SEJARAH HUMAS Sejarah Humas Dunia Humas sebenarnya sudah

SEJARAH HUMAS

Sejarah Humas Dunia Humas sebenarnya sudah dikenal dan di praktikan orang sejak berabad-abad yang lalu. Frank Jefkins (1992), menyebutkan bahwa kitab suci agama besar di dunia mengandung suatu bentuk humas.


Humas modern muncul sebagai akibat revolusi industry yang terjadi di Eropa pada penghujung tahun 1800 -an. Revolusi industry sendiri muncul sebagai akibat penemuan berbagai teknologi modern yang di awali dengan diciptakannya mesin uap sehingga memberikan kemampuan bagi industry untuk memproduksi barang secara massal.

Perusahaan melakukan monopoli pada sector-sector industry tertentu. Perusahaan besar berlomba-lomba mengumpulkan keuntungan dan mengabaikan kepentingan konsumen

Pemilik perusahaan ketika itu memiliki pandangan bahwa perusahaan adalah milik pribadi dan urusan bisnis adalah urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri pihak luar terlebih lagi media massa. Abad ke-20 muncul ketidaksenangan masyarakat terhadap berbagai praktik bisnis tidak sehat yang dilakukan oleh perusahaan besar.

Media massa mengambil kesempatan ini untuk terusmenerus melaporkan berbagai praktik bisnis kotor itu. Perusahaan membayar sejumlah ahli yang memahami media massa untuk membantu perusahaan mencegah pemberitaan negative.

Para ahli sejarah sepakat bahwa awal munculnya humas modern dipelopori oleh pria bernama Ivy Lee. Pada tahun 1903, Ivy Lee Bersama rekannya George Parker membuka suatu kantor publisitas yang kliennya sebagian besar adalah perusahaan.

Beberapa tahun kemudian lee menjadi pejabat perwakilan pers bagi suatu perusahaan batu bara serta perusahaan kereta api. Lee berhasil mengatasi masalah yang terjadi di perusahaan batu bara dengan menerbitkan suatu “pernyataan prinsip” yang menyatakan bahwa ia dan perusahaan akan bersikap terbuka dan jujur dalam berhubungan dengan khalayak.

Lee berhasil menunjukan bahwa humas dapat berperan sangat efektif dalam memperbaiki hubungan perusahaan dengan khalayaknya. Lee memegang prinsip bahwa ia tidak akan bersedia melaksanakan program humas sebelum disetujui dan didukung sepenuhnya oleh pihak manajemen puncak perusahaan bersangkutan

Usai Perang Dunia 1, muncul dua pelopor kehumasan lainnya yaitu Carl Byoir dan Edward L Bernays. Carl Byoir adalah orang pertama yang membuka perusahaan kehumasan dan Edward L Bernays adalah orang pertama yang menulis tentang humas Crystallizing Public Opinion yang diterbitkan pada tahun 1923.

Keterlibatan pemerintah dalam program humas pertama kali terjadi pada masa perang dunia ke 1 ketika presiden AS, Woodrow Wilson, membentuk panitia Creel yang dipimpin oleh George Creel. Panitia ini bertugas mencari dukungan publik agar bersedia membantu pemerintah AS untuk turut serta dalam kancah perang dunia. Creel memberikan nasihat dan pandangan kepada presiden Wilson dalam menentukan strategi komunikasi yang tepat agar khalayak percaya pada niat pemerintah untuk ikut perang dunia. Jargon yang digunakan saat itu adalah “ to make the world safe fo demorcracy” (untuk membuat dunia aman bagi demokrasi). Kampanye yang dilakukan creel membuahkan hasil. Pemerintah AS berhasil mendapatkan dukungan dari publiknya. Keberhasilan ini semakin mengukuhkan pentingnya humas bagi organisasi.

Pemerintah AS kembali menggunakan humas dalam upaya membangkitkan kembali kepercayaan dan semangat rakyat Amerika yang turun akibat depresi ekonomi. Presiden Roosevelt menggunakan media radio untuk langsung berkomunikasi dengan rakyat, sebagai bagian dari upayanya untuk memperkenalkan program reformasi ekonomi yang disebut dengan New Deal agar mendapat dukungan masyarakat. Dialog yang dilakukan oleh Roosevelt dengan rakyat menggunakan radio dikenang sebagai salah satu bentuk keberhasilan humas dalam mempengaruhi opini publik.

Kesimpulan dari kasus yang terjadi Kalangan pebisnis di AS pada awalnya menggunakan humas sebagai upaya membela diri terhadap kritik pihak luar. Pemerintah AS menggunakan humas untuk mendapat dukungan dari masyarakat mengenai perang dunia ke 1. Pemerintah AS menggunakan humas untuk membangkitkan kepercayaan publik ketika terjadi depresi ekonomi. Selain itu humas digunakan untuk menyerang balik pandangan media dan pemerintah serta memengaruhi pendapat umum guna menghalangi keinginan pihak-pihak yang ingin membatasi kegiatan perusahaan. Dengan demikian humas merupakan kegiatan membujuk pihak lain (pihak luar organisasi) secara satu arah saja.

Pada abad ke 20, masyarakat amerika mengalami perubahan sosial yang cukup signifikan sehingga menciptakan iklim yang memungkinkan humas berkembang dengan sangat cepat yang antara lain di sebabkan beberapa hal : Pemilik dan pengelola perusahaan sudah mulai sadar bahwa mereka juga memiliki tanggung jawab sosial untuk turut serta menjaga keselamatan lingkungan dan masyarakat. Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa (konsumerisme) mendorong perusahaan untuk lebih responsive dan komunikatif terhadap para pelanggan atau klien mereka

Lanjutan. . . Semakin meningkatnya jumlah populasi, semakin terspesialisasi pekerjaan dan semakin tinggi tingkat mobilitas masyarakat mendorong perusahaan untuk memiliki orang-orang yang ahli di bidang komunikasi untuk menginterpretasikan kebutuhan khalayak dalam upaya memenangkan persaingan. Semakin besar suatu perusahaan, semakin kompleks bisnis yang dijalankan, membuat perusahaan semakin sulit menyampaikan pesan kepada khalayak tanpa adanya suatu bagian yang secara khusus menangani urusan itu.

Perkembangan Humas di Indonesia Periode 1 Tahun 1962 Cikal bakal pembentukan humas di Indonesia secara resmi lahir melalui kabinet PM Juanda, yang menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk divisi humas, secar garis besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah: - Tugas strategis: ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh pimpinan hingga pelaksanaannya - Tugas taktis : upaya memberikan informasi, motivasi , pelaksanaan komunikasi timbal balik dua arah, hingga mampu menciptakan citra atas lembaga yang diwakilinya

Periode 2 Tahun 1967 - 1971 Disebut dengan periode humas kedinasan pemerintah. Hal ini dimulai dengan dibentuknya Bako Humas pemerintah. Pada tahun 1970 -1971 Bako diubah menjadi Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah, yang melalui SK Menpen No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971, sebagai institusi formal dalam lingkungan Departemen Penerangan RI. Bakohumas tersebut beranggotakan Humas Departemen, lembaga Negara serta unit usaha Negara. Kerja sama antar Humas departemen tersebut menitikberatkan pada pemantapan koordinasi, integrasi penerangan dan kehumasan. dan sinkronisasi dalam operasi

Periode 3 Tahun 1972 - 1993 Periode ini ditandai dengan munculnya humas dikalangan profesional lembaga swasta umum, yaitu dengan didirikannya wadah profesi humas yaitu Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia) pada tanggal 15 Desember 1972 oleh kalangan praktisi swasta. Pada acara Konvensi Nasional Humas di Bandung pada akhir 1993 ditetapkan kode etik kehumasan Indonesia (KEKI). Perhumas juga tercatat sebagai anggota IPRA dan FAPRO. Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta, dibentuk suatu wadah profesi humas lainnya yang disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations (APRI). Tujuannya sebagai wadah profesi berbentuk organisasi perusahaan- perusahaan PR yang independen (Konsultan jasa kehumasan)

Periode 4 Tahun 1995 – sekarang PR berkembang di kalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi PR/Humas bidang industry pelayanan jasa) beberapa indikatornya sebagai berikut: - Terbentuknya Himpunan Humas Hotel berbintang (H-3) tanggal 27 November 1995 - Berdirinya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan (Forkamas), tujuan utama Forkamas adalah membina hubungan komunikasi antara himpunan bank-bank milik Negara melalui kegiatan operasional dan jasa perbankan, juga melalui berbagai seminar diskusi, penerbitan jurnal berkala dan tukar-menukar informasi. Selain itu juga bertujuan untuk membina hubungan keluar dengan publiknya dan mampu menciptakan citra dan opini positif bagi perbankan nasional

- Berdirinya PRSI (Public Relation Society of Indonesia) pada 11 November 2003 di Jakarta, idenya sama dengan PRSA yaitu sebagai organisasi professional yang bergengsi dan sekaligus berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR Profesional. Organisasi PRSI bertujuan meningkatkan kesadaran, kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta partisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR professional dan aktivitasnya yang berkaitan dengan isu-isu secara nasional dan internasional.
- Slides: 21