Skala Psikologi sebagai Alat Ukur Lanjutan Faktorfaktor yang
Skala Psikologi sebagai Alat Ukur - Lanjutan
Faktor-faktor yang Melemahkan Validitas • Validitas : ketepatan dan kecermatan instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya. • Artinya validitas menunjuk pada sejauh mana skala itu mampu mengungkap dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang mana ia dirancang untuk mengukurnya.
Beberapa faktor yang dapat mengancam validitas skala psikologi. Konsep Teoretik Tidak Cukup Difahami • Untuk mengukur “sesuatu” maka sesuatu itu harus dikenali terlebih dahulu dengan baik. • Bila konsep mengenai atribut yang hendak diukur tidak dikenali dengan baik maka perancang skala mungkin hanya memiliki gambaran yang tidak komprehensif atau bahkan keliru mengenai atribut yang bersangkutan.
Aspek keperilakuan Tidak Operasional. • Kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur beserta konstraknya memudahkan dalam perumusan indikator keperilakuan yang juga jelas dan mudah difahami oleh penulis aitem. • Indikator keperilakuan diciptakan berdasar bantuan konseptual mengenai atribut yang diukur menjadi rumusan operasional yang terukur (measurable).
Penulisan Aitem Tidak Mengikuti kaidah • Aitem yang sukar dimengerti maksudnya oleh fihak responden karena terlalu panjang atau karena kalimatnya tidak benar secara tata bahasa, aitem yang mendorong responden untuk memilih jawaban tertentu saja, aitem yang memancing reaksi negatif dari fihak responden, aitem yang mengandung muatan social desirablility tinggi dan aitem yang memiliki cacat semacamnya hampir dapat dipastikan adalah hasil dari proses penulisan aitem yang mengabaikan kaidah-kaidah penulisan yang standard. • Aitem-aitem seperti itu tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan.
Administrasi Skala Tidak berhati-hati • Skala yang isinya telah dirancang dengan baik dan aitem-aitemnya sudah ditulis dengan prosedur yang benar namun disajikan atau diadministrasikan kepada responden dengan cara sembarangan dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai keadaan responden.
Kehatian-hatian administrasi Penampilan skala (validitas tampang) • Dari segi penampilan, skala harus dikemas dalam bentuk yang berwibawa sehingga mampu menimbulkan respek dan apreasiasi dari fihak respondennya. • Sekalipun harus tetap tampil sederhana, namun skala psikologi perlu dikemas indah, dicetak jelas dengan pilihan huruf yang tepat dengan tata-letak (layout) yang menarik serta menggunakan desain lembar jawab yang dapat memudahkan subjek dalam memberikan jawaban. • Penampilan skala yang sederhana tapi anggun dapat lebih memotivasi subjek untuk memberikan jawaban dengan serius sehingga diharapkan akan dapat diperoleh data yang valid.
Situasi Ruang • Situasi ruang menunjuk pada kondisi di dalam tempat pelaksanaan penyajian atau administrasi skala. • Ruang perlu dipersiapkan dengan baik, ruang harus cukup nyaman, cukup pencahayaan dan tidak bising. • Sedapat mungkin masing-masing subjek duduk menghadap satu meja yang leluasa untuk membaca dan memahami isi skala dan meresponnya. Tidak boleh ada gangguan atau kehadiran orang ketiga yang dapat mempengaruhi respon subjek.
Kondisi subjek. • Skala psikologi hanya boleh disajikan pada subjek yang kondisinya baik secara fisik maupun psikologis memenuhi syarat. Jangan mengharapkan jawaban yang valid apabila responden harus membaca dan menjawab skala dalam keadaan sakit, lelah, tergesa-gesa, tidak berminat, merasa terpaksa dan semacamnya.
Pemberian Skor Tidak cermat • Sekalipun disediakan kunci skor, namun kadang-kadang masih dapat terjadi kesalahan dari fihak pemeriksa dikarenakan salah dalam penghitungan skor atau keliru cara penggunaan kunci jawaban. • Pada skala yang menggunakan konversi skor, kesalahan dapat terjadi sewaktu mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena salah lihat pada tabel konversi.
Keliru Interpretasi • Penafsiran terhadap hasil ukur merupakan bagian penting dari proses diagnosis psikologi. Bagaimana pun bagusnya kualitas psikometrik skala yang digunakan apabila diinterpretasikan secara tidak benar tentu akan sia-sia dan kesimpulan diagnosisnya tidak tepat.
Langkah-langkah dasar Konstruksi • Awal kerja penyusunan suatu skala psikologi dimulasi dari melakukan identifikasi tujuan ukur yaitu memilih suatu definisi, mengenali dan memahami dengan seksama teori yang mendasari konstrak psikologi atribut yang hendak diukur.
• Kemudian dilakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak yang didefinisikan oleh teori yang dipilih. • Pembatasan domain tersebut dilakukan dengan cara menguraikan konstrak teoretik atribuat yang diukur menjadi beberapa rumusan dimensi atau aspek keperilakuan yang konsep keperilakuannya lebih jelas.
• Dimensi keperilakuan, sekalipun sudah lebih jelas konsep keperilakuannya biasanya masih konseptual dan belum terukur sehingga perlu dioperasionalkan ke dalam bentuk keperilakuan yang lebih konkret sehingga penulis aitem akan memahami benar arah respon yang harus diungkap dari subjek. • Operasionalisasi ini dirumuskan ke dalam bentuk indikator keperilakuan (behaviour indicators).
• Himpunan indikator-indikator keperilakuan beserta dimensi yang diwakilinya kemudian dituangkan dalam kisi-kisi atau blue print yang setelah dilengkap dengan spesifikasi skala akan dijadikan sebagai acuan bagi para penulis aitem.
• Penulisan aitem harus selalu memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang sudah ditentukan. • Pada tahap awal penulisan aitem, umumnya dibuat aitem yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam skala spesifikasi skala yaitu sampai sekitar tiga kali lipat dari jumlah aitem yang anti akan digunakan dalam skala bentuk final. • Hal ini dimaksudkan agar nanti penyusun skala tidak kehabisan aitem akibat gugurnya aitem yang tidak memenuhi persyaratan.
• Menurut pengalaman, bagi penulis-penulis aitem yang belum berada pada tahap kecakapan yang tinggi, angka mortalitas (mortality rate) aitem sangat besar. • Hanya sebagian kecil saja aitem yang ditulis oleh penulis yang belum terlatih yang akan selamat melewati proses seleksi psikometrik. • Review pertama harus dilakukan oleh penulis aitem sendiri yaitu dengan selalu memeriksa setiap aitem yang barus saja ditulis apakah telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak keluar dari pedoman penulisan aitem.
• Apakah semua aitem telah ditulis, review dilakukan oleh beberapa orang yang berkompeten (sebagai panel). Kompetensi yang diperlukan dalam hal ini meliputi penguasaan masalah konstruksi skala dan masalah atribut yang diukur. • Selain itu pengusaan bahasa tulis standard sangat diperlukan. Semua aitem yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan harus diperbaiki atau ditulis ulang. Hanya aitem-aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik yang boleh diloloskan untuk mengukuti uji coba empirik di lapangan (field test).
• Ketentuan meloloskan aitem dalam tahap evaluasi kualitatif oleh panel para ahli tersebut adalah kesepakatan mereka (expert judgment) bahwa isi aitem yang bersangkutan adalah logis untuk mengungkap indikatornya (logical validity). • Sampai pada tahap ini, kerja sistematik yang dilakukan merupakan dukungan terhadap validitas isi (content validity) dan validitas konstrak (contruct validity) skala.
• Kumpulan aitem yang telah berhasil melewati proses review kemudian harus dievaluasi secara kualitatif lebih jauh yaitu diujicobakan pada sekelompok kecil responden guna mengetahui apakah kalimat yang digunakan dalam aitem mudah dan dapat difahami dengan benar oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis aitem.
• Reaksi-reaksi responden berupa pertanyaan mengenai kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam aitem merupakan pertanda kurang komunikatifnya kalimat yang ditulis dan itu memerlukan perbaikan. • Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat apa yang sudah jelas bagi penulis aitem dapat saja belum cukup mudah untuk dimengerti oleh orang lain.
• Evaluasi terhadap fungsi aitem yang biasa dikenal dengan istilah analisis aitem merupakan proses pengujian aitem secara kuantitatif guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala. • Parameter aitem yang diuji paling tidak adalah daya beda aitem atau daya diskriminasi aitem yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak diukur.
• Hasil analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. Aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan psikometrik akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian dari skala. • Sebaliknya, aitem-aitem yang telah memenuhi persyaratan pun tidak dengan sendirinya disertakan ke dalam skala. • Proses kompilasi akan menentukan mana diantara aitem tersebut yang akhirnya terpilih. Di samping memperhatikan parameter aitem, kompilasi skala harus dilakukan dengan mempertimbangkan proporsionalitas aspek keperilakuan sebagaimana dideskripsikan oleh blue-printnya.
• Komputasi koefisien reliabilitas sebagaimana estimasi terhadap reliabilitas skala dilakukan bagi kumpulan aitem-aitem yang telah terpilih yangbanyaknya disesuaikan dengan jumlah yang telah dispesifikasikan oleh blue-print. • Apabila koefisien reliabilitas skala ternyata belum memuaskan maka penyusun skala dapat kembali ke langkah kompilasi dan merakit ulang skala dengan lebih mengutamakan aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi sekalipun pernah sedikit mengubah proporsi aitem dalam setiap komponen atau bagian skala.
• Kumpulan aitem yang memiliki daya diskriminasi tinggi akan dapat meningkatkan koefisien reliabilitas skala secara proposional dengan (bilamana perlu) menurunkan sedikit kriteria seleksi aitem asalkan sisa aitem masih cukup tersedia. • Hal tersebut dilakukan terutama bila jumlah seluruh aitem dalam skala belum begitu banyak. Secara umum, penambahan jumlah aitem akan meningkatkan koefisien reliabilitas skala.
• Validasi skala pada hakikatnya merupakan suatu proses berkelanjutan. Pada skala-skala yang hanya akan digunakan secara terbatas memang pada umumnya dicukupkan dengan validiasi isi yang dilakukan melalui proses review aitem oleh para ahli (expert judgement) namun sebenarnya semua skala psikologi harus teruji konstraknya. • Skala yang secara isi sudah sesuai dengan kisi-kisi indikator perilaku tetap perlu ditunjukkan secara empirik apakah konstrak yang dibangun dari teori semula memang didukung oleh data.
• Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. • Dalam bentuk final, berkas skala dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin pula lembar jawaban yang terpisah. • Ukuran kertas yang digunakan perlu disesuaikan dengan panjangnya skala sehingga jangan sampai berkas skala tampak sangat tebal yang menyebabkan responden kehilangan motivasi. • Pemilihan ukuran huruf perlu juga mempertimbangkan usia responden jangan sampai memakai huruf berukuran terlalu kecil sehingga responden yang agak lanjut usia kesulitan membacanya.
Terima kasih
- Slides: 31