SINTAKSIS R MEKAR ISMAYANI M PD IKIP SILIWANGI

  • Slides: 83
Download presentation
SINTAKSIS R. MEKAR ISMAYANI, M. PD. IKIP SILIWANGI BANDUNG

SINTAKSIS R. MEKAR ISMAYANI, M. PD. IKIP SILIWANGI BANDUNG

KEBIJAKAN PERKULIAHAN 1. Pertemuan (16 kali) a. Tatap Muka : 14 b. UTS :

KEBIJAKAN PERKULIAHAN 1. Pertemuan (16 kali) a. Tatap Muka : 14 b. UTS : 1 c. UAS : 1 2. Buku Sumber : Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan Judul Buku : Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Prespektif Fungsi 3. Tugas : Individu dan Kelompok 4. Kuis : Individu

5. Penilaian a. Akhlaq: bersikap, bertutur, berpakaian b. Kehadiran : 25% c. Tugas :

5. Penilaian a. Akhlaq: bersikap, bertutur, berpakaian b. Kehadiran : 25% c. Tugas : 10% d. Proses : 15% d. UTS : 25% e. UAS : 25%

Uraian Materi Pertemuan (SILABUS) 1. Pendahuluan a. Tujuan dan manfaat mempelajari sintaksis b. Konsep

Uraian Materi Pertemuan (SILABUS) 1. Pendahuluan a. Tujuan dan manfaat mempelajari sintaksis b. Konsep dasar sintaksis c. Rencana Perkuliahan 2. Frasa 3. Klasifikasi Frasa 4. Klausa 5. Klasifikasi Klausa 6. Analisis Klausa 6. Hubungan Antar Klausa 7. Kalimat

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. UTS Ciri-ciri Unsur Kalimat Klasifikasi

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. UTS Ciri-ciri Unsur Kalimat Klasifikasi Kalimat Lanjutan Klasifikasi Kalimat Pola Kalimat Analisis Kalimat Efektif Review Materi UAS

PERTEMUAN 1 1. 2. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sintaksis Konsep Dasar Sintaksis

PERTEMUAN 1 1. 2. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sintaksis Konsep Dasar Sintaksis

TUJUAN DAN MANFAAT MEMPELAJARI SINTAKSIS Tujuan 1. Sintaksis merupakan dasar untuk kemahirwacanaan 2. Merupakan

TUJUAN DAN MANFAAT MEMPELAJARI SINTAKSIS Tujuan 1. Sintaksis merupakan dasar untuk kemahirwacanaan 2. Merupakan mata kuliah prasyarat mata kuliah kebahasaan lainnya di Prodi PB Indonesia 3. Menemukan aturan umum dalam sebuah bahasa 4. Memiliki kompetensi ilmu kalimat sebagai ilmu wajib yang harus dikuasai seorang calon guru bahasa Indonesia

MANFAAT 1. 2. Mengetahui dan memahami ilmu kalimat mulai dari kata, frasa, klausa, dan

MANFAAT 1. 2. Mengetahui dan memahami ilmu kalimat mulai dari kata, frasa, klausa, dan kalimat Mengetahui keberterimaan sebuah kalimat

L I N G U I S T I K semantik Bukan gramatika sintaksis

L I N G U I S T I K semantik Bukan gramatika sintaksis Tata bahasa (gramatika) morfologi fonologi Bukan gramatika

TATARAN LINGUISTIK KALIMAT KLAUSA FRASA WACANA SINTAKSIS KATA MORFEM MORFOLOGI MAKNA FONEM FONOLOGI SEMANTIK

TATARAN LINGUISTIK KALIMAT KLAUSA FRASA WACANA SINTAKSIS KATA MORFEM MORFOLOGI MAKNA FONEM FONOLOGI SEMANTIK

Bidang Kajian Sintaksis Kata Frasa Klausa Kalimat

Bidang Kajian Sintaksis Kata Frasa Klausa Kalimat

Pengertian Sintaksis � Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Pengertian Sintaksis � Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi istilah sintaksis yaitu: menempatkan bersama-sama pada kata-kata menjadi kelompok kata (kalimat). � Ramlan (1976: 57) menyebutkan bahawa sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat. � Verhaar (1999: 161) mendefinisikan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.

� Arifin dan Junaiyah (2008: 1) bahwa sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan. �

� Arifin dan Junaiyah (2008: 1) bahwa sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan. � Kridalaksana (2001: 199) menyatakan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata dan satuan – satuan yang lebih besar, atau antar satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.

Pertemuan 2 FRASA § Penertian Frasa § Sifat Frasa § Ciri-ciri Frasa § Perbedaan

Pertemuan 2 FRASA § Penertian Frasa § Sifat Frasa § Ciri-ciri Frasa § Perbedaan Frasa dengan Kata Majemuk § Klasifikasi Frasa

Pengertian Frasa § Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata

Pengertian Frasa § Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001: 139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa. § Menurut Abdul Chaer (2009: 39) frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis.

§ Menurut Zaenal Arifin (2008: 18) Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata

§ Menurut Zaenal Arifin (2008: 18) Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif § Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa merupakan satu kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang sifatnya nonpredikatif tetapi dapat menduduki unsur S, P, O, Pel, atau Ket

Sifat Frasa 1. 2. Merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih.

Sifat Frasa 1. 2. Merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih. Merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Frasa selalu terdapat dalam satu unsur klausa, yaitu bisa terletak di S, P, O, Pel, atau Ket.

Pengertian Satuan Gramatik �Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal maupun gramatikal �Arti leksikal

Pengertian Satuan Gramatik �Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal maupun gramatikal �Arti leksikal adalah makna yang terkandung dalam kata �Arti gramatikal adalah makna yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik

CIRI-CIRI FRASA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Terdiri dari dua kata atau lebih

CIRI-CIRI FRASA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Terdiri dari dua kata atau lebih Belum melampaui batas fungsi (S, P, O, Pel, K) Belum memenuhi syarat sebagai klausa Lebih kecil daripada klausa Dapat dipertukarkan letaknya sejauh tidak mengubah arti kalimat semula Dapat disisipi kata “yang”

KONSTRUKSI FRASA 1. 2. 3. 4. kata + kata (sedang + mandi) kata +

KONSTRUKSI FRASA 1. 2. 3. 4. kata + kata (sedang + mandi) kata + frasa (yang + akan datang) frasa + frasa (baju baru + anak itu) kata + klitika (buku + nya)

PERBEDAAN FRASA DENGAN KATA MAJEMUK KATA MAJEMU K FRASA Tidak membentuk makna baru Membentuk

PERBEDAAN FRASA DENGAN KATA MAJEMUK KATA MAJEMU K FRASA Tidak membentuk makna baru Membentuk makna baru Dapat disisipi unsur lain Tidak dapat disisipi unsur lain Gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan, diganti, dipertukarkan, diimbuhkan kecuali sekaligus

Klasifikasi Frasa 1. 2. 3. Berdasarkan persamaan distribusi unsurnya Berdasarkan inti kata Berdasarkan distribusi

Klasifikasi Frasa 1. 2. 3. Berdasarkan persamaan distribusi unsurnya Berdasarkan inti kata Berdasarkan distribusi kelas kata

Klasifikasi Frasa Ditinjau dari Persamaan Distribusi 1. Frasa Endosentris Frasa yang mempunyai distribusi sama

Klasifikasi Frasa Ditinjau dari Persamaan Distribusi 1. Frasa Endosentris Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. 2. Frasa Eksosentris Frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi sama dengan frasanya.

Frasa Endosentris Koordinatif Apositif Atributif

Frasa Endosentris Koordinatif Apositif Atributif

Frasa endosentris koordnatif Frasa yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata “dan, atau” suami

Frasa endosentris koordnatif Frasa yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata “dan, atau” suami istri, kakek nenek, adik kakak, dsb.

Frasa endosentris atributif Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan oleh kata

Frasa endosentris atributif Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan oleh kata penghubung “dan, atau”. Buku baru, sedang belajar, belum bekerja

Frasa Endosentris Apositif Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat

Frasa Endosentris Apositif Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata “dan, atau”. 1. Amin, anak Pak Darto sedang belajar. 2. Anak Pak Darto sedang membaca. 3. Amin sedang membaca.

direktif Frasa Eksosentris nondirektif

direktif Frasa Eksosentris nondirektif

Umumnya berfungsi sebagai keterangan. Frasa Eksosentris Direktif (Frasa Preposisional) 1. Tempat, seperti : di

Umumnya berfungsi sebagai keterangan. Frasa Eksosentris Direktif (Frasa Preposisional) 1. Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada dinding 2. Asal arah, seperti : dari kampung, dari sekolah 3. Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras 4. Tujuan arah, seperti : ke Lampung 5. Menunjukan peralihan, seperti : kepada saya, (percaya) kepada Tuhan 6. Perihal, seperti : tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya 7. Tujuan, seperti : untukmu, buatku 8. Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab, gara-gara kamu 9. Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu

Frasa Eksosentris Nondirektif (Frasa Articula/Kata Sandang) 1. Aku bertanya kepada (si) terdakwa. 2. (Sang)

Frasa Eksosentris Nondirektif (Frasa Articula/Kata Sandang) 1. Aku bertanya kepada (si) terdakwa. 2. (Sang) kekasih rupanya sudah pergi.

Klasifikasi Frasa Berdasarkan Kelas Kata 1. 2. 3. 4. 5. 6. Frasa Nominal (Frasa

Klasifikasi Frasa Berdasarkan Kelas Kata 1. 2. 3. 4. 5. 6. Frasa Nominal (Frasa Benda) Frasa Verbal (Frasa Kerja) Frasa Ajektival (Frasa Sifat) Frasa Pronominal (Frasa Ganti) Frasa Numeral (Frasa Bilangan) Frasa Preposisional/Adverbial (Frasa Depan)

Frasa Nominal • • • • Baju baru Gadis cantik Ayah ibu Gedung sekolah

Frasa Nominal • • • • Baju baru Gadis cantik Ayah ibu Gedung sekolah Kapal laut Cincin emas Perusahaan batik Dua orang petani Koran kemarin pagi Beras dari cianjur Telur tiga butir Si Ahmad Sang Pangeran

§ sedang mandi § akan datang § tidak berangkat § tertawa keras § belajar

§ sedang mandi § akan datang § tidak berangkat § tertawa keras § belajar berjalan Frasa Verbal

Frasa Preposisional qke depan qdari pasar quntuk mama qkepada bawahan qdi sekolah

Frasa Preposisional qke depan qdari pasar quntuk mama qkepada bawahan qdi sekolah

§ § § Cantik sekali Sungguh elok Amat pandai Terlalu besar Masih malu-malu Frasa

§ § § Cantik sekali Sungguh elok Amat pandai Terlalu besar Masih malu-malu Frasa Adjektival

Klasifikasi Frasa Berdasarkan Inti Kata � Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti kata sama dengan

Klasifikasi Frasa Berdasarkan Inti Kata � Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti kata sama dengan pengelompokan atas kelas katanya. � Perbedaannya hanya dilihat dari ada tidak unsur inti di dalam frasa tersebut. � Frasa yang memiliki inti, dikelompokkan ke dalam endosentrik, sementara yang tidak memiliki inti dikelompokkan ke dalam eksosentrik.

FRASA IDIOMATIK �Frasa Idiomatik Frasa yang berbentuk ungkapan Contoh : Bergaul dengannya cukup makan

FRASA IDIOMATIK �Frasa Idiomatik Frasa yang berbentuk ungkapan Contoh : Bergaul dengannya cukup makan hati. Amir tangan kanan direktur perusahaan.

KLAUSA v Pengertian v Ciri-Ciri Klausa v Jenis-Jenis v Hubungan Klausa antar Klausa Koordinatif

KLAUSA v Pengertian v Ciri-Ciri Klausa v Jenis-Jenis v Hubungan Klausa antar Klausa Koordinatif dan Subordinatif

Pengertian Klausa � Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri

Pengertian Klausa � Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat. � Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K). � Hasan Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.

� Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurangnya terdiri

� Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurangnya terdiri atas subjek dan predikat. � Satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi atau tersusun atas predikator dan argumen, belum disertai oleh intonasi akhir pada ragam lisan atau tanda baca (tanda titik, tanda seru, tanda tanya) pada ragam tulisan (Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan).

Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri

Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari penanda klausa. Penanda klausa adalah P.

Ciri-Ciri Klausa a. b. c. d. e. f. Merupakan kelompok kata Memiliki unsur predikat

Ciri-Ciri Klausa a. b. c. d. e. f. Merupakan kelompok kata Memiliki unsur predikat Satu klausa memiliki satu predikat Di dalam klausa mungkin terdapat frasa, tetapi di dalam frasa tidak mengandung klausa Berpotensi menjadi sebuah kalimat Sekurang-kurangnya mengandung satu subjek

Unsur-Unsur Klausa 1. Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K) 2. Unsur Kategorial

Unsur-Unsur Klausa 1. Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K) 2. Unsur Kategorial Klausa Unsur kategorial adalah jenis/kelas kata yang menjadi inti frasa. Kategori frasa menduduki masing-masing unsur fungsional klausa. 3. Unsur Peran Klausa Unsur peran merupakan salah satu pengisi unsur fungsional. Unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. (pelaku, perbuatan, sasaran, tujuan/tempat)

berdasarkan struktur intern klausa lengkap klausa tidak lengkap klausa positif berdasarkan ada tidaknya unsur

berdasarkan struktur intern klausa lengkap klausa tidak lengkap klausa positif berdasarkan ada tidaknya unsur negasi klausa negatif klausa nominal klausa verbal Klasifikasi Klausa berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P klausa adjektival klausa numeral klausa preposisional klausa pronominal berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat klausa bebas klausa terikat berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat klausa atasan klausa bawahan

Jenis-Jenis Klausa 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya a. Klausa Lengkap Klausa lengkap ialah

Jenis-Jenis Klausa 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya a. Klausa Lengkap Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P. b. Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi a. Klausa positif ialah klausa yang

2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi a. Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh : Paman berlibur ke Bali b. Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh: Paman tidak berlibur ke Bali Unsur Negasi (tidak, bukan, tak)

3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P a. Klausa Nominal Klausa

3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P a. Klausa Nominal Klausa nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa Nomina. Contoh: Dia seorang dokter b. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verbal. Contoh: Dia sedang membantu para korban banjir c. Klausa adjektival Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektival. Contoh: 1) Adiknya sangat gemuk 2) Hotel itu sudah tua

d. Klausa Numeral Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori

d. Klausa Numeral Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh; mahasiswanya sembilan orang e. Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja f. Klausa Pronominal Klausa pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk pronomina. Contoh: 1) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah 2) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya

4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat a. Klausa bebas ialah klausa yang

4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat a. Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor b. Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor

5. Klasifikasi Klausa Berdasarkan Kriteria Tatarannya dalam Kalimat a. Kalusa Atasan Klausa atasan ialah

5. Klasifikasi Klausa Berdasarkan Kriteria Tatarannya dalam Kalimat a. Kalusa Atasan Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari klausa yang lain Contoh: Ketika paman datang, kami sedang belajar. Pada contoh di atas, yang merupakan klausa atasan yaitu: “Kami sedang belajar” b. Klausa Bawahan Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa Contoh : Pada kalimat poin a, klausa bawahan yaitu: “ketika paman datang. ”

Analisis Klausa berdasarkan makna unsur-unsur dan struktur intern a. Makna Unsur Pengisi P 1)

Analisis Klausa berdasarkan makna unsur-unsur dan struktur intern a. Makna Unsur Pengisi P 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Menyatakan makna “Perbuatan/tindakan” Menyatakan makna “Keadaan” Menyatakan makna “Keberadaan” Menyatakan makna “pengenal/identitas” Menyatakan makna “jumlah” Menyatakan makna “perolehan” Menyatakan makna “Proses” Menyatakan makna “Kejadian” Menyatakan makna “Pemilikan” Menyatakan makna “Kuantitas”

b. Makna Unsur Pengisi S 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

b. Makna Unsur Pengisi S 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Menyatakan makna "pelaku" Menyatakan makna "alat" Menyatakan makna "sebab" Menyatakan makna "penderita" Menyatakan makna "hasil" Menyatakan makna "tempat" Menyatakan makna "penerima” Menyatakan makna "pengalaman" Menyatakan makna "dikenal" Menyatakan makna "terjumlah“ Menyatakan makna “Sasaran” Menyatakan makna “Penanggap” Menyatakan makna “Pengguna” Menyatakan makna “Penyerta” Menyatakan makna “Sumber” Menyatakan makna “Jangkauan” Menyatakan makna “Ukuran”

c. Makna Unsur Pengisi O 1. Menyatakan makna "penderita" 2. Menyatakan makna "penerima" 3.

c. Makna Unsur Pengisi O 1. Menyatakan makna "penderita" 2. Menyatakan makna "penerima" 3. Menyatakan makna “tempat” 4. Menyatakan makna "alat" 5. Menyatakan makna "hasil"

e. Makna Unsur Pengisi PEL 1. Menyatakan makna "penderita". 2. Menyatakan makna "alat". f.

e. Makna Unsur Pengisi PEL 1. Menyatakan makna "penderita". 2. Menyatakan makna "alat". f. Makna Unsur Pengisi KET 1. Menyatakan makna "tempat" 2. Menyatakan makna "waktu" 3. Menyatakan makna "cara” 4. Menyatakan makna "peserta/penyerta" 5. Menyatakan makna "alat (dengan)"

6. Menyatakan makna "sebab" 7. Menyatakan makna "pelaku" 8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas" 9. Menyatakan

6. Menyatakan makna "sebab" 7. Menyatakan makna "pelaku" 8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas" 9. Menyatakan makna "perbandingan" 10. Menyatakan makna "perkecualian“ 11. Menyatakan makna “tujuan/penerima (ke)” 12. Menyatakan makna “kesalingan” 13. Menyatakan makna “syarat (jika, seandainya)” 14. Menyatakan makna “perwatasan (tentang)” 15. Menyatakan makna “perlawanan” 16. Menyatakan makna “kualitas (bagus, jelek, baik, terang, redup, dsb)” 18. Menyatakan makana “modalitas”

HUBUNGAN ANTARKLAUSA 1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara) Contoh: Diana membaca komik dan adik

HUBUNGAN ANTARKLAUSA 1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara) Contoh: Diana membaca komik dan adik menggambar pemandangan. 2. Hubungan Subordinatif (Kalimat majemuk bertingkat) Contoh: Martini membelikan adik mainan baru ketika adik berulang tahun. S P O Pel S P Catatan: untuk mengetahui hubungan antarklausa, lihat konjungsi yang digunakan pada klausa tersebut, jika yang digunakan konjungsi kalimat majemuk setara maka hubungan klausa tersebut bersifat koordinatif. Apabila konjungsi yang digunakan yaitu konjungsi kalimat majemuk bertingkat, maka hubungan antarklausa bersifat subordinatif.

KALIMAT Ø Pengertian Kalimat Ø Ciri-ciri Kalimat Ø Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat) Ø

KALIMAT Ø Pengertian Kalimat Ø Ciri-ciri Kalimat Ø Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat) Ø Ciri-ciri Unsur Kalimat Ø Klasifikasi Kalimat Ø Pola Kalimat Ø Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran Ø Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat �Menurut Abdul Chaer (2009: 44) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari

Pengertian Kalimat �Menurut Abdul Chaer (2009: 44) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

�Satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau

�Satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun (Ida Bagus Putrayasa, 2010: 20). �Satuan kumpulan kata-kata yang terkecil dan mengandung pikiran lengkap (Sutan Takdir Alisyahbana (1993: 72).

�Menurut Zaenal Arifin (2008: 54) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,

�Menurut Zaenal Arifin (2008: 54) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

CIRI - CIRI KALIMAT Widjono (2007: 147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. 1) 2)

CIRI - CIRI KALIMAT Widjono (2007: 147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. 1) 2) 3) Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan hurup kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.

�Kesenyapan awal berupa huruf kapital �Kesenyapan tengah berupa tanda koma (, ), tanda titik

�Kesenyapan awal berupa huruf kapital �Kesenyapan tengah berupa tanda koma (, ), tanda titik koma ( ; ), tanda titik dua (: ) �Kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita (. ), tanya (? ), intonasi perintah (!), dan intonasi kagum.

JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS (UNSUR-UNSUR KALIMAT) 1. Subjek (S) 2. Predikat(P) 3. Objek (O) 4.

JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS (UNSUR-UNSUR KALIMAT) 1. Subjek (S) 2. Predikat(P) 3. Objek (O) 4. Pelengkap (Pel) 5. Keterangan (K)

Ciri-Ciri Unsur Kalimat 1. Subjek a. b. c. d. e. f. g. h. S

Ciri-Ciri Unsur Kalimat 1. Subjek a. b. c. d. e. f. g. h. S selalu mendahului P Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa Berupa kata benda, frase bendaan, kata ganti Disertai kata itu, ini, dan tersebut Didahului kata bahwa Tidak didahului preposisi Mempunyai keterangan pewatas yang Batas antara S dan P dapat diberi kata pemisah adalah, jadi, menjadi, atau merupakan.

2. Predikat a. b. c. d. e. Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau

2. Predikat a. b. c. d. e. Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana. Secara morfologis P sering ditandai prefiks me-, di-, dan ber-. Predikat disertai kata adalah, menjadi, atau merupakan Predikat dapat diingkari Predikat dapat disertai kata keterangan aspek

f. Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas g. Predikat dapat didahului kata yang h.

f. Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas g. Predikat dapat didahului kata yang h. Predikat dapat berupa: 1) 2) 3) 4) 5) kata benda/frase nominal(profesi/jabatan/pekerjaan), kata kerja / frase verbal, kata sifat / frase adjektival, kata bilangan / frase numeral, kata depan / frase preposisional. i. Fungsi predikat menyatakan pernyataan, perintah, atau pertanyaan.

3. Objek, adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif

3. Objek, adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Contoh: q. Adi mengunjungi. (Membutuhkan kehadiran O) q. Ayah memakan. (Membutuhkan kehadiran O) q. Adi mengunjungi Pak Rustam. q. Ayah memakan mangga. q. Adi berkunjung. (Tidak membutuhkan kehadiran O) q. Ayah makan. (Tidak membutuhkan kehadiran O)

4. Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu: NO

4. Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu: NO OBJEK PELENGKAP 1 Berwujud nomina atau klausa. Contoh: Ia mempelajari matematika. Berwujud nomina, verba, adjektiva, frasa, preposisi, atau klausa. Contoh: Ia belajar matematika. 2 Berada langsung di belakang predikat. Contoh: Ia membaca sebuah cerita. Berada langsung di belakang P jika tak ada O dan di belakang O jika ada O. Contoh: Ia menjadi tentara. Ia membacakan adik sebuah cerita.

NO OBJEK PELENGKAP 3 Dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Ayah memakan roti. Roti

NO OBJEK PELENGKAP 3 Dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Ayah memakan roti. Roti dimakan ayah Tidak dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Adik belajar matematika. Matematika diajar adik. 4 Dapat diganti dengan pronomina –nya. Contoh: Ibu menjual baju. Ibu menjualnya. Tidak dapat diganti dengan – nya, kecuali kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Contoh: Ibu berjualan baju. Ibu berjualannya. Adik bercerita tentang hal itu. Adik bercerita tentangnya.

5. Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Fungsi

5. Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat suka rela atau tidak wajib. Contoh : • Dia memotong rambutnya di kamar. • Di kamar, dia memotong rambutnya. • Dia di kamar memotong rambutnya.

KLASIFIKASI KALIMAT Kalimat Susunan S-P-nya Kelengkapan unsurnya Maksud penuturnya Jumlah klausa Proporsinya Normal Mayor

KLASIFIKASI KALIMAT Kalimat Susunan S-P-nya Kelengkapan unsurnya Maksud penuturnya Jumlah klausa Proporsinya Normal Mayor Deklaratif Tunggal Sederhana Inversi Minor Interogatif Majemuk Luas Kategori Pengisi P-nya Nominal Verbal Aktif Imperatif Transitif Eksklamatif Intransitif pasif

POLA KALIMAT Pola kalimat dasar adalah: S-P : Suara Tia merdu. Adikku menangis. Struktur

POLA KALIMAT Pola kalimat dasar adalah: S-P : Suara Tia merdu. Adikku menangis. Struktur kalimat dasar 1. KB + KB 2. KB + KK 3. KB + KS 4. KB + K Bilangan 5. KB + K Depan

Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di antaranya: P–S S-P-O S-P-K S -

Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di antaranya: P–S S-P-O S-P-K S - P - O - Pel : Habis sudah harapannya. : Badai Tsunami mengguncang Asia. : Kereta Bima sudah bersiap di Jalur 4. : Kus memberi adik sebuah boneka DORA.

Contoh Pola Kalimat Fungsi Subyek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Tipe 1. S-P 2. S-P-O

Contoh Pola Kalimat Fungsi Subyek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Tipe 1. S-P 2. S-P-O 3. S-P-Pel 4. S-P-Ket 5. S-P-O-Pel 6. S-P-O-Ket Orang itu sedang tidur - - - Saya mahasiswa - - - Ayahnya membeli mobil baru - - Rani mendapat hadiah - - Beliau menjadi - ketua koperasi - Pancasila merupakan - dasar negara kita - Kami tinggal - - di Jakarta Kecelakaan itu terjadi - - minggu lalu Dia mengirimi ibunya uang - Dian mengambilkan adiknya air minum - Pak Raden memasukkan uang - ke bank Beliau memperlakukan kami - dengan baik

CATATAN � Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan tetapi tidak semua kalimat tunggal

CATATAN � Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan tetapi tidak semua kalimat tunggal merupakan kalimat dasar. � Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa segi: 1. kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni 2. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang diperluas dengan berbagai keterangan 3. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang berubah susunannya

�S dan P merupakan inti dalam sebuah kalimat. �Kalimat inti adalah kalimat yang di

�S dan P merupakan inti dalam sebuah kalimat. �Kalimat inti adalah kalimat yang di dalamnya mengandung inti kalimat yaitu S dan P. �Kalimat inti sering disebut kalimat sederhana �Kalimat luas adalah kalimat yang dibangun atas beberapa unsur inti (mengandung unsur inti (S dan P) dan unsur tambahan (O, Pel, K)).

FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN FUNGSI S P O Pel K KATEGORI N V N

FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN FUNGSI S P O Pel K KATEGORI N V N N F Adverbia PERAN Pelaku Pekerjaan Sasaran CONTOH Paman membelikan Rianti Tempat/ Waktu/ Keadaan/ Sifat buku kemarin sore

KALIMAT EFEKTIF § Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat

KALIMAT EFEKTIF § Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar /pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010: 172). § Menurut Kreaf (1980: 36), kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi dua syarat sebagai berikut. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis. a. b.

§ Menurut Razak (1985: 2), kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan

§ Menurut Razak (1985: 2), kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna, mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan oleh pembicara (penulis). § Menurut Arifin (1987: 111), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau penulis.

Syarat Kalimat Efektif Kesepadanan/ Kesatuan struktur Keparalelan bentuk Kecermatan penalaran (Kecermatan) Ketegasan makna (penekanan)

Syarat Kalimat Efektif Kesepadanan/ Kesatuan struktur Keparalelan bentuk Kecermatan penalaran (Kecermatan) Ketegasan makna (penekanan) Kepaduan gagasan (koherensi) Kehematan kata Kelogisan bahasa

1 Kesepadanan struktur Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa Cirinya: a) Memiliki subjek dan

1 Kesepadanan struktur Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa Cirinya: a) Memiliki subjek dan predikat yang jelas b) Tidak terdapat subjek ganda c) Menggunakan kata penghubung yang tepat d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang” 2 3 Keparalelan bentuk Kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat Ketegasan makna Perlakuan penonjolan pada pokok ide kalimat Caranya: a) Meletakkan kata yang menonjol di depan kalimat b) Membuat urutan kata yang bertahap c) Melakukan pengulangan kata d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan e) Menggunakan partikel penekanan

4 Kehematan kata Tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu Caranya:

4 Kehematan kata Tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu Caranya: a) Menghilangkan pengulangan subjek b) Menghilangkan pemakaian subordinat pada hiponimi kata c) Menghilangkan kesinoniman dalam kalimat d) Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak 5 Kecermatan penalaran 6 Kepaduan gagasan Tidak menimbulkan tafsiran ganda Memberikan pernyataan padu, sehinga informasi tidak terpecah Cirinya: a) Tidak bertele-tele b) Menggunakan aspek+agen+verba secara tertib c) Tidak menyisipkan kata “daripada” atau “tentang” antara predikat dan objek 7 Kelogisan bahasa Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai ejaan yang berlaku

1. 2. 3. 4. 5. 6. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa

1. 2. 3. 4. 5. 6. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. (tidak hemat) Kambing sangat senang bermain hujan. (tidak logis) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (tidak tepat) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label. (tidak paralel) Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak padu) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (tidak sepadan)