REKAYASA LALU LINTAS ELEMEN ARUS LALU LINTAS Weka

  • Slides: 38
Download presentation
REKAYASA LALU LINTAS ELEMEN ARUS LALU LINTAS Weka Indra Dharmawan, ST. , MT Jurusan

REKAYASA LALU LINTAS ELEMEN ARUS LALU LINTAS Weka Indra Dharmawan, ST. , MT Jurusan Teknik Sipil UNIMAL

Elemen Arus Lalu Lintas Jalan • Karakteristik Pemakai Jalan - Penglihatan - Waktu Persepsi

Elemen Arus Lalu Lintas Jalan • Karakteristik Pemakai Jalan - Penglihatan - Waktu Persepsi dan Reaksi - Karakteristik Lainnya • Kendaraan - Kendaraan Rencana - Kinerja Percepatan Kendaraan - Kemampuan Mengerem Kendaraan - Persamaan Jarak Mengerem dan Reaksi • Jalan - Klasifikasi jalan menurut fungsi - Ciri geometrik jalan

Luas Pandangan

Luas Pandangan

P I E V Time • Perception : pengamatan terhadap suatu isyarat dan memerlukan

P I E V Time • Perception : pengamatan terhadap suatu isyarat dan memerlukan respon. • Intellection or Identification : Identifikasi terhadap isyarat. • Emotion or Decision : Penentuan respon yang sesuai terhadap isyarat. • Volition or Reaction : Respon fisik sebagai hasil dari keputusan. dimana: dp = jarak persepsi-reaksi (PIEV)(m) t = waktu (detik) v = kecepatan (kpj)

Waktu Reaksi Mengerem 321 Pengemudi

Waktu Reaksi Mengerem 321 Pengemudi

Karakteristik Lain • • Kemampuan membedakan warna. Pendengaran. Perasaan. Tinggi mata pengemudi. Tinggi pejalan

Karakteristik Lain • • Kemampuan membedakan warna. Pendengaran. Perasaan. Tinggi mata pengemudi. Tinggi pejalan kaki. Kecepatan jalan. Penggeseran lateral kendaraan. Umur.

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Pengemudi • Motivasi • Pengaruh Lingkungan • Pendidikan

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Pengemudi • Motivasi • Pengaruh Lingkungan • Pendidikan

Lintasan Tikungan Minimum Kendaraan Rencana WB-35

Lintasan Tikungan Minimum Kendaraan Rencana WB-35

Kinerja Percepatan Kendaraan Jenis Kendaraan Mobil besar Mobil sedang Compact car Mobil kecil Pickup

Kinerja Percepatan Kendaraan Jenis Kendaraan Mobil besar Mobil sedang Compact car Mobil kecil Pickup Truk 2 -as tunggal Truk semitrailer Berat Tipikal (kg) 2. 177 1. 814 1. 361 952 2. 268 5. 443 20. 411 Tingkat Percepatan Maksimum (kpj/dt) 0 -24 kpj dari 64 kpj dari 96 kp 16, 1 12, 9 9, 7 12, 9 3, 2 6, 4 4, 8 1, 9 2, 9 0, 6 4, 0 3, 2 1, 8 1, 1 2, 4 0, 9 -

Perlu diperhatikan bahwa jarak tempuh selama percepatan dari kondisi berhenti adalah dimana: = jarak

Perlu diperhatikan bahwa jarak tempuh selama percepatan dari kondisi berhenti adalah dimana: = jarak perjalanan selama percepatan (m) = percepatan (kpj/detik) t = waktu percepatan (detik)

Contoh Mobil besar bergerak dari kondisi diam (0 kpj) sampai kecepatan 24 kpj dalam

Contoh Mobil besar bergerak dari kondisi diam (0 kpj) sampai kecepatan 24 kpj dalam waktu 1, 5 detik pada tingkat percepatan 16, 1 kpj/detik. Untuk kondisi yang sama, Truk gandengan memerlukan waktu 7, 5 detik pada tingkat percepatan 3, 2 kpj/detik. Jarak percepatan masing-masing kendaraan adalah Mobil besar : da = 0, 139 (16, 1) (1, 5)2 = 5, 03 m Truk : da = 0, 139 (3, 2) (7, 5)2 = 25, 02 m Jarak ini mengasumsikan bahwa tingkat percepatan adalah maksimum. Dalam keadaan normal, pengemudi umumnya tidak menggunakan percepatan maksimum dari kemampuan kendaraannya, dan kedua jarak tersebut terlalu kecil.

KEMAMPUAN MENGEREM Dimana db adalah jarak yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan dari suatu kecepatan

KEMAMPUAN MENGEREM Dimana db adalah jarak yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan dari suatu kecepatan ke kecepatan lain v u f g 100 = kecepatan awal kendaraan (kpj) = kecepatan akhir kendaraan (kpj) = koefisien gesekan = kemiringan jalan, dinyatakan dalam desimal = faktor konversi satuan

Contoh Jika suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan 60 kpj dan koefisien gesekan 0, 40

Contoh Jika suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan 60 kpj dan koefisien gesekan 0, 40 pada jalan datar, maka: Jarak mengerem yang dibutuhkan untuk melambat sampai 30 kpj adalah: Jarak mengerem yang dibutuhkan untuk berhenti adalah:

APLIKASI RUMUS JARAK REAKSI DAN MENGEREM • Jarak Henti aman • Waktu antar hijau

APLIKASI RUMUS JARAK REAKSI DAN MENGEREM • Jarak Henti aman • Waktu antar hijau (Intergreen period = yellow + all red) • Penempatan rambu pintu toll • Penyelidikan kecelakaan

Elemen dan Total Jarak Pandangan Menyiap – Jalan Dua Jalur

Elemen dan Total Jarak Pandangan Menyiap – Jalan Dua Jalur

Jarak tempuh d 1 selama perioda pergerakan awal dihitung dari rumus berikut: dimana: t

Jarak tempuh d 1 selama perioda pergerakan awal dihitung dari rumus berikut: dimana: t 1 = waktu pergerakan awal (detik) a = percepatan (km/j/detik) v = kecepatan kendaraan yang menyiap (kpj) m = perbedaan kecepatan kendaraan yang disusul dan yang menyusul (kpj) Jarak selama berada di jalur lawan (d 2) dapat dihitung dengan rumus: dimana: t 2 = waktu menyiap selama berada di jalur lawan (detik) v = kecepatan kendaraan yang menyiap (kpj)

d 3 = Jarak bebas, adalah jarak bebas antara kendaraan berlawanan dan kendaraan yang

d 3 = Jarak bebas, adalah jarak bebas antara kendaraan berlawanan dan kendaraan yang menyiap pada akhir gerakan menyiap, nilainya adalah antara 30 sampai 90 m. d 4 = Jarak yang ditempuh kendaraan lawan pada waktu melakukan gerakan menyiap untuk memperkecil kemungkinan berhadapan dengan kendaraan lawan selama kendaraan menyiap berada di jalur lawan. Dengan asumsi kecepatan kendaraan lawan sama dengan kendaraan menyiap maka dapat dianggap:

Jalan

Jalan

Jaringan Jalan Perkotaan Sistem Arteri primer + arteri sekunder Jalan kolektor Jalan lokal Persentase

Jaringan Jalan Perkotaan Sistem Arteri primer + arteri sekunder Jalan kolektor Jalan lokal Persentase dari Total Panjang Jalan Antar Kota 2– 4 6 – 12 20 – 25 65 – 75

Skema Klasifikasi Menurut Fungsi Jaringan Jalan Antar Kota Legenda Kota-kota kecil Desa Arteri Kolektor

Skema Klasifikasi Menurut Fungsi Jaringan Jalan Antar Kota Legenda Kota-kota kecil Desa Arteri Kolektor Lokal

Skema Proporsi Jaringan Jalan Perkotaan Legenda Jalan Arteri Jalan Kolektor Daerah Komersial Daerah Umum

Skema Proporsi Jaringan Jalan Perkotaan Legenda Jalan Arteri Jalan Kolektor Daerah Komersial Daerah Umum Jalan Lokal

PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (1) Jalan kelas

PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (1) Jalan kelas I Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2. 500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18. 000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton. (2) Jalan kelas II Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2. 500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18. 000 mm dan muatan sumbu terberat diijinkan 10 ton. (3) Jalan kelas IIIA Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2. 500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18. 000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton. (4) Jalan kelas IIIB Jalan kolektor yang dapat diialui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2. 500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12. 000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton. (5) Jalan kelas IIIC Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2. 100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9. 000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.

Geometrik Jalan • Alinyemen Horisontal. Full Circle. Spiral-circle-spiral. Spiral-spiral • Alinyemen Vertikal. Lengkung Cekung.

Geometrik Jalan • Alinyemen Horisontal. Full Circle. Spiral-circle-spiral. Spiral-spiral • Alinyemen Vertikal. Lengkung Cekung. Lengkung Cembung • Potongan Melintang • Kanalisasi

Alinyemen Horisontal

Alinyemen Horisontal

Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle)

Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle)

Tikungan spiral-lingkaran (spiral-circle-spiral)

Tikungan spiral-lingkaran (spiral-circle-spiral)

Tikungan spiral (spiral-spiral)

Tikungan spiral (spiral-spiral)

Fungsi Lengkung Peralihan • Lengkung peralihan yang baik memberikan jejak yang mudah diikuti, sehingga

Fungsi Lengkung Peralihan • Lengkung peralihan yang baik memberikan jejak yang mudah diikuti, sehingga gaya sentrifugal bertambah dan berkurang secara teratur sewaktu kendaraan memasuki dan meninggalkan busur lingkaran. • Panjang lengkung peralihan memberikan kemungkinan untuk mengatur pencapaian kemiringan. Peralihan dari kemiringan normal (normal crossfall) ke superelevasi penuh pada busur lingkaran dapat dilakukan sepanjang lengkung peralihan. • Tampak suatu jalan akan bertambah baik dengan menggunakan lengkung peralihan.

Gambar 2. 9 Ilustrasi Lengkung Peralihan Spiral Tanpa Spiral Dengan Spiral

Gambar 2. 9 Ilustrasi Lengkung Peralihan Spiral Tanpa Spiral Dengan Spiral

FYI – NOT TESTABLE No Spiral

FYI – NOT TESTABLE No Spiral

Assistant with Target Rod (2 ft object height) Observer with Sighting Rod (3. 5

Assistant with Target Rod (2 ft object height) Observer with Sighting Rod (3. 5 ft) 33

Lengkung Vertikal Cembung SSD PVI Line of Sight PVC G 1 PVT h 2

Lengkung Vertikal Cembung SSD PVI Line of Sight PVC G 1 PVT h 2 h 1 L For S < L For S > L G 2

Lengkung Vertikal Cekung Light Beam Distance (SSD) G 1 headlight beam (diverging from LOS

Lengkung Vertikal Cekung Light Beam Distance (SSD) G 1 headlight beam (diverging from LOS by β degrees) PVT PVC h 1 For S < L G 2 PVI L h 2=0 For S > L