SKRINING Nurul Wandasari Singgih Prodi Kesehatan Masyarakat Univ
- Slides: 45
SKRINING Nurul Wandasari Singgih Prodi Kesehatan Masyarakat Univ Esa unggul 2012/2013
Objektif topik skrining • Mendefinisikan istilah skrining • Menjelaskan tujuan, penggunaan, dan sifat uji skrining • Menghitung berbagai ukuran yang digunakan dalam menilai suatu uji skrining
Definisi skrining • Menurut US Commiission on Chronic Illness (1951) – Identifikasi dugaan penyakit yang tidak diketahui atau kelainan dengan penerapan tes (uji), pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan secara cepat.
Uji skrining • Memisahkan secara jelas orang yang sehat mungkin mempunyai penyakit dari pada orang -orang yang sehat yang mungkin tidak mempunyai penyakit • Tidak ditujukan untuk menjadi diagnostik. Orang dengan tes positif atau temuan dicurigai harus dirujuk ke dokter mereka untuk diagnosis dan perlakuan pengobatan
Uji Skrining • Hanya merupakan pemeriksaan awal, responden yang positif memerlukan pemeriksaan diagnostik kedua • Inisiatifnya lebih baik dimulai oleh peneliti atau orang atau lembaga penyedia pelayanan dari pada keluhan pasien • Umumnya peduli dengan penyakit kronik dan bertujuan mendeteksi penyakit yang belum dalam pengobatan medik
Definisi: Skrining adalah deteksi dini dari: - suatu penyakit, - prekursor dari suatu penyakit, - kerentanan terhadap suatu penyakit pada individu yang tidak/belum menunjukkan tanda atau gejala dari penyakit tersebut.
DIAGNOSA DINI • MENGETAHUI PENYAKIT SEDINI-DININYA SEBELUM GEJALA KLINIK TAMPAK
People who are as yet asymptomatic Early detection Classifying likelihood having a disease Further evaluation by diagnostic test Early treatment Cured Noresponse Died
Test Skrining dapat dilakukan dengan: • Pertanyaan/Kuesioner: – misal: MAST (Michigan Alcohol Screening Test) utk mengidentifikasi risiko alkoholism • Pemeriksaan Fisik: – misal: pemeriksaan tekanan darah • Pemeriksaan Laboratorium: – misal: pemeriksaan gula darah, HPV • X-ray, termasuk diagnostic imaging: – misal: mammografi
Diagnosa vs Skrining • Test Skrining seringkali dapat dipergunakan sebagai test diagnosa • Diagnosa: menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit pada individu yang dicurigai atau ‘at risk’ menderita suatu penyakit • Contoh: pemeriksaan gula darah, skrining utk org sehat, tetapi diagnostik utk penderita DM
JENIS PENYAKIT YANG TEPAT UNTUK SKRINING • MERUPAKAN PENYAKIT YG SERIUS • PENGOBATAN SBLM GEJALA MUNCUL HARUS LEBIH UNTUNG DIBANDINGKAN DENGAN SETELAH GEJALA MUNCUL. • PREVALENS PENYAKIT PRE KLINIK HARUS TINGGI PADA POPULASI YANG DISKRINING
Pengobatan fase preklinik • Pengobatan pada DPCP lebih baik sebelum gejala muncul – DPCP = detectable preclinical phase (Fase preklinik yang dapat dideteksi) – Contoh: • kanker serviks dpcp panjang, 10 tahun. Uji (tes) Papanicoulaou smear (Pap smear) akan efektif • kanker paru , dpcp pendek, maka skrining tidak efektif
Prevalens dpcp tinggi pada populasi • biaya program skrining, diarahkan pada kasus terdeteksi • skrining terbatas • deteksi kanker payudara untuk wanita yang punya riwayat keluarga • kanker kandung kemih pada pekerja yang terpapar
Hipertensi contoh penyakit yang baik diskrining • serius , mortalitas tinggi ; terdokumentasi • pengobatan dini , menurunkan mortalitas & morbiditas • prevalensi tinggi di populasi, 20 %
PKU (Phenyl Keton Urea) • penyakit jarang ; bayi lahir tanpa ada fenilamin hidroksilase • akumulasi fenilamin , mental retardasi • 1 antara 15. 000 kelahiran • jenis Skrining: akurat; murah ; sederhana; • PKU skrining seluruh bayi
SYARAT SKRINING 1. PENYAKIT HRS MERUPAKAN MASALAH KES. MASYARAKAT YG PENTING 2. HARUS ADA CARA PENGOBATAN YAGN EFEKTIF 3. TERSEDIA FASILITAS PENGOBATAN DIAGNOSA 4. DIKETAHUI STADIUM PREKLINIK, SIMPTOMATIK DINI & MASA LATEN 5. TEST HRS COCOK, HANYA MENGAKIBATKAN SEDIDKIT KETIDAK NYAMNAN , DPT DITERIMA OLEH MASYARAKAT
SYARAT SKRINING 6. TELAH DIMENGERTI RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT 7. HARUS ADA POLICY YANG JELAS 8. BIAYA HARUS SEIMBANG, BIAYA SKRINING HRS SESUAI DENGAN HILANGNYA KONSEKUENSI KESEHATAN 9. PENEMUAN HARUS TERUS MENERUS
TYPE OF SCREENING 1. 2. 3. 4. 5. MASS SCREENING SELECTIVE SCREENING SINGLE DISEASE SCREENING CASE FINDING SCREENING MULTIPHASIC SCREENING
ASPEK EPIDEMIOLOGI SKRINING TEST VALIDITAS RELIABILITAS EFFICACY
VALIDITAS KEMAMPUAN DARI SUATU PEMERIKSAAN/TEST UNTUK MENENTUKAN INDIVIDU MANA YANG MEMPUNYAI PENYAKIT/BERISIKO (TIDAK NORMAL) DAN INDIVIDU MANA YANG TIDAK MEMPUNYAI PENYAKIT (NORMAL/SEHAT).
INDIKATOR UTK MENILAI VALIDITAS 1. SENSITIVITAS 2. SPESIFISITAS
§ 4. 3 Validity • Compare test results to a gold standard diagnosis • Classify each observation: TP = true positives TN = true negatives FP = false positives FN = false negatives • Cross-tabulate results Gerstman Chapter 4 25
Sensitivity and Specificity Test T+ T− Total D+ D− Total TP FN TP+FN FP TN FP+TN TP+FP FN+TN N • Sensitivity (SEN) ≡ proportion of cases that test positive = TP / (TP + FN) • Specificity (SPEC) ≡ proportion of noncases that test negative = TN / (TN + FP) Gerstman Chapter 4 26
SENSITIVITAS KEMAMPUAN DARI SUATU SKRINING TEST UNTUK MENGIDENTIFIKASI SECARA BENAR ORANG-ORANG YANG MEMPUNYAI PENYAKIT/ BERISIKO.
SPESIFISITAS KEMAMPUAN DARI SUATU SKRINING TEST UNTUK MENGIDENTIFIKASI SECARA BENAR ORANG-ORANG YANG SEHAT ATAU YANG TIDAK MEMPUNYAI PENYAKIT/ BERISIKO.
TRUE POSITIF BERDASARKAN SKRINING TEST DAN POSITIF ATAU SAKIT BERDASARKAN “GOLD STANDARD”
TRUE NEGATIF BERDASARKAN SKRINING TEST DAN NEGATIF / SEHAT/TIDAK SAKIT BERDASARKAN “GOLD STANDARD”
FALSE POSITIF BERDASARKAN SKRINING TEST TETAPI NEGATIF ATAU TIDAK SAKIT/SEHAT BERDASARKAN “GOLD STANDARD”
FALSE NEGATIF BERDASARKAN SKRINING TEST TETAPI POSITIF ATAU SAKIT BERDASARKAN “GOLD STANDARD”
RELIABILITAS KEMAMPUAN TEST ATAU PENGUKURAN UNTUK MENGHASILKAN NILAI YANG SAMA PADA INDIVIDU DAN KONDISI YANG SAMA
Subject (biological) variation Repeatibility Evaluation of quality of measurement Validity Observer (measurement) variation Random Systematic Within observer (tends to be random) Between observer (tends to be systematic) Sensitivity (ability to identify true positives) Specificity (ability to exclude true negatives)
OBSERVER BIAS 1. INTER OBSERVER BIAS 2. INTRA OBSERVER BIAS
Penilaian Reliabilitas Interpretasi nilai Kappa (Altman, 1991): 0. 8 - 1 0. 6 - <0. 8 0. 4 - <0. 6 0. 2 - <0. 4 <0. 2 : sangat baik (very good) : baik (good) : moderate : cukup (fair) : buruk (poor) (terdapat beberapa pembagian/interpretasi nilai Kappa yang tidak terlalu berbeda satu sama lain oleh beberapa peneliti lain)
- Teoae skrining sluha
- Absennya satu atau kedua buah pelir adalah
- Pregled sinonim
- Materi skrining epidemiologi
- Singgih purnomo
- Peran simbolik makanan adalah
- Kkni level 8 prodi magister
- Marlia singgih
- Prodi sp. kklp
- Program kerja prodi pgsd
- Sarcodina
- Akreditasi prodi di ipb
- Singgih kartono
- Nurul aina
- Nurul ichwan bkpm
- Goplar
- Nurul aziz
- Nurul alam school and college
- Gebod verbod mogen adalah
- Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan nurul fadilah
- Nurul islam
- Nurul faizah
- Nurul atikah binti muhamad
- @nurul hammi saqila:41°18'14.1n81°54'06.1"w
- Siklus manajemen data kesehatan
- Kemitraan promosi kesehatan
- Makalah pemberdayaan masyarakat dalam promosi kesehatan
- Jelaskan ruang lingkup kesehatan masyarakat
- Tujuan ismkmi
- Kesehatan masyarakat dalam bahasa inggris
- Pengertian konseling kesehatan klien di masyarakat
- Indikator bb/u
- Jurnal etika profesi kesehatan masyarakat
- Analisis situasi adalah
- Kode etik kesehatan masyarakat
- Dr adji suwandono
- Rujukan upaya kesehatan masyarakat
- Masalah kesehatan masyarakat teh balukar tina lingkungan
- Makalah problem solving cycle kesehatan masyarakat
- Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
- Konsep dasar kesehatan masyarakat
- Web fkm uad
- 12 prinsip etika kesehatan masyarakat
- Peran bidan dalam kesehatan masyarakat
- Tugas admin puskesmas
- Kesehatan masyarakat esa unggul