Potret Muslim Sejati Pendahuluan Identitas muslim bukan sekedar
Potret Muslim Sejati
Pendahuluan • Identitas muslim, bukan sekedar yang dapat dilihat oleh mata (penampilan) • Menjadi muslim sejati, adalah pekerjaan yang berkaitan dengan hati • Muslim sejati, daripada penampilan, ia lebih menitikberatkan pada makna dari setiap aktivitasnya
Pendahuluan ﺍ ● ﺍﻟﻠ ﻯ ﻝ ﺍ ﻯ ﻭ ﺍ ● Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian. ”
Yunus Emre “Dervişlik dedikleri, hırka ile taç değil. Gönlün derviş eyleyen, hırkaya muhtaç değil. ” “Seseorang dikatakan Darwis, Bukan karena surban ataupun karena jubahnya” “Jika hatimu telah mampu menjadi darwis, maka dirimu tak lagi butuh jubah”
Jika yang di dalam bathin ditampakkan sebagai dzahir • Untuk itu, betapa banyak orang yang mengaku dirinya adalah tamsil muslim, akan tetapi secara hakikat dia tidak memiliki nilai walaupun sedikit • Sebaliknya, betapa banyak sosok yang disangka berada di barisan belakang, namun ketinggian maknawiyah mereka, para auliya’, asfiya’, abrar dan muqarrabin, akan tampil sebagai yang terdepan di hari akhir nanti
Jika yang di dalam bathin ditampakkan sebagai dzahir • Untuk itu, menilai seseorang sebatas dari penampilan luarnya, apa yang dikatakannya, atau apa yang kenakannya, bisa jadi mengantarkan kita pada prasangka yang tidak akurat
Jika yang di dalam bathin ditampakkan sebagai dzahir ﻭ ﺍﺍ ﻯ ﺍﻟ Bisa jadi orang yang rambutnya kusut diusir dari pintu ke pintu, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah jadikan (H. R Muslim)
Jika yang di dalam bathin ditampakkan sebagai dzahir • Jangan salah paham! Bukan berarti untuk menjadi muslim sejati rambutnya harus kusut atau harus berpenampilan seperti fakir miskin! • Selama hatinya bersih dan mampu memberikan hak dari setiap entitas yang ada di sekitarnya, mereka yang memiliki jabatan, harta, ataupun keutamaan lainnya pun bisa mencapai derajat kemuliaan di sisi Allah, atas izin dan inayah dari Allah • Khulafaur Rasyidin adalah contoh terbaik untuk kita semua
Kehidupan Muslim Sejati Melelehkan Air Mata dan Kalbu
Falsafah Hidup Khulafaur Rasyidin • Sayyidina Abu Bakar memiliki sebuah kendi. Sebelum wafat, Sayyidina Abu Bakar berwasiat agar kendi ini diberikan kepada pengganti beliau • Selepas wafatnya beliau, Sayyidina Umar diamanahkan untuk menjadi Khalifah. • Maka wasiat ini diberikan kepadanya • Isi dari kendi ini adalah uang sisa gaji Sayyidina Abu Bakar selama bertugas sebagai khalifah dan wasiat agar ia dikembalikan ke Baitul Mal • Sayyidina Umar, demi melihat hal ini berkata: ”Demikian agungnya kehidupanmu, membuat kami kesulitan untuk menyaingi kualitas kehidupanmu sebagai seorang muslim” *) (Ibn Saad, at Tabakatul Kubra 3/186)
Falsafah Hidup Khulafaur Rasyidin • Sebelum menjadi Muslim, Sayyidina Abu Bakar adalah tokoh terkemuka yang kaya raya • Setelah beliau menjadi Muslim, semua hartanya dihabiskan di jalan yang diridhoi Allah dan Rasul. Nya • Walaupun beliau dikarunia berbagai nikmat, akan tetapi demi kehidupan akhiratnya, tak satupun harta tersisa dalam genggamannya
Falsafah Hidup Khulafaur Rasyidin • Kehidupan Sayyidina Umar tidak jauh berbeda • Bagaimana masyarakat kebanyakan memiliki penghasilan, sebesar itu pula yang gaji yang diterimanya • Ketika musim kemarau tiba, beliau bertanya kepada asistennya, dengan apa masyarakat muslim bertahan hidup. Sang asisten menjawab: ”dengan roti dan minyak zaitun” • Demi mendengar jawabannya, Sayyidina Umar berkata: ”Aku wajib untuk makan seperti apa yang dimakan masyarakatku” (Ibn Saad, at Tabakatul Kubra 3/312)
Falsafah Hidup Khulafaur Rasyidin • Kehidupan Sayyidina Usman juga demikian. Beliau mewarisi harta yang sangat banyak dari Keluarga Besarnya, Bani Umayyah • Walaupun demikian, saat Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk berinfak, tanpa ragu beliau menginfakkan ratusan unta lengkap bersama beban yang akan diangkutnya (HR Tirmizi, manaqib 18; al Bukhari, at Tarihul Kabir 5/246; at Tayalisi, al Musnad hlm. 164)
Falsafah Hidup Khulafaur Rasyidin • Lalu Sayyidina Ali, seumur hidupnya menginfakkan seluruh harta yang didapatkannya di jalan Allah SWT, separuhnya terang-terangan, separuhnya sembunyi-sembunyi • Walaupun beliau memiliki kesempatan untuk menjadi orang berada, namun beliau memilih untuk pulang ke rahmatullah sebagai seorang fakir
Falsafah Hidup Khulafaur Rasyidin • Sosok-sosok agung tersebut tidak pernah menggunakan semua anugerah Ilahi tersebut – baik itu berupa harta, jabatan, maupun bagian yang menjadi haknya untuk kepentingan duniawinya • Sebagaimana mereka tidak menggunakan anugerah tersebut untuk kepentingan pribadinya, mereka juga tidak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kepentingan anak-anaknya, kerabatnya, atau mungkin relasi-relasinya.
Terima Kasih
- Slides: 16