Sharpening Your Creative Thinking Skills Creative Problem Soving
Sharpening Your Creative Thinking Skills (Creative Problem Soving) By: Zarius Rusli
Daftar Isi 1. Faktor-faktor Penghambat Kreativitas 2. Tiga Komponen Kunci untuk Membangun Kreativitas 3. Metode untuk Menerapkan Creative Problem Solving 4. Kiat Jitu untuk Menciptakan Iklim Kreatif
Don’t Believe the Experts ! “Televisi tidak akan mungkin bertahan di pasar lebih dari enam bulan. Orang akan bosan dan letih memandang kotak setiap malam…” (Darryl F. Zanuck, Head of 20 th Century Fox, 1946)
Don’t Believe the Experts ! “Itu sebuah temuan yang hebat… namun siapa yang mau menggunakannya? ” (US President Rutherford B. Hayes, after participating in a trial telephone conversation between Washington and Philadelphia in 1876).
Don’t Believe the Experts ! “I think there is a world market for about five computers” (Thomas J. Watson Sr. , Chairman of IBM, 1943)
Don’t Believe the Experts ! “Transportasi dengan kuda akan terus bertahan…. otomobil hanyalah sekadar tren sesaat…” (Nasehat dari Direktur Bank Michigan pada tahun 1903 kepada seorang pengacara tentang perusahaan baru bernama Ford. Pengacara tersebut mengabaikan nasehat itu, dan tetap membeli saham perusahaan baru tersebut sebesar $ 5, 000. Beberapa tahun kemudian nilai saham investasinya telah menjadi $ 12 juta).
Blok Konseptual dalam Kreativitas
Blok Yang Menghambat Kreativitas Blok Yang Mendorong Kreativitas Membuat asumsi Mengecek asumsi Mengikuti aturan Mendobrak aturan
Blok Yang Menghambat Kreativitas Blok Yang Mendorong Kreativitas Terlalu mengandalkan logika Memanfaatkan imajinasi dan intuisi Takut gagal Keberanian mengambil resiko
Blok Konseptual • Penghambat mental yang membatasi kita dalam mendefenisikan masalah • Membatasi alternatif solusi pemikiran yang mungkin relevan
Blok Konseptual Kian banyak pendidikan formal yang dimiliki secara individu Kian banyak pengalaman yang didapatkan dalam pekerjaan Membuat makin kurangnya kemampuan untuk memecahkan permasalahan dengan cara-cara kreatif…
Blok Konseptual Pendidikan formal sering menghasilkan… “jawaban yang benar”, aturan secara analitis, atau batas–batas pemikiran Pengalaman dalam pekerjaan mengajarkan …. . cara yang dianggap tepat untuk melakukan sesuatu…kebiasaan yang dianggap paling benar Individu kehilangan kemampuan untuk bereksperimen dan berimprovisasi
Tipe-tipe Blok Konseptual Constancy Berpikir secara vertikal One thinking language Compression Distinguishing figure from ground Batasan Artificial
Tipe-tipe Blok Konseptual Complacency Non-inquisitiveness Non-thinking
Constancy Berpikir secara vertikal • Mendefinisikan permasalahan hanya dengan satu cara tanpa mempertimbangkan pandangan alternatif • Sebaliknya, pemikir lateral menghasilkan cara pandang permasalahan alternatif dan menciptakan beragam cara untuk mendefinisikan masalah
Constancy One thinking language • Hanya menggunakan satu bahasa (misal, hanya menggunakan bahasa kata-kata/verbal language) untuk mendefinisikan dan menilai permasalahan • Tidak mengindahkan bahasa lain seperti bahasa simbolik (seperti matematika), sensory imagery (smelling), perasaan dan emosi (takut, kebahagiaan), visual imagery (penggambaran mental).
Compression Distinguishing figure from ground • Gagal menyaring informasi yang tidak berkaitan/tidak relevan • Ketidakmampuan untuk membedakan informasi penting dan informasi yang tidak penting, dan untuk meringkas permasalahan secara proporsional.
Compression Batasan Artificial • Terlalu sempit dalam mendefinisikan batasan permasalahan • Orang-orang acap berasumsi sejumlah permasalahan atau solusi alternatif merupakan hal yang diluar batas mereka (atau dianggap tidak masuk akal), sehingga mereka mengabaikannya.
Complacency Noninquisitiveness • Enggan dan tidak terlatih untuk mengajukan pertanyaan • Kadang-kadang tidak mampu mengatasi permasalahan karena malas mengajukan pertanyaan, atau tidak aktif menggali data dan informasi.
Complacency Nonthinking • Kecenderungan untuk menghindari pekerjaan secara mental. • Tidak pernah menyediakan waktu untuk “berpikir”. Bepikir bukan dianggap sebagai sebuah aktivitas (pekerjaan). • Kegiatan “berpikir” disamakan dengan sekedar melamun.
Tiga Komponen Kreativitas
Tiga Komponen Kreativitas Creative Thinking Skills Keahlian Motivasi
Tiga Komponen Kreativitas Keahlian Motivasi Keahlian berarti adanya kompetensi atau kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan Motivasi – terutama yang digerakkan oleh inner motivation – ternyata amat mendorong proses berpikir kreatif
Tiga Komponen Kreativitas Creative thinking skills Kreativitas akan muncul jika memang kita dibekali dengan creative thinking skills yang memadai
The Paradoxical Characteristics of Creative Groups Beginner’s Mind Experience Freedom Discipline Play Professionalism Improvisation Planning
Myths about Creativity 1. The smarter you are, the more creative you are 2. The young are more creative than the old 3. Creativity is reserved for the few – the flamboyant risk takers 4. Creativity is a solitary act 5. You can’t manage creativity
Methods to Define Problem Creatively
Metode untuk Mendefinisikan Permasalahan Metode Kipling Metode untuk Mendefinisikan Permasalahan Problem Statement Metode Challenge
Metode Kipling • Rudyard Kipling menggunakan seperangkat pertanyaan (5 W + 1 H) untuk membantu memicu pemikiran dan mengatasi permasalahan • 5 W + 1 H = What, Where, When, Why, Who, dan How
Metode Kipling • Deretan pertanyaan yang layak diajukan : • Apa masalahnya? Dimana terjadinya? Kapan terjadinya? Mengapa hal ini terjadi? Bagaimana anda dapat mengatasi masalah ini? Siapa yang anda perlukan untuk dilibatkan? Kapan anda akan mengetahui bahwa anda dapat mengatasi masalah ini?
Metode Kipling • Metode Kipling membantu kita untuk memetakan sebuah masalah secara lebih komprehensif dan menyusun solusi dengan lebih kreatif
Problem Statement • Problem Statement adalah memulai cara memecahkan persoalan dengan mendefinisikan masalah terlebih dahulu secara AKURAT. • Diskusikan apa MASALAH sebenarnya? Temukan poin kesepakatan diskusikan titik perbedaan dalam mendefenisikan masalah.
Problem Statement • Cara kita menyatakan permasalahan secara benar merupakan setengah dari solusi. • Jika kita mendefinisikan problem statement dengan baik, penyusunan SOLUSI yang kreatif akan menjadi lebih mudah
Metode Challenge • Metode ini intinya adalah mendorong kita untuk “menantang (challenge)” segenap pra konsepsi, asumsi dan pikiran kita mengenai sebuah masalah • Asumsi mengenai “Tidak Mungkin” atau “Tidak Bisa Dilakukan” atau “Batasan Berpikir” dicoba untuk didobrak dan dichallenge.
Metode Challenge • Beberapa contoh asumsi/konsepsi yang mungkin bisa di-challenge: • Apakah mobil harus selalu berjalan di darat? • Apakah bekerja harus selalu di kantor? • Apakah menelpon HP tidak bisa gratis selamanya?
Metode untuk Menciptakan Pemikiran Kreatif
Metode untuk Menciptakan Pemikiran Kreatif Attribute Listing Metode untuk Menciptakan Kreativitas Brainstorming Visioning
Attribute Listing • Gunakan Attribute Listing apabila anda mendapati situasi yang dapat dibreakdown menjadi serangkaian atribut • Metode ini bersifat rasional dan cocok untuk orang-orang yang menyukai pendekatan analitis.
Attribute Listing • Uraikan isu atau masalah yang tengah didiskusikan kedalam sebanyak mungkin atribut • Kita bisa juga memetakan masalah dalam sejumlah kategori utama, dan kemudian mem-breakdown setiap kategori itu ke dalam sejumlah atribut.
Attribute Listing • Untuk setiap atribut tanyakan ‘apa yang diberikannya? ’ Gali nilai atau value dari setiap atribut. • Terdapat kemungkinan sebuah atribut memberikan value yang positif ataupun bersifat negatif. • Tugas kita adalah mengeksplorasi setiap value dalam atribut, memodifikasinya, dan menemukan value terbaik dalam setiap atribut.
Attribute Listing • Attribute Listing bekerja sebagai pendekatan dekomposisional, memecahkan permasalahan menjadi bagian yang lebih kecil yang dapat diuji secara lebih detil. • Dengan memecahnya menjadi serangkaian atribut, kita dapat menemukan cara baru untuk menjadi lebih kreatif.
Brainstorming • Brainstorming mungkin merupakan sarana kreativitas yang paling banyak dikenal. • Esensi dari teknik ini adalah meminta setiap anggota kelompok untuk secara bebas memberikan opini/pendapat tentang solusi kreatif yang hendak dirumuskan. • Durasinya bisa berlangsung selama 30 – 60 menit.
Brainstorming • Brainstorming Rules : • Setiap anggota diminta memberikan pendapat/opini secara bebas • Semakin banyak ide yang dikeluarkan, semakin bagus • Setiap ide harus dikeluarkan, tidak perlu difilter, betapapun radikalnya ide tersebut • Combine and improve
Visioning • Visioning pada dasarnya adalah membayangkan masa depan yang brilian dan inovatif. Berpikir secara imajinatif mengenai apa yang Anda ingin raih di masa mendatang.
Visioning • Ketika mengimajinasikan gambaran masa depan, gunakan kata-kata yang dinamis dan penuh perasaan. • Gunakan pula kata-kata “present tense” (is/are) bukan “future tense” (will). Ungkapan dalam bentuk present tense akan membuat gambaran imajinasi itu menjadi terasa lebih “dekat”.
Visioning • Visioning terlaksana karena kita adalah spesies yang penuh daya khayal/imajinatif, dan sangat termotivasi dengan apa yang kita rasakan sebagai kemungkinan masa depan.
Menciptakan Iklim Kreatif
Karakteristik Organisasi yang Mendukung Kreativitas dan Inovasi Keberanian mengambil resiko didorong oleh top manajemen Mendorong munculnya pemikiran baru dan cara baru dalam melakukan sesuatu Karyawan memiliki akses terhadap beragam sumber pengetahuan Informasi mengalir dengan bebas Inovator diberi penghargaan Pemikiran yang baik dan inovatif didukung penuh oleh top manajemen
Creating a Creative Climate Motivation Challenge Fun Freedom Time Empowerment Support
Creating a Creative Climate Dynamism Energy Debate and Dialog Experimentation Trust Openness Risk
Bacaan yang Direkomendasikan : 1. David A. Whetten and Kim S. Cameron, Developing Management Skills, Harpers Collins Publisher 2. Floyd Hurt, Rousing Creativity, Crisp Publication 3. Carol K. Goman, Creativity in Business, Crisp Publication
- Slides: 51