk mendukung penurunan stunting
Rekomendasi 1. Komplementaritas PKH dengan program penanganan stunting lainnya dengan penguatan keterkaitan data KPM. • Pangan: BPNT • Kesehatan: Jaminan Kesehatan • Air bersih dan sanitasi 2. Peningkatan kualitas pelaksanaan P 2 K 2 PKH, antara lain: • Melengkapi kebutuhan modul pendamping dan KPM • Penajaman modul kesehatan khusus pencegahan stunting • Peningkatan pemahaman KPM dalam pemilihan bahan pangan (BPNT) yang bergizi, termasuk pemenuhan MP-ASI bagi baduta 3. Perluasan pelaksanaan P 2 K 2 dan potensi sinergi pelatihan/ pelaksanaan modul kesehatan oleh pendamping sosial lainnya, dan sistem rujukan (SLRT). 4. Evaluasi beban kerja, IKU, dan struktur remunerasi fasilitator 20
TERIMAKASIH
Upaya Penanganan Permasalahan Stunting 1. Intervensi Gizi Spesifik Pada periode ini, jika terjadi gangguan kesehatan maka akan berdampak permanen pada anak Intervensi yang diberikan secara spesifik pada sektor kesehatan, khususnya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak. v Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) v Promosi ASI Eksklusif dan suplemen vitamin A bagi Ibu Hamil v Pemberian MP-ASI v Pemberian makanan tambahan v Imunisasi dasar 2. Intervensi Gizi Sensitif Intervensi gizi sensitif meliputi ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial, dan sebagainya, memiliki kontribusi sebesar 70% sedangkan intervensi di sektor kesehatan sendiri hanya berkontribusi sebesar 30% dalam penanganan stunting.
- Slides: 22