SOSIOLOGI AGAMA BABBY HASMAYNI S PSI M SI
SOSIOLOGI AGAMA BABBY HASMAYNI, S. PSI, M. SI
PENGERTIAN SOSIOLOGI AGAMA Secara Etimologi / harfiah atau berdasarkan makna kata sosiologi berasal dari dua suku kata yaitu dari kata Latin “ Socius “yang berarti kawan dan kata Yunani “Logos “ yang berarti kata fikiran atau ilmu pengetahuan. atau berbicara jadi menurut Auguste Comte Sosiologi berarti “ berbicara mengenai masyarakat “. Secara terminologi Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia, yaitu hubungan perseorangan dengan golongan, hubungan golongan dengan golongan. Sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang perilaku sosial ditinjau dari kecenderungan individu dengan individu lain, dengan memperhatikan simbol interaksi. Ada tiga istilah yang dikenal tentang agama, yaitu: agama, religi dan din. Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan.
ADA BEBERAPA DEFINISI SOSIOLOGI AGAMA, DI ANTARANYA ADALAH: Sosiologi agama adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara berbagai kesatuan masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan berbagai sistem agama, tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam berbagai masyarakat dan system keagamaan yang berbeda. Sosiologi agama adalah studi tentang fenomena sosial, dan memandang agama sebagai fenomena sosial. Sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat. Sosiologi Agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya
Sosiologi Agama ialah suatu cabang Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnnya. Segi-segi penting yang hendak ditonjolkan dalam definisi itu antara lain: Sosiologi Agama adalah cabang dari Sosiologi Umum Sosiologi Agama sama dengan Sosiologi Umum yang benar-benar merupakan suatu ilmu. Tugasnya mencari keterangan ilmiah.
SASARAN DAN FUNGSI SOSIOLOGI AGAMA A. Sasaran sosiologi agama Ada beberapa sasaran atau objek dalam sosiologi agama diantaranya yaitu : 1. Sasaran langsung (objek material) Sasaran langsung atau obyek material sosiologi agama ialah masyarakat agama. Masyarakat agama adalah suatu persekutuan hidup baik dalam lingkungan sempit atau luas yang unsur konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaan. Misalnya kelompok keagamaan atau institusi-institusi religius yang mempunyai ciri tertentu menurut peraturan dan norma-norma yang ditentukan oleh agama.
2. Sudut Pendekatan (objek formal) Yang hendak dicari dalam fenomena agama itu adalah dimensi sosiologisnya. Sampai seberapa jauh agama dan nilai-nilai keagamaan memainkan peranan dan berpengaruh atas eksistensi dan operasi masyarakat manusia. Menurut Keith A. Roberts, sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah memfokuskan kajian pada: a. Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan, yang meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelngsungan hidupnya, pemeliharaan dan pembaharuannya. b. Perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut atau proses sosial yang mempengaruhi status keagamaan dan perilaku ritual. c. Konflik antar kelompok, misalnya katholik lawan protestan, kristen dengan islam dan sebagainya. Bagi sosiolog kepercayaan adalah satu bagian kecil dari aspek agama yang menjadi perhatiaanya.
FUNGSI SOSIOLOGI AGAMA fungsi utama agama adalah mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri dan yang terpenting adalah memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapi realitas. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Pada prinsipnya sosiologi agama sama dengan sosiologi umum yang membedakannya adalah obyek materinya.
sosiologi agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial non keagamaan, memberikan pengetahuan tentang pola-pola interkasi social keberagamaan yang terjadi dalam masyarakat, membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku keberagamaan kita dalam kehidupan bermasyarakat, dengan bantuan sosiologi agama, kita akan semakin memahami nilai-nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain serta memahami perbedaan yang ada.
SEJARAH BERKEMBANGNYA SOSIOLOGI AGAMA Kelahiran sosiologi lazimnya dihubungkan dengan seorang ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1798 -1857), yang dengan kreatif telah menyusun sintesa berbagai macam aliran pemikiran, kemudian mengusulkan mendirikan ilmu tentang masyarakat dengan dasar filsafat empirik yang kuat. ilmu tentang masyarakat ini pada awalnya oleh Auguste Comte diberi nama ”social physics” (fisika sosial), kemudian dirubahnya sendiri menjadi ”sociology” karena istilah fisika sosial tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan ternyata dipergunakan oleh seorang ahli statistik sosial berasal dari Belgia bernama Adophe Quetelet. Selanjutnya Auguste Comte dikenal sebagai ”bapak” sosiologi. Fenomena agama sudah mulai tumbuh sekitar pertengahan abad ke-19 oleh sejumlah sarjana Barat terkenal seperti Edward B. Taylor (1832 -1917), Herbert Spencer (1820 -1903), Friedrich H. Muller (1823 -1917), Sir James G. Fraser (1854 -1941). Tokoh-tokoh ini lebih tertarik kepada agama-agama primitif. Namun pengkajian masalah agama secara ilmiah dan terbina baru mulai sekitar 1900. Mulai saat itu hingga menjelang 1950 muncullah buku sosiologi agama yang sering disebut sosiologi agama klasik. Periode klasik ini dikuasai oleh dua orang sosiolog yang terkenal yaitu Emile Durkheim dari Perancis (1858 -1917) dan Max Weber dari Jerman (18641920). Dua sarjana ini lazim dipandang sebagai pendiri sosiologi agama.
Namun sekitar tahun 1960 -an terjadi perkembangan lain. Sosiologi gereja mengalami frustasi dan kemunduran, bahkan akhirnya berhenti untuk nantinya muncul kembali dalam bentuk baru. Menurut para paninjau yang kompeten memang terdapat alasan-alasan yang cukup kuat menyebabkan hal tersebut, antara lain: a. Pimpinan Gereja umumnya merasa tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan semula. Hal ini membawa akibat yang tidak menguntungkan. Jelasnya, dukungan dari pihak pimpinan gereja berkurang. b. Sementara itu kalangan para sosiolog (dari Sosiologi Umum) tidak tinggal diam. Mereka menilai dan mengeluarkan pendapat mereka, bahwa cara kerja dan hasil kerja para sosiolog gerejani kurang bermutu ilmiah. Mutunya paling tinggi hanya sejajar dengan karangan yang berbobot deskripsi dan sosiografi.
KUNCUP-KUNCUP SOSIOLOGI AGAMA DI INDONESIA Sejalan dengan pertumbuhan Sosiologi Umum di negara kita yang masih dalam hidup permulaan maka dapat di mengerti bahwa masih terdapat kekosongan di bidang Sosiologi Agama. Hal ini disadari kalangan para ahli ilmu sosial dan tidak kurang dari Dr. Mukti Ali (ex menteri Agama RI). Beliau menganjurkan para sarjana Indonesia supaya mengadakan penelitian dalam bidang masalah kehidupan agama. Terlepas dari himbauan Mukti Ali sementara itu telah muncul dalam peredaran sebuah buku yang berjudul “profil pesantren” oleh Sudjoko dkk. LP 3 ES Jakarta (1974) dari sebuah buku lain “pesantren dan pembaharuan”. Dua buku tersebut menyingkap bentuk, kehidupan keagamaan islam dalam ruang lingkup kecil yang disebut pesantren (oleh Abdul Rahman Wahid pernah disebut sebagai subkultur) dikatakan menyingkapkan karena dalam kurun waktu cukup lama dalam pendidikan itu beserta sistem pendidikannya berjalan di luar arus pendidikan umum tertutup bagi dunia luar. Meskipun isi uraian yang disajikan secara formal tidak dapat disebut sosiologi agama dalam arti sesungguhnya namun harus diakui bahwa apa yang telah di kerjakan oleh penulis-penulisnya yang di sponsori Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP 3 ES) tersebut harus disambut dengan rasa gembira. Karena bagaimanapun nilainya mereka telah menanamkan benih-benih yang dapat menumbuhkan rangsangan ke arah penelitian yang diinginkan Sosiologi Agama untuk masa depan.
PENUTUP Kesimpulan Sosiologi secara umum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seumum-umumnya. Sosiologi agama merupakan studi tentang fenomena sosial dan memandang fenomena agama sebagai fenomena sosial. Sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan prinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat. Ia adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya. Saran Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan bahan atau kekurangan di berbagai hal. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk penulis agar kiranya dapat memberi semangat kepada penulis untuk lebih baik lagi dalam kepenulisan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta, Kanisius, 1983 Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006 http: //nash-ilakes. blogspot. com/2011/10/hakikat-metode-fungsi-sosiologi-agama. html http: //orthevie. wordpress. com/2010/02/13/pengertian-tempat-fungsi-dan-aliranserta-metode-penelitian-dalam-sosiologi-agama/ http: //www. google. com http: //sholihulhady. blogspot. com/2012/10/sosiologi-agama_2. html
- Slides: 13