SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Mainuri Budi Argo S Pd
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Mainuri Budi Argo, S. Pd Kelas XII – IPA Semester 1
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN KOMPETENSI INTI : 1. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prossedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak nyata 2. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN KOMPETENSI DASAR : � 3. 1. Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Sebelum pada pembahasan sifat koligatif larutan, terlebih dahulu akan dibahas dua jenis satuan konsentrasi yaitu, molalitas dan fraksi mol. A. MOLALITAS / KEMOLALAN / m Molalitas atau kemolalan menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg (= 1000 gram) pelarut. Oleh karena itu, kemolalan dinyatakan dalam mol/kg. dengan, m = kemolalan larutan n = jumlah mol zat terlarut p = massa pelarut (dalam kg)
B. FRAKSI MOL (X) Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat pelarut adalah n. A, dan jumlah mol zat terlarut adalah n. B, maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah : Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut adalah 1.
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN : (merupakan sifat fisika larutan) Istilah koligatif diambil dari bahasa Latin "colligare" (mengumpulkan). Artinya, sifat-sifat ini ditentukan oleh kumpulan partikel zat terlarut. Penelitian tentang sifat-sifat koligatif dipelopori oleh Francois Marie Raoult (1830 - 1901) dari Perancis pada tahun 1870 – an. Sifat larutan yang hanya ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut di dalam larutan, tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarut. Ada 4 sifat koligatif larutan yaitu : 1. penurunan tekanan uap , P 2. kenaikan titik didih , Td 3. penurunan titik beku , Tb 4. tekanan osmosis , Sifat koligatif larutan dibedakan atas : sifat koligatif larutan non – el DAN sifat koligatif larutan el
1. Penurunan tekanan uap jenuh , P Penurunan tekanan uap jenuh larutan ( P) adalah selisih antara tekanan uap pelarut murni (Po) dan tekanan uap larutan (P) yang dirumuskan sebagai berikut : P = Po – P maka, P = Po – Po. XA P = Po (1 – XA) ingat bahwa : XA + XB = 1 maka : XB = 1 – XA sehingga : P = Po. XB P = penurunan tekanan uap jenuh X B = fraksi mol zat terlarut
2. Kenaikan titik didih larutan , Td/ Tb , b = boilling perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni TITIK DIDIH : temperatur pada saat tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan udara luar Raoult merumuskan : Td = m. Kd Titik didih air = 100 o. C Titik didih larutan = 100 o. C + Td Kd : tetapan kenaikan titik didih molal , o. C / m tergantung pada jenis pelarut
3. Penurunan titik beku larutan, Tb/ Tf , f = freezing Raoult merumuskan : Tb = m. Kb Kb = tetapan titik beku molal , o. C/m Titik beku larutan = 0 - Tb
4. Tekanan osmosis , Osmosis : peristiwa merembesnya pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui selaput semipermiabel (membran semipermiabel = selaput tipis yang hanya dapat dilewati molekul-molekul pelarut tetapi tidak dapat dilewati molekul-molekul zat terlarut) Tahun 1887, J. H Van't Hoff menemukan bahwa tekanan osmosis larutan encer memenuhi persamaan yang sesuai dengan persamaan gas ideal yaitu, : =C. R. T C R T = tekanan osmosis (atm) = konsentrasi , M = tetapan Ridberg (= 0, 082 lt. atm. K-1) = temperatur mutlak larutan (K)
2. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT Larutan elektrolit : zat yang larutannya dapat menghantarkan listrik (semua asam, basa dan garam) Larutan elektrolit dibedakan menjadi : elektrolit kuat elektrolit yang dalam air akan terionisasi sempurna/hampir sempurna sehingga daya hantar listriknya sangat baik Yang tergolong elektrolit kuat : asam : semua asam halida kecuali HF , H 2 SO 4 dan HNO 3 basa : semua basa yang mudah larut , kecuali NH 4 OH, basa yang mudah larut : Na. OH , KOH , Ca(OH)2 , Ba(OH)2 dan Sr(OH)2 garam : semua garam yang mudah larut dalam air
elektrolit lemah elektrolit yang dalam air hanya terionisasi sedikit, sehingga daya hantar listriknya kurang baik Yang tergolong elektrolit lemah : asam : HF , CH 3 COOH , HCN basa : semua basa yang sukar larut dan NH 4 OH garam : semua garam yang sukar larut dalam air
Ketika Svante August Arrhenius (1859 – 1927) mengembangkan teori ion, barulah diketahui bahwa ion-ion dalam larutan elektrolit ternyata ikut mempengaruhi harga Td dan Tb larutan itu. Oleh karena itu Hukum Raoult tidak berlaku bagi larutan elektrolit (hukum Raoult hanya berlaku pada larutan non elektrolit). bagi larutan elektrolit, yang berlaku adalah hukum yang dirumuskan oleh Jacobus Henricus Van't Hoff (1852 – 1911) Sifat koligatif larutan elektrolit lebih besar daripada larutan non – elektrolit , karena faktor Van't Hoff , i i = 1 + (n – 1)
Perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dengan larutan non elektrolit secara kuantitatif dinyatakan oleh faktor Van't Hoff ( i ) : i = 1 + (n – 1) Sehingga rumusan sifat koligatif larutan elektrolit adalah sebagai berikut : P = Po. XB. i Td = m. Kd. i Tb = m. Kb. i =C. R. T. i
Hal – hal yang perlu diperhatikan : 1. Sehubungan dengan jumlah ion (n), dikenal beberapa istilah : elektrolit biner : elektrolit yang memiliki dua ion (n = 2), misal : Na. Cl, Cu. SO 4, KNO 3, Al. PO 3, CH 3 COOH dsb elektrolit terner : elektrolit yang memiliki tiga ion (n = 3), misal : H 2 SO 4 , Na 2 CO 3 , Ba. Cl 2 dsb elektrolit kuarterner : elektrolit yang memiliki empat ion (n = 4), misal : Fe. Cl 3 , Al. Cl 3 dsb untuk elektrolit dengan n > 4 , tidak ada istilah khusus 2. Makin besar harga n (makin banyak ion yang dimiliki elektrolit), makin besar pula harga Td dan Tb 3. Makin besar harga (makin kuat elektrolit), makin besar pula harga Td dan Tb
4. Khusus untuk elektrolit kuat ( = 1), berlaku Td = Kd. m. n Tb = Kb. m. n 5. Khusus untuk elektrolit biner (n = 2), berlaku : Td = Kd. m. (1 + ) Tb = Kb. m. (1 + ) 6. Pada konsentrasi yang sama, larutan elektrolit selalu memiliki harga Td dan Tb yang lebih besar jika dibandingkan dengan larutan non elektrolit 7. Td makin besar = titik didih makin tinggi ; Tb makin besar = titik beku makin rendah
- Slides: 16