SISTEM SARAF MOTORIK TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM l l

  • Slides: 50
Download presentation
SISTEM SARAF MOTORIK

SISTEM SARAF MOTORIK

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM l l Mahasiswa mampu memahami terminologi ilmu saraf, struktur-struktur makroskopik dan

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM l l Mahasiswa mampu memahami terminologi ilmu saraf, struktur-struktur makroskopik dan mikroskopik dan fungsi masing-masing komponen sistim saraf termasuk organisasi hubungan utamanya, korelasi struktur dengan fungsi termasuk perilaku, efek utama dari lesi terhadap area penting secara klinis dan jalur syaraf. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, menyangkut proses patologi, gejala dan symptoma, dasar-dasar proses penyembuhan sistem neuromuskuler.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Mahasiswa mampu memahami tentang komponen-komponen dari sistem saraf motorik. 2.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Mahasiswa mampu memahami tentang komponen-komponen dari sistem saraf motorik. 2. Mampu memahami tentang fisiologi dari komponen-komponen sistem saraf motorik. 3. Mampu memahami proses patologi, gejala, sympton pada sistem saraf motorik. 4. Mahasiswa mampu mengenal penyakit akibat gangguan saraf motorik.

Sistem Motorik Jalur Motorik Desenden l Jalur motorik = UMNLMN-otot l Traktus kortiko spinal

Sistem Motorik Jalur Motorik Desenden l Jalur motorik = UMNLMN-otot l Traktus kortiko spinal korteks – kapsula interna – traktus piramidalis – traktus kortiko spinal anterior/ lateral – LMN – saraf perifer – otot.

Hubungan Neuro Muskular

Hubungan Neuro Muskular

Regenerasi Saraf Perifer

Regenerasi Saraf Perifer

Sindroma Terowongan Karpal (Carpal Tunnel)

Sindroma Terowongan Karpal (Carpal Tunnel)

Pleksus Servikalis Mempersarafi : Otot/kulit kepala, leher, bahu/dada atas, diagfragma

Pleksus Servikalis Mempersarafi : Otot/kulit kepala, leher, bahu/dada atas, diagfragma

Pleksus Brachialis Mempersarafi Bahu/lengan atas

Pleksus Brachialis Mempersarafi Bahu/lengan atas

Lesi Saraf Perifer Lesi Pleksus Brachialis

Lesi Saraf Perifer Lesi Pleksus Brachialis

Pleksus Lumbalis Saraf terbesar : N Femuralis

Pleksus Lumbalis Saraf terbesar : N Femuralis

REFLEKS SPINAL

REFLEKS SPINAL

Refleks Spinal l Untuk mengerti fungsi Medula Spinalis dan sistem motorik l Kontrol motorik

Refleks Spinal l Untuk mengerti fungsi Medula Spinalis dan sistem motorik l Kontrol motorik supraspinal melalui refleks spinal l Refleks spinal yg ! secara klinis : Refleks regang (Rr)

Refleks regang (Rr) Refleks sentral yang paling sederhana l Terdiri dari 2 sel saraf:

Refleks regang (Rr) Refleks sentral yang paling sederhana l Terdiri dari 2 sel saraf: neuron reseptor – effektor Afferen = berasal dari reseptor di kumparan otot Efferen = motor neuron alpha/gamma ke serabut otot l Arkus refleks sensitif thd pengaruh bermacam mekanisme Contoh: (Sherrington) kerusakan otak depan – rigiditas deserebrasi Bila + kerusakan N vestibularis – rigiditas hilang Radiks dorsalis dipotong – rigiditas hilang l

Arkus Rr Monosinaptis

Arkus Rr Monosinaptis

Komponen Rr l Rr tonik – stimulus << – letupan motor neuron asinkron berkepanjangan

Komponen Rr l Rr tonik – stimulus << – letupan motor neuron asinkron berkepanjangan – kontraksi kumparan otot terus menerus – otot mempunyai tonus (gamma/<<) untuk pengaturan sikap badan l Rr phasik – stimulus >> - letupan motor neuron sinkron sekaligus – kontraksi kumparan otot bersama-sama – menentukan refleks tendo(alpha/>>)

Batasan Tonus Otot Resistensi aktif yang dirasakan pada kontraksi otot bila sendi secara pasif

Batasan Tonus Otot Resistensi aktif yang dirasakan pada kontraksi otot bila sendi secara pasif dilakukan fleksi dan ekstensi l Tonus dibagi: l ¡ ¡ sensitif terhadap velocity (dinamik) sensitif terhadap panjang (statik) Bila betul-betul relaks dan otot diam – tonus – l Tonus timbul al: dg gerakan kepala, genggaman tangan, menghitung, ketegangan mental. l

Tonus Otot l Statik Rgs. Serabut intra/ ekstra fusal l Dinamik + Rgs alpha

Tonus Otot l Statik Rgs. Serabut intra/ ekstra fusal l Dinamik + Rgs alpha intra fusal relaks l Intra/Ekstra fusal kontraksi bersama

Kelainan Tonus l Tegang berkepanjangan – tonus selalu teraba l Tonus tinggi + tremor

Kelainan Tonus l Tegang berkepanjangan – tonus selalu teraba l Tonus tinggi + tremor – rigiditas – “cogwheel rigidity”= fenomena roda bergigi pada Parkinson l Ggn tonus + lesi serebelum – “claps knife phenomenon” = fenomena pisau lipat

Rr dengan Lintasan Panjang

Rr dengan Lintasan Panjang

Mekanisme refleks tendo/H l Regangan sekaligus pada seluruh kumparan otot (rgs tendo) – l

Mekanisme refleks tendo/H l Regangan sekaligus pada seluruh kumparan otot (rgs tendo) – l Motor neuron alpha – kontraksi otot (refleks tendo) l Refleks dapat timbul dg rgs listrik pada saraf afferen (Refleks Hoffman) l Kolateral serabut afferen (Ia) inhibisi – otot ekstensor l Sensasi posisi tungkai/control gerak

Refleks Fleksor l Stimulasi receptor nyeri kulit (kutaneus)/FRA (Fleksor refleks afferent) fleksi tungkai =

Refleks Fleksor l Stimulasi receptor nyeri kulit (kutaneus)/FRA (Fleksor refleks afferent) fleksi tungkai = Refleks withdrawal protective = polisinaptik. l Kolat/interneuron melintas. Garis tengah – Tungkai kontra lateral respons ekstensor l Kontrol supraspinal = mel retikulo spinal l Contoh refleks protektif lain = r cornea, refleks abd/kremaster dan Babinski

Kontrol supraspinal terhadap refleks segmental Interaksi (supra spinal – refleks segmental) mel interneuron/ neuron

Kontrol supraspinal terhadap refleks segmental Interaksi (supra spinal – refleks segmental) mel interneuron/ neuron propriospinal l Sistem propiospinal : neuron panjang dan neuron pendek l Neuron panjang , mel serebelum – masa laten panjang. l Refleks dengan lintasan panjang l

“Tonic Vibration Refleks” (TVR) l Stimulasi vibrasi pada tendo atau “belly” otot (gelombang rangsang

“Tonic Vibration Refleks” (TVR) l Stimulasi vibrasi pada tendo atau “belly” otot (gelombang rangsang pada kumparan otot) terjadi kontraksi lambat. l Termasuk Rr tonik dg keterlibatan supraspinal l Saat neuron melaksanakan TVR tidak dapat berespons thd refleks fasik

Refleks Spinal Komponen Arkus Refleks = Respons invol, cepat tidak direncanakan

Refleks Spinal Komponen Arkus Refleks = Respons invol, cepat tidak direncanakan

Reflex Regang Tonik dengan Lintasan Panjang Respon lebih lambat

Reflex Regang Tonik dengan Lintasan Panjang Respon lebih lambat

Refleks Regang l Monosinaptik l Rgs diteruskan ke supra spinal l Otot antagonis dg

Refleks Regang l Monosinaptik l Rgs diteruskan ke supra spinal l Otot antagonis dg interneuron

Refleks Tendo l Sensori/ Aff = Tendon golgi

Refleks Tendo l Sensori/ Aff = Tendon golgi

Refleks Fleksor (with drawal) l Ipsilateral l Polisinaps l Poli segmental

Refleks Fleksor (with drawal) l Ipsilateral l Polisinaps l Poli segmental

Refleks Ekstensor Menyilang l Naik tangga l Melibatkan kontra lateral tungkai

Refleks Ekstensor Menyilang l Naik tangga l Melibatkan kontra lateral tungkai

Hubungan Basal Ganglia l Berupa loop / sirkuit l Ggn nigro striatal parkinson l

Hubungan Basal Ganglia l Berupa loop / sirkuit l Ggn nigro striatal parkinson l Ggn striatal chorea

TONUS OTOT DAN GERAK

TONUS OTOT DAN GERAK

Neuron motorik l LMN terdapat pada kornu anterior tdd: Alpha, Beta dan Gamma l

Neuron motorik l LMN terdapat pada kornu anterior tdd: Alpha, Beta dan Gamma l Merupakan jalur achir gerak: “final commom pathway” (Sherrington) l Alpha aktif sesaat sblm aktivitas kumparan otot: kerjasama Alpha-Gamma l Kekuatan kontraksi otot tergantung jumlah motor unit yang terlibat

Tremor fisiologis l Normal ¡ ¡ l tremor tidak ada pada keadaan istirahat tremor

Tremor fisiologis l Normal ¡ ¡ l tremor tidak ada pada keadaan istirahat tremor ada bila mempertahankan sikap/kontr. kuat otot Teoritis ¡ ¡ ¡ tremor akibat beban mekanis otot sendiri osilasi Rr pengaturan dari sentral Tremor fisiologis dapat ↑ ketakutan/ketegangan mental, ggn mtbl thirotoksikosis, hipoglikemia, uremia dan gagal hepar dan pemulihan karena polio, polineuritis, kelemahan otot l Dapat ↑ dengan alkohol atau obat propanolol l

Kontral supra spinal pada Motor Neuron l Pengaturan spinal sikap badan diatur jalur ekstra/piramidal

Kontral supra spinal pada Motor Neuron l Pengaturan spinal sikap badan diatur jalur ekstra/piramidal l Refleks postur tdd: “Tonic neck(TNR) tonic labyrinthine reflex(TLR)” l TNR: putar leher kesatu sisi, rgs dari otot leher/sendi ekstensi tungkai atas sesisi/fleksi sisi berlawanan

Kontrol supra spinal Refleks segmental lebih jelas pada kerusakan korteks l TLR jelas dengan

Kontrol supra spinal Refleks segmental lebih jelas pada kerusakan korteks l TLR jelas dengan posisi tegak, reseptor otolith dipengaruhi g Tegak: lengan fleksi/kaki ekstensi : jelas posisi dekortikasi/distonia Kepala ditekuk: kaki fleksi/lengan ekstensi l Lompat dan reaksi penempatan kaki (“limb placing reactions”) memp. pusat area tambahan pada lb frontalis. + reaksi fleksi/ekstensi ~ jalan. l

Kontrol supraspinal l Ekstrapiramidal : Akson motorik desenden diluar sistem piramidal Vestibulospinal/serebellospinal : aktivitas

Kontrol supraspinal l Ekstrapiramidal : Akson motorik desenden diluar sistem piramidal Vestibulospinal/serebellospinal : aktivitas tgt posisi kepala dan leher Fungsi Retikulospinal: aktivitas kewaspadaan, inhibisi/eksitasi tonus. Fungsi Rubro/tektospinal: presisi gerak dan gerak melingkar tt leher

Fungsi Sistem piramidal l Inferior medulla: 80% menyilang. Sebelumnya berhub. dg ekstrapiramidal l Berasal

Fungsi Sistem piramidal l Inferior medulla: 80% menyilang. Sebelumnya berhub. dg ekstrapiramidal l Berasal dari area 4 dan 6 korteks l Mengatur gerak tungkai dan wajah (unilateral), batang tubuh (bilat) l Lebih mergs gerak ekstensi tungkai atas dan fleksi tungkai bawah l Berhub. dg refleks abdominal dan cremaster

Gerak l Lebih otomatik = involunter l Kurang otomatik = volunter l Gerak ttd

Gerak l Lebih otomatik = involunter l Kurang otomatik = volunter l Gerak ttd 2 komponen tsb dengan kadar berbeda

Gerak volunteer/otomatik Respirasi. Gerak inspirasi/ekspirasi rgs bergantian(reciprocal) dari BO Gerak dapat dikontrol secara volunter

Gerak volunteer/otomatik Respirasi. Gerak inspirasi/ekspirasi rgs bergantian(reciprocal) dari BO Gerak dapat dikontrol secara volunter Rgs melalui motor neuron thoraks l Righting refleks. Refleks melompat dan menempatkan kaki Sangat kompleks. Integrasi dengan basal ganglia dan thalamus l “Locomotion”. Pusat lokomotion: N subthalamik dan mesensephalon dan mungkin juga ada di Med S. Kontrol tdd korteks motorik, serebellum, tr retikulospinal, basal ganglia. l

Gerak involunteer/kurang otomatik l Gerak balistik. Gerak terprogram tapi dapat dimodifikasi selama gerak l

Gerak involunteer/kurang otomatik l Gerak balistik. Gerak terprogram tapi dapat dimodifikasi selama gerak l Sering pada gerakan sakadik l Gerak awal merupakan aktivitas agonis/antagonis l Gerak melingkar: persiapan sikap !: abd/adduksi tungkai atas dan fleksi bawah

Lukisan Botticelli R. Babinski = Extensor plantar respons

Lukisan Botticelli R. Babinski = Extensor plantar respons

Kontrol gerak mel sistem piramidal dan ekstrapiramidal Kontrol supraspinal bayi – fleksor refleks +

Kontrol gerak mel sistem piramidal dan ekstrapiramidal Kontrol supraspinal bayi – fleksor refleks + Kira 2 1 thn – fleksor refleks – Kira 2 15 bln – fleksor refleks + sis pir+ekstrapir ~ jalan/gerak trampil

KELAINAN TONUS

KELAINAN TONUS

Batasan l Tonus otot: sensasi yang dirasakan pemeriksa bila melakukan gerak sendi dengan penderita

Batasan l Tonus otot: sensasi yang dirasakan pemeriksa bila melakukan gerak sendi dengan penderita dalam keadaan relaks. Dalam keadaan N tonus diatur tr pyramidal+ tr kortikoretikulospinal dg inhibisi terhadap Rr tonik juga tgt: ¡ ¡ faktor mekanis = sendi, ligamen dan viskoelastisitas otot dapat diperkirakan dari postur tungkai dalam relaks, cara lenggang pada sakit kronik postur ditentukan refleks yang berlebihan pada pemeriksaan bandingkan ka-ki

Perubahan tonus otot l Umumnya perubahan refleks regang e. kehilangan kontrol supraspinal l Kasus

Perubahan tonus otot l Umumnya perubahan refleks regang e. kehilangan kontrol supraspinal l Kasus lesi serebellar: hipotonia + refleks fasik ↓ / N l Kasus lesi basal ganglia tonus ↑ refleks fasik N (Parkinson) = rigid l Bila keduanya terganggu – spastis : refleks tonik dan fasik ↑ = sindroma UMN.

Karakteristik Lesi UMN l Kelemahan dg distribusi: ¡ tungkai atas abductor dan ekstensor ¡

Karakteristik Lesi UMN l Kelemahan dg distribusi: ¡ tungkai atas abductor dan ekstensor ¡ Tungkai bawah: fleksor l Tonus otot ↑ , refleks tendo ↑ terdapat klonus l Terdapat “ekstensor plantar respons” = Babinski

Shock Spinal dan Serebral l Terjadi pada lesi yang tiba 2 l Penyebab hilangnya

Shock Spinal dan Serebral l Terjadi pada lesi yang tiba 2 l Penyebab hilangnya kontrol supra spinal secara tiba 2 l Gejala: tonus flaksid dan refleks tendo – l Pada beberapa kasus refleks tendo bertahan selama 24 jam Menghilang dan umumnya kembali bertahap dalam 3 -6 minggu

Respon Babinski Refleksor bila ada release UMN – respons ekstensor plantar = Babinski l

Respon Babinski Refleksor bila ada release UMN – respons ekstensor plantar = Babinski l Pada manusia yang sudah “mature” stimulasi telapak kaki – gerak kebawah jari 1 l Lesi UMN reaksi jari 1 ekstensi (ekstensor hallucis longus) (Bagian dari refleksor) l ¡ ¡ Refleks melalui segmen S 1 Babinski juga + pada hipoglikemia dan koma pasca epilepsi

Prinsip Tatalaksana Spastisitas l Sering spastisitas layak dipertahankan krn dapat berfungsi spt bidai/kruk l

Prinsip Tatalaksana Spastisitas l Sering spastisitas layak dipertahankan krn dapat berfungsi spt bidai/kruk l Spastisitas dapat mengganggu pada pasien dengan kekuatan otot baik l Obat 2 an yang effektif untuk Rr pada otot anti g: Diazepam dan Baclofen l Obat suntik: Dantrolene sodium dan Botoks