SIDANG SENAT TERBUKA TERBATAS DENGAN ACARA UJIAN DOKTOR
SIDANG SENAT TERBUKA TERBATAS DENGAN ACARA UJIAN DOKTOR SAUDARA: BAMBANG MURSITO PROGRAM STUDI PENYULUHAN PEMBANGUNAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MINAT UTAMA: PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO/BISNIS KECIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET RABU, 30 JANUARI 2013
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺭﺏ ﺍﺷﺮﺡ ﻟﻲ ﺻﺪﺭﻱ ﻭﻳﺴﺮﻟﻲ ﺃﻤﺮﻱ ﻭﺍﺣﻠﻞ ﻋﻘﺪﺓ ﻣﻦ ﻟﺴﺎﻧﻲ ﻳﻔﻘﻬﻮﺍ ﻗﻮﻟﻲ ﻳﺎ ﻓﺘﺎﺡ ﻳﺎﻋﻠﻴﻢ "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlahuntukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, Ya Allah Maha Pembuka Ya Allah Maha Mengetahui”
PEMBERDAYAAN PENGRAJIN MEBEL DI DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Diajukan untuk Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji pada Sidang Senat Terbatas Universitas Sebelas Maret Guna Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Doktor Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Minat Utama: Pemberdayaan Usaha Mikro/Bisnis Kecil Oleh: Bambang Mursito NIM: T 620208005 Komisi Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M. S. Promotor Prof. Dr. Sigit Santoso, M. Pd. Co-promotor I Prof. Dr. Ir. Darsono, M. Si. Co-promotor II PROGRAM DOKTOR STUDI PENYULUHAN PEMBANGUNAN/ PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 30 JANUARI 2013
UJIAN TERBUKA PEMBERDAYAAN PENGRAJIN MEBEL DI DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Mahasiswa : Bambang Mursito (NIM: T 620208005) Dewan Penguji : Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S. (Ketua merangkap Anggota) Prof. Dr Ir. Ahmad Yunus, MS (Sekretaris merangkap Anggota) Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M. S. (Anggota) Prof. Dr. Sigit Santoso, M. Pd. (Anggota) Prof. Dr. Ir. Darsono, M. Si. (Anggota) Dr. Mahendra Wijaya, MS (Anggota) Dr. Noer Soetrisno (Anggota) Prof. Dr. Munawar Ismail, DEA (Anggota) Dr. Syarif Hasan, MBA (Anggota) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 30 JANUARI 2013
Latar Belakang • Industri Mebel di Trangsan sudah ada semenjak jaman pendudukan Jepang • Industri Mebel di Trangsan dimulai oleh Demang Bowo Leksono untuk mengisi mebeler Keraton Kesunanan Surakarta • Telah mendapat perhatian dari pemerintah, LSM, Bank Indonesia, Universitas dalam bentuk upaya pemberdayaan • Kondisi bisnis mengalami naik-turun • Kondisi pengrajin saat ini sekedar bertahan hidup
1. Bagaimana kondisi pengrajin mebel di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo? 2. Bagaimana lingkup pemberdayaan pengrajin mebel? 3. Bagaimana keunggulan dan kelemahan pemberdayaan yang telah dilaksanakan? 4. Bagaimana rumusan pemberdayaan pengrajin mebel di masa yang akan datang?
1. Mengungkapkan kondisi pengrajin mebel di Desa Trangsan. 2. Mengetahui lingkup kegiatan pemberdayaan pengrajin mebel. 3. Menganalisis keunggulan dan kelemahan pemberdayaan yang telah dilaksanakan. 4. Merumuskan model pemberdayaan pengrajin mebel di masa yang akan datang.
Desain Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada satu sasaran atau lokasi, yaitu pengrajin mebel di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
Lembaga-lembaga Pendukung Kondisi Eksternal - Kondisi Geografis - Kondisi Penduduk - Kondisi Industri dan Ekspor - Kondisi Sarana Perekonomian - Kebijakan Rotan Kondisi Internal - Potensi Sentra Mebel - Rantai Nilai Industri - Pengalaman Industri - Disperindag - Perguruan Tinggi - Asosiasi Pengusaha - Lembaga Keuangan - Koperasi - LSM Lingkup Kegiatan - Bina Manusia - Bina Usaha - Bina Lingkungan - Bina Kelembagaan Hasil Pemberdayaan Existing Condition Pengrajin Pemberdayaan Pengrajin Mebel Penerima Manfaat - Pengrajin - Komunitas Pengrajin - Jejaring - Peningkatan Kualitas Pengrajin - Kelangsungan Usaha - Kelembagaan yang Efektif. Sistem Pemberdayaan - Kebijakan - Kelembagaan - Sarana/ Prasarana - Ketenagaan Gambar : Kerangka Pemikiran
Upaya Pemberdayaan di Trangsan (baru ada setelah tahun 2000) GTZ (suatu NGO dari Jerman yang bekerja sama dengan Bank Indonesia) • Pendampingan dengan menekankan pada pemahaman manajerial atas rantai nilai (value chain) usaha mebelair Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo • Penekanannya lebih diarahkan pada sosialisasi perda (tentang indag dan perburuhan), bantuan peralatan Bank Indonesia bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta. • Pelatihan tentang pengelolaan modal kerja. Mulai dari perputaran, penggunaan, pengadaan modal kerja, hingga akses kepada sumber untuk penambahan modal kerja
Karakter Pemberdayaan yang Sudah Ada • Bercorak improvement approach. Cirinya: pelaksanaannya yang menempatkan para 1. pengrajin sebagai obyek. kegiatan-kegiatan secara parsial tanpa 2. mengubah struktur sistem. 3. cara kerja pemberdayaanya bersifat tambal sulam. • Dari pelaksanaan ini ternyata struktur kerja para pengrajin masih relatif tetap. Bisa dikatakan tidak ada perubahan yang berarti.
Karakter Pemberdayaan yang Seharusnya • Bersifat self help, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada kemampuan untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhannya, menentukan apa yang harus diperbuat untuk mengatasi kebutuhan itu, serta memilih keputusan apa yang harus diambil untuk memenuhi kebutuhan
1 Industri di Trangsan ini sudah berlangsung lama, yaitu semenjak Jepang menjajah Indonesia. Artinya, faktor internalnya sudah cukup kuat. 2 Problematika yang dihadapi para pengrajin ini bukan hal-hal yang bersifat internal, tetapi hal-hal yang bersifat eksternal seperti menghadapi perilaku pasar yang berubah, kebijakan-kebijakan yang terkait industri mereka, peran teknologi, dan sebagainya.
Tinjauan Analisis Secara Teoritik • Berdasar Teori 9 faktor Choo, Pemberdayaan di Trangsan yang pernah ada belum mengikutkan peran politisi dan birokrasi. Absennya peran ini menyebabkan pengrajin tidak mampu mengatasi kelemahan pada faktor eksternal. • Pendekatan selama ini belum sinergis, masih bersifat pendekatan proyek, bukan program.
Upaya Pemberdayaan yang Efektif • Bukan pada pemberdayaan faktor-faktor internal (teknis), melainkan pemberdayaan yang bersifat fasilitasi terkait dengan perubahan-perubahan di lingkungan global. Karena permasalahan yang dihadapi para pengrajin saat ini adalah faktor-faktor yang timbul pada lingkungan eksternal, yang tidak mampu dijangkau oleh para pengrajin.
Bagaimana Model Pemberdayaannya? Adalah Pemberdayaan Pro-industri Berbasis Sinergisitas
Model Pemberdayaan Pro Industri Berbasis Sinergisitas
Implementasi • Harus dengan pendekatan program, bukan pendekatan proyek. • Terlebih dulu membentuk Kelembagaan Bisnis. Karena kelembagaan bisnis tersebut sebagai inti pemberdayaan yang bisa menjadi instrumen transformatif dari keadaan saat ini menjadi keadaan yang lebih berdaya.
Perlunya Kelembagaan Bisnis 1 Untuk mengorganisasikan kekuatan para pengrajin dalam menghadapi pasar, lembaga keuangan, maupun pengusaha. 2 Memperoleh posisi tawar dan informasi pasar yang akurat. 3 Berperan dalam negosiasi dan menentukan harga produk yang diproduksi anggotanya.
Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis kondisi internal dan eksternal, industri mebel di Trangsan mempunyai potensi yang besar untuk bisa dikembangkan. 2. Guna mengembangkan industri mebel di Trangsan, perlu dilakukan pemberdayaan dengan pola empat bina, yaitu bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan. Keempatnya harus dilakukan secara simultan dan terintegrasi, agar dampak pemberdayaannya bisa terukur maju.
3. Upaya pemberdayaan yang pernah ada di Trangsan masih dilakukan secara parsial. Dengan demikian, akar dari kelemahan pemberdayaan yang selama ini adalah sistem pemberdayaan yang kurang komprehensif.
4. Pemberdayaan yang dilakukan di Trangsan seharusnya bersifat sistemik, agar mampu menjawab semua permasalahan yang berkaitan dengan industri mebel Trangsan. Guna membangun sistem pemberdayaan yang sesuai dengan karakter industri mebel di Trangsan harus melibatkan semua elemen pemangku kepentingan. Model ini disebut dengan model pemberdayaan pro industri berbasis sinergisitas, karena mensinergikan semua elemen yang ada untuk melakukan pemberdayaan.
a. Implikasi Teoritis Implikasi Penelitian Pasca implementasi model berbasis sinergisitas ini akan bisa ditindaklanjuti dengan berbagai penelitian yang menguji keefektifan maupun keefisienannya, baik dalam menilai keberhasilan program secara utuh, maupun penelitian pada setiap tahapan kegiatan. b. Implikasi Praktis Penerapan model pemberdayaan berbasis sinergisitas ini memerlukan konsistensi dalam evaluasi tahapan-tahapan kegiatan, maupun evaluasi atas hasil program. Susunan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan proses evaluasi harus termonitor dan terdokumentasi dengan baik.
Saran Pemerintah Pengrajin di Trangsan merasakan kendala yang berarti adalah berada pada faktor eksternal, yang itu hanya bisa diatasi dengan intervensi pemerintah. Untuk itu kepada pemerintah disarankan untuk memberikan intervensi yang mampu melancarkan dan menguatkan industri mebel Trangsan. 1. 2. Pengrajin Seiring dengan perubahan yang terjadi pada konsumen, pengrajin sebaiknya melakukan pengasahan inovasi dan kreativitas secara mandiri. Karena, semua yang dimulai dari basis internal akan menghasilkan daya kemampuan yang lebih baik.
Masyarakat Pengrajin 3. Diperlukan kekompakan antar pengrajin. Kekompakan yang terbentuk itu perlu diwadahi dalam suatu bentuk lembaga bisnis, sehingga posisi tawar pengrajin akan menjadi kuat menghadapi para pesaing. Peneliti Lain 4. Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk menguji model ini dan menyempurnakannya agar ditemukan model yang terbaik yang bisa direplikasi di tempat lain.
TERIMA KASIH 26
Kegiatan Pemberdayaan Berbasis Sinergisitas Bina lembaga Bina lingkungan Bina Manusia Kebijakan pro industri Kondisi Saat ini Membantu Akses Modal Membentuk Kelembagaan Bisnis Bina Usaha Hasil Motivasi Kewirausahaan Penggunaan Teknologi Manajerial Perusahaan Penggunaan Aneka Bahan Strategi Bersaing Pemanfaatan Teknologi Informasi Pengrajin Mandiri Mempermudah Perijinan Memfasilitasi Infrastruktur Berperan serta dalam Pemda Diintervensi dengan Lem. Keu Masyarakat Perguruan Tinggi Dilanjutkan dengan pelatihan Industriawan Ditindaklanjuti dengan pelatihan Pemasok Maka akan menghasilkan
Keadaan Sebelum Ada Kelembagaan Bisnis (BUMP)
Keadaan Setelah Ada Kelembagaan Bisnis
Komponen Bersaing Porter
Politisi dan Birokrat Pekerja Strategi Struktur dan Persaingan Usaha Faktor Input Daya Saing internasional Keadaan Permintaan Industri Terkait dan Industri Pendukung Profesional Pengusaha Peluang Teori 9 Faktor Cho
Kerangka Rantai Nilai Porter Infrastruktur Perusahaan Manajemen Sumber daya Manusia Pengembangan Teknologi Pengadaan Logistik ke dalam Operasi Logistik ke luar Pemasaran dan Penjualan Pelayan an
Model Diamond Strategi Perusahaan, dan Struktur Persaingan Keadaan Permintaan Faktor Input Industri Pendukung dan Industri Berkaitan
GLOBAL NASIONAL REGIONAL PENGRAJIN KOMU NITAS PENGRAJIN Lingkungan Pemberdayaan
Hubungan Antar Lingkungan Dalam Bisnis
- Slides: 39