POKOK BAHASAN DASARDASAR ILMU TANAH I Pendahuluan Pengertian
POKOK BAHASAN DASAR-DASAR ILMU TANAH I. Pendahuluan: Pengertian tanah, Konsep tanah, dan Linkup Kajian tanah II. Komponen Tanah Bahan Anorganik Bahan Organik Tanah Udara tanah Air Tanah III. Pembentukan Tanah Faktor Pembentuk Tanah (Iklim, Batuan, Organisme, Relief, Waktu), Pelapukan Profil Tanah IV. Sifat-sifat Fisika Tanah Warna Tanah Tekstur Tanah Struktur Tanah Konsistensi tanah Bji, BJp. Porositas Tanah Ujian Tengah semester
III. PEMBENTUKAN TANAH
A. PEMBENTUKAN TANAH Pembentukan tanah adalah rangkaian peristiwa kimia, fisika, dan hayati pengubahan dari bahan induk (batuan dan bahan organik) mejadi bahan tanah dan tubuh tanah. Batu (litosfer) Bhn. Organik bahan tanah (regolit/saprolit) bahan tanah mineral (11 ordo tanah) tanah organik pelapukan Teratur (anisotropi) (Histosols) pedogenesis tidak teratur (isotrop) teratur lagi (anisotropi)
12 Soils Order in The World
PELAPUKAN BATUAN DAN MINERAL 1. Secara Fisik Penyebab: Naik turunnya suhu dan perbedaan kemampuan mengembang dan mengerut masing-masing mineral. Pengangkutan batuan dari suatu tempat ke tempat lain oleh air.
2. Secara Biologi-Mekanik Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan dapat menghancurkan batuan. 3. Secara Kimia a. Hidrasi dan dehidrasi Ca. SO 4 + 2 H 2 O Ca. SO 4. 2 H 2 O (hidrasi) Ca. SO 4. 2 H 2 O Ca. SO 4 + 2 H 2 O (dehidrasi) b. Hidrolisis
b. Oksidasi dan Reduksi Fe 2+ Fe 3+ + e Fe 2+ c. Hidrolisis KAl. Si 3 O 8+ 8 H 2 O == 3 Si(OH)4 + 1 Al(OH)3 + K++ OH(feldspar) Ca. Al 2 Si 2 O 8+ 7 H 2 O + H+ == 2 Si(OH)4 + 2 Al(OH)3 + Ca+++ OH(anortit) Ca. CO 3 + H 2 O == Ca 2+ + HCO 3 - + 1 OH(Kalsit) [Fe, Mg]Si. O 4 + 4 H 2 O == Fe 3+ + Mg 2+ + Si(OH)4 + 4 OH(olivin) d. Pelarutan Ca. CO 3 + 2 H+ == H 2 CO 3 + Ca 2+ Ca. CO 3 + 2 HCl == H 2 O + CO 2 + Ca. Cl 2
Two-stages of soil formation: ▫ Inorganic (geochemical) weathering rotten rock (saprolites). ▫ Pedochemical weathering: biologically controlled, involving metabolism of microorganisims, decay of vegetal matter. convert saprolite to soil.
PEMBENTUKAN PROFIL TANAH 1. Eluviasi: pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke horison lain 2. Iluviasi: penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu horison 3. Leaching: pencucian basa-basa dari tanah 4. Enrichment: penambahan basa-basa dari tempat lain 5. Dekalsifikasi: pemindahan Ca. CO 3 dari tanah atau suatu horison tanah 6. Kalsifikasi: penimbunan Ca. CO 3 dalam suatu horison tanah
7. Desalinisasi: pemindahan garam-garam mudah larut dari tanah atau suatu horison tanah 8. Salinisasi: Penimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu horison tanah 9. Dealkalinisasi: Pencucian ion-ion Na dari tanah atau horison tanah 10. Alkalinisasi: akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah 11. Lessivage: pencucian (pemindahan) klei dari suatu horison ke horison lain dalam bentuk suspensi secara mekanik. Terjadi pada tanah Ultisol atau Alfisol 12. Pedoturbasi: pencampuran secara fisik atau biologik beberapa horison tanah, sehingga horison-horison tanah yang telah terbentuk menjadi hilang. Terjadi pada tanah Vertisol
13. Podsolisasi: pemindahan Al dan Fe dan atau bahan organik dari suatu horison ke horison lain secara kimia (pada tanah Spodosol). Silika tidak ikut tercuci, sehingga konsentrasi silika pada horison tercuci meningkat secara relatif. 14. Desilikasi: pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah, sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat (pada tanah Oxisol) 14. Melanisasi: pembentukan warna hitam pada tanah karena pencampuran bahan organik dengan bahan mineral (pada tanah Mollisol)
16. Leusinisasi: Pembentukan horison pucat karena pencucian bahan organik 17. Braunifikasi, rubifikasi dan feruginasi Pelepasan besi dari mineral primer dan dispersi partikel-partikel besi oksida yang makin meningkat. Braunifikasi tanah berwarna coklat Rubifikasi tanah berwarna coklat kemerahan Feruginasi tanah berwarna merah
18. Gleisasi: Reduksi besi karena keadaan anaerob, sehingga terbentuk warna kebiruan atau kelabu kehijauan. 19. Littering: Akumulasi bahan organik setebal < dari 30 cm di permukaan tanah mineral. 19. Humifikasi: Perubahan organik kasar menjadi humus.
Dari beberapa proses di atas, dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: 1. Penambahan-bahan dari tempat lain ke tanah 2. Kehilangan bahan-bahan yang ada di tanah 3. Perubahan bentuk (transformation), misal: perubahan organik humus penghancuran pasir debu 4. Pemindahan dalam solum, misal: pemindahan liat, bahan organik, Fe dan Al dari lapisan atas ke lapisan bawah.
Proses pedogenesis model Simonson Penambahan -heat from solar radiation -water from rainfall and or water tabel -organic matter from vegetation or fertilization -sediment from flooding -soluble compound from looding or fertilization Penghilangan -heat to atmosphere -water by runoff, hypodermic flow and/or deep percolation ground water -organic and material by erosion -soluble compound by erosion and deep leaching Alih rupa/alir ragam/alih bentuk -decomposition of organic matter -weathering of primary minerals -neoformation of clay minerals -formation of chemical compound, concentration, and cementation -formation of soil structure by biological construction or physicohemcal partision Alih tempat -down wards migration (eluviation) of clay, salts, carbonates, organic, matter, and sesquioxide. -upward migration of salts -lateral migration of soluble compoun
Morfologi tanah mudah diamati pada irisan tegak tubuh tanah atau profil tanah Dari morfologi tanah terdapat informasi tentang watak dan potensi tanah O 2 A eluviasi O A E E solum E/B B/E illuviasi B B B/C C R epipedon C Hor. bawah-permukaan O 1 pedon
A. PROFIL DAN SOLUM TANAH Profil Tanah: Penampang vertikal tanah yang menggambarkan susunan horison. Horison penyusun profil tanah: O; A; B dan C Solum Tanah terdiri dari horison O, A, dan B
The soil profile �O horizon – organic matter �A horizon – Zone of leaching: �organic and mineral matter �High biological activity �Together the O and A horizons make up the topsoil p B horizon – zone of accumulation p C horizon – partially altered parent material The O, A, and B horizons together are called the solum, or “true soil” soil
13 pasang sub pedogenesis 1. memasuk-campurkan bahan organik ke dalam tanah mineral lewat permukaan tanah pembentukan horison A 2. Eluviasi klei, Fe, Al pemb. Hor E (Albik dan Spodik) 3. iluviasi klei, Fe, Al, dan humus yang dialih tempatkan dari horison A dan E horison B 4. Pelindian (leaching) garam terlarutkan dan min. silikat melonggok sebagai R 2 O 3 (sequioksida) secara residual pembentukan horison oksik 5. Alih tempat cacak (vertical) melonggokan garam dan membentuk horison salik, kalsik (garam Ca, dan atau Mg Karbonat), atau natrik (garam Na) 6. Gleysasi, pembentukan horison glei (Otogley=drainasi buruk, stagnogley=penggenangan, hidrogley=air tanah dangkal) 7. Pedoturbasi, membaurkan horison, penghambatan horison (a). selt churning – kembang kerut (b). kerja tumbuhan – tumbuhan tumbang (Jw : dungkar, rungkat) (c). Kerja hewan – terowongan, sarang 8. Suhu beku (ada air tetapi tidak aktif) dan kekeringan (tak ada air) [ butir 1 -6 ] – penggerak horisonisasi [ butit 7 -8 ] – penggerak haploidisasi
HORISON TANAH Horison O: horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Horison A: horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluviasi yaitu horison yang mengalami pencucian (leaching)
• Horison B: horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik). • Horison C: bahan induk, sedikit mengalami pelapukan • Horison R: batuan keras yang belum melapuk
Horison-horison tanah Hor. O. lapisan tanah yang didominasi bahan organik, gelap, sebagai tumpukan sisa tanaman Hor. A. - Horison mineral yang terbentuk di bawah hor. O - memperlihatkan hilangnya struktur batuan asli - akumulasi bhn. Org. terhumuskan dan bercampur mineral. - mempunyai sifat yang menunjukkan akibat pengolahan tnh. Hor. E. - horison mineral yang kehilangan klei, silikat, besi, Al, atau beberapa kombinasinya - meninggalkan partikel pasir dan lanau
Horison-horison tanah (lanjutan) Hor. B - horison mineral di bawah hor. A, E, atau O - struktur batuan asli hilang - penimbunan klei, silkat, Fe, Al, gipsum, karbonat, atau campurannya - adanya gejala pemindahan atau penambahan senyawa karbonat - konsentrasi oksida-oksida secara residual - penyeliputan sesquioksida - alterasi yang menghasilkan klei silikat atau membebaskan oksida-oksida atau keduanya, struktur granuler dan gumpal - sifat rapuh atau gley yang menonjol
Horison-horison tanah (lanjutan) Hor. C - lapisan mineral di bawah hor. A, E, atau O - bukan batuan yang keras - sudah terpengaruh pedogenesis - tidak memiliki sifat-sifat pada hor O, A, E, dan B - sediment atau saprolit - digali tidak sulit Hor. R. - batuan dasar tersementasi kuat atau sampai mengeras - granit, diorit, basal, batu gamping, dll. . - digali sangat sulit - kompak
Simbol-simbol tambahan a -dekomposisi bhn. org. lanjut b – tertimbun c – terdapat konkresi d – padas bajak e – dekomposisi tengahan (intermediet) f – air tanah/tanah beku ff – suhu <0 o C g – terreduksi h – bhn. Org. illuvial i – bhn. Org. terdekomposisi sedikit j – jarosit jj – cryoturbasi k –akumulasi karbonat m – sementasi n- akumulasi Na o – akumulasi R 2 O 3 p – pengolahan tanah q – akumulasi silika r – rapuh s – akumulasi sequioksida dan bhn. organik secara iluvial ss – ada bidang kilir, cermin sesar t – akumulasi klei silikat v – terdapat plintit w – perkembangan struktur tanah x – sifat fragipan y – akumulasi gipsum z- akumulasi garam terlarutkan
PEDON DAN POLIPEDON Umumnya tanah mempunyai perbedaan sifat profil tanah, misal: jenis dan susunan horison, kedalaman solum, kandungan bahan organik dan liat, dsb. Perbedaan tersebut dapat terjadi pada tempat yang berdekatan. Oleh karena itu untuk mempelajari sifat-sifat tanah perlu dibatasi pada satuan yang disebut dengan PEDON Pedon: Satuan individu terkecil dalam tiga dimensi yang masih dapat disebut tanah. Pedon berukuran antara 1 sampai 10 m 2 sehingga cukup luas untuk mempelajari sifat-sifat dan susunan horison tanah yang ada
POLIPEDON: Kumpulan dari pedon yang menunjukkan sifat yang sama. Polipedon digunakan sebagai dasar dalam pengelom-pokan tanah dengan sifat-sifat yang sama
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH 1. 2. 3. 4. 5. 5 faktor pembentuk tanah: Bahan induk Organisme Waktu Iklim Topografi (relief) Tanah = f (b, o, w, i, t)
Soil Forming Factors • • • Parent Material Climate * Vegetation * Topography * Time Soils vary from place to place because the intensity of the factors is different at different locations.
Faktor pembentuk tanah …. ikl im e ism n a rg Fa u an na O r Cu Flo ra ah j hu h su u Tubuh tanah ki ha n in du k pe s A k isi f k luk dewasa Tua air ga n mp a t tan ah f Ba Je rin i te lie A muda gg Ke mi Re ek sp Tin a mi Waktu
1. BAHAN INDUK 1. Batuan beku atas (batuan volkanik) b. Batuan beku gang (magma membeku di antara sarang magma dan permukaan bumi) c. Batuan beku dalam Magma membeku di dalam bumi
Klasifikasi berdasarkan mineral yang umum TABEL 6. 2 Klasifikasi berdasarkan perbandingan mineral yang umum dalam batuan beku. Batas antara tipe batuan tidak tegas, melainkan berubah secara gradual (garis putus-putus). Untuk mengetahui komposisi umum batuan, proyeksikan dari garis putus kebawah dan perkirakan persentasi mineral pada tepikiri. (Skinner, 2004)
Aliran lava
Figure 4. 7 A Granite Rhyolite
Diorite Andesite
Gabbro Figure 4. 7 C Basalt
Bahan Induk sebagai faktor pembentuk tanah Bahan induk tanah adalah batuan yang terdiri atas batu beku, endapan dan malihan masam intermedie basa t Ultara basa granit diorit Gabro Peridotit syenit andesi basal felsik mafik tahan kurang tahan thd. P. kimia s/a tinggi b/a rendah s/a rendah b/a tinggi b/a = K 2 O+Na 2 O+Ca. O/Al 2 O 3 pencucian basa dan penumpukan Al s/a= Si. O 2/Al 2 O 3 pencucian silika dan penumpukan Al
2. Batuan Sedimen a. Batuan endapan tua berupa endapan laut, contoh: - batu gamping (Ca. CO 3; Ca. Mg(CO 3)2 - batu pasir (Si. O 2) - batu liat b. Bahan endapan baru belum menjadi batu - diendapkan oleh air, dataran banjir - diendapkan oleh angin, misal: pasir pantai
Skala Wentworth Nama Boulder Cobble Pebble Gravel Sand Silt Ukuran Batuan 256 mm Breksi / 64 - 256 mm Konglmerrat 4 - 64 mm 2 - 4 mm Batupasir 1/16 - 2 mm 1/256 - 1/16 mm Lanau, Clay 1/256 mm Batulempung
Clastic Sedimentary Rocks Sandstone - fragmental SANDSTONE is made up of fine-grained particles (1/16 – 2 mm). The sand grains (often quartz) are commonly cemented by silica, carbonates, clay or iron oxides. Sandstone is identified by its sandy texture – which often translates into a gritty feel. Environments in which sandstones form include beaches, sand bars, deltas and dunes. Coconino Sandstone, the result of a Permian age coastal dune field
Clastic Sedimentary Rocks Shale - fragmental SHALE is a very common rock made of silt and clay sized particles. It is generally very thin-bedded and splits along the bedding planes. In fact, the name is probably from the Old English scealu, “shell or husk”. Normally gray to black, shale may be brown to dark red, depending on the amount of included iron oxide. Shales form in quiet environments, such as lakes, swamps, deltas and offshore marine. Black shale, deposited in a offshore basin in a Middle Cambrian sea. Wheeler Shale with trilobite fossil (Elrathia kingii) Fish scales Utah
Breksi (fragmen menyudut) dan Konglomerat (fragmen membulat)
• Batuan sedimen nonklastik (kimiawi) Pengendapan akibat perubahan kondisi kimia [p. H lingkungan media pengangkutnya (air)] oleh penguapan atau oleh biokimia.
3. Batuan Metamorfik Berasal dari batuan beku dan sedimen akibat tekanan dan suhu yang relatif tinggi. batu kapur karbonat marmer batu pasir kuarsit 4. Bahan organik Terdapat di rawa-rawa yang selalu tergenang air.
SLATE - foliated SLATE is derived from shale. It is a dense, microcrystalline rock, but one in which parallel planes are very evident in its slaty foliation – a feature resulting from the alignment of clay and mica minerals, which allows it to split readily into sheets. It may be gray, black, green or red. Uses include roofing, flagstone, pool table tops and “blackboards”. Note the relatively dull luster of slate.
PHYLLITE - foliated PHYLLITE is somewhat more metamorphosed than slate. The platy crystals of mica have grown and the rock displays a subtle, satiny shine referred to as “phyllitic sheen”. The name comes from its leaf-like (many fine layers) appearance. Note the phyllitic sheen.
SCHIST - foliated SCHIST is medium to coarse-grained, crystalline, with prominent parallel mineral orientation. Typically, it is predominately muscovite Crumpling of schist due to mica, which lends a pressure and collapse of mica crystals silvery white to gray sparkly appearance. It is not unusual for accessory minerals (such as garnets, staurolite, tourmaline) to grow in the rock. Schist is added to clay mixtures as a strengthening material in vitreous pipe (red sewer) tourmaline porphyroblast – note alignment garnet porphyroblast
Gneissic granite – GNEISS - foliated GNEISS formed under conditions of high temperatures and pressures at great depth during regional metamorphism. It is characterized by foliation expressed as black and white banding. Because the rock becomes plastic, the banding is often contorted (squiggly). separation of dark & light minerals is just beginning Well banded gneiss Augen = quartz pebble resistant to compression Augen Gneiss kink in gneiss
metamorphism of shale SHALE is the most common sedimentary rock. Through the agents of metamorphism it changes to rocks that are stable at higher temperatures and pressures. These changes take place in the solid state. GRANITE MELTING Produces Slate Shale Increasing Temperature and Pressure Schist Phyllite Gneiss GRANITE
MARBLE – non-foliated MARBLE is Hewitt Canyon, AZ metamorphosed limestone or dolomite. The colors can vary from pure white to gray, green, yellow, brown, black, red or any combination thereof, depending on the ‘impurities’ in the parent limestone. Bands or streaks result from plastic flow during extreme deformation, due to high pressure and temperature. It is calcite or dolomite and will fizz in weak acids. Marble is used for building facades, floors, countertops, statuary,
QUARTZITE – nonfoliated QUARTZITE is metamor-phosed quartz sand-stone. It is a very dense, durable, massive, microcrystalline rock (but still may retain a slightly sandy look). It can be any color, but tends to be white, tan or pink.
SERPENTINITE – non-foliated Chrysotile asbestos Salt River Canyon, AZ SERPENTINITE is composed of one or more minerals in the serpentine family. It is common where wet basalts or mantle rocks are metamorphosed, such as at convergent boundaries. Its green colors, waxy luster, often associated asbestos and common slickensided surfaces are clues to its identity.
METACONGLOMERATE – non-foliated Conglomerate METACONGLOMERAT E is metamorphosed conglomerate. It retains its pebbly appearance, but while a sedimentary conglomerate will break around the pebbles, a metaconglomerate will break through the pebbles. If temperatures are high enough in the presence of pressure, the pebbles may become squished or flattened and will be elongated parallel to each other (becomes foliated).
2. Biochemical Sedimentary Rocks COAL - Biochemical COAL is considered a rock, although it is not composed of minerals, but rather the decomposed remains of large volumes of vegetation that accumulated in a wet, low oxygen environment, such as a swamp or marsh. Peat, Lignite and Sub. Bituminous & Bituminous are sedimentary varieties of coal and are used as fuels.
2. ORGANISME 1. Kegiatan organisme tanah berpengaruh terhadap: akumu-lasi bahan organik, siklus unsur hara, pembentukan struktur tanah yang stabil 2. Unsur N dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh bakteri penambat N, baik yang simbiosis maupun yang non simbio-sis 3. Vegetasi yang tumbuh di daerah tersebut dapat digunakan sebagai pencegah erosi tanah
Tanaman berdaun sedikit, misal cemara, pinus menyebabkan tanah bereaksi masam, sebaliknya tanaman berdaun lebat seperti jati menyebabkan tanah bereaksi basa, karena sere-sah tanaman jati banyak mengandung basa-basa. Tanah di bawah pohon pinus biasanya lebih masam daripada tanah di bawah pohon jati. Pencucian basa-basa lebih inten-sif pada tanah di bawah pohon pinus.
Organisme sebagai faktor pembentuk tanah Organisme vegetasi dan fauna (hewan) Pengaruhnya terhadap horisonisasi -masyarakat tanaman (padang rumput) -individu pohon -penumpukan bahan organik pada permukaan tanah -pemasukan humus (BOT) oleh aktivitas akar dan mikroba (kuman) -illuviasi humus -bioturbasi oleh akar tanmn dan fauna (cacing, serangga, larvae, rayap, semut, roden (tikus), burung) -memasukkan racun di permukaan utk. persaingan - membangun tanah teras, perataan, pengisian -perusakan tanah erosi -pengubahan tanah irigasi, drainase, pengolahan, pemupukan.
Soil-forming factors: 2. Vegetasi Peat: an organic Soil
3. W A K T U Waktu berpengaruh dalam pembentukan tanah, sehingga terbentuk: 1. Tanah muda Sifat tanah masih didominasi oleh sifat bahan induknya. Terbentuk horison A dan horison C. Contoh: Entisol 2. Tanah dewasa Dicirikan oleh terbentuknya horison O, A, dan B. Termasuk tanah dewasa: Inceptisol, Vertisol
Wektu sebagai faktor pembentuk tanah Waktu bukanlah faktor pembentuk tanah tetapi lebih sebagai ukuran atau kerangka tindak faktor pembentuk tanah lainnya untuk memulai pembentukan dan perkembanagan tanah.
Faktor pemb. Tanah : 3. waktu Ketebalan tanah 0, 5 m pada bentang tanah muda Ketebalan tanah 1. 5+ m pada bentang lahan tua
3. Tanah Tua (tanah berpelapukan lanjut) Terjadi perubahan yang lebih nyata pada horison A dan B, sehingga terbentuk horison-horison: A 1, A 2, A 3, B 1, B 2, B 3. Pencucian basa-basa makin meningkat, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk dan Al, Fe, dan Mn dalam tanah. Tanah menjadi masam, misalnya: Ultisol, Oxisol.
4. IKLIM 1. Merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. 2. Suhu dan curah hujan berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik 10 o. C maka laju reaksi menjadi 2 kali lipat. 3. Suhu yang hangat dan curah hujan yang tinggi menyebab- kan pelapukan dan pencucian berjalan cepat, shg terbentuk tanah masam (misal: Ultisol)
Soil Forming Factors: 4. Climate
‘ • Cuaca adalah keadaan fisik atmosfer pada suatu saat di suatu tempat. Keadaan fisik atmosfer ini dinyatakan dengan hasil pengukuran berbagai unsur-unsurnya, misalnya suhu udara, curah hujan, tekanan, kelembaban, laju dan arah angin, perawanan, penyinaran matahari, dll. . • Iklim adalah keadaan yang mencirikan atmosfer pada suatu daerah dalam jangka waktu cukup lama, yaitu kira-kira 30 tahun (? ). Keadaan yang mencirikan itu diungkapkan dengan hasil pengukuran berbagai unsur cuaca yang dilakukan selama periode waktu tersebut. • Unsur iklim yang paling berperan dalam pembentukan tanah adalah Curah hujan dan Suhu udara • Curah hujan yang berperan adalah Curah hujan efektif CH efektif = CH – (Evaporasi + Transpirasi + Air Limpasan) • Bila CH < Evaporasi keadaan kering • Bila CN > Evaporasi lembab (humid)-basah (wet)
Suhu udara Pada suhu tinggi Evaporasi meningkat CH tidak efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman, penumpukan bahan organik tanah dan N berkurang pelindian terganggu, pembentukan dan migrasi klei terganggu. Pada suhu tinggi dan banyak air, maka pelapukan batuan dipacu. Gabungan antara Suhu dan Curah hujan (1) suhu hangat CH rendah (2) suhu hangat CH tinggi (3) suhu rendah, CH tinggi suhu 1 2 3 CH Tinggi
Peran air dalam pembentukan tanah Pelindian (leaching) senyawa terlarutkan memasamkan tanah Agen pelapukan (pelapuk) mineral primer dan pembentukan Klei kandungan klei makin meningkat Pengeluviasi (eluviator) koloid hasil pelapukan perpindahan klei dan Fe 2 O 3 dari hor. A ke B Pembentuk kesuburan tanah asli makin lama makin subur, tetapi selanjutnya kesuburan menurun. Meningkatkan kandungan N dan C-organik tanah meningkat-kan pertumbuhan tanaman, maka penumpukan bahan organik dan N di hor. A. Erosi tanah erosi akan naik pada praktek pertanian yang salah erosi turun pada vegetasi alamiah
Dingin (Beku) E<P E >> P E << P
Soil-forming Factors: 5. Topography Slope Steepness • Degree of slope • How much rainfall will run off the surface, how much the soil retains • Facing sun or not, for how long • Affects temperature of soil
5. TOPOGRAFI (RELIEF) Topografi berpengaruh terhadap pembentukan tanah melalui cara: 1. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa tanah. 2. Mempengaruhi dalamnya air tanah 3. Mempengaruhi besarnya erosi 4. Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.
Relief sebagai faktor pembentuk tanah Pengaruh relief terhadap pembentukan tanah terlihat jelas pada konsep catena tanah. Catena: sederetan tanah sepanjang lereng karena perbedaan topografi dan drainase. Dalam lereng terjadi alih tempat senyawa larut, partikel koloid, dan puing erosi kasar AC profil Deposisi min. dan organik ABC profil Penumpukan klei, kat. Basa, oksida, BO, karbonat Pelindian
Transportasi oleh air longsor lereng transportasi onal Pengendapan kembali jat uh an 2 -4 o Pengendapan kembali ka mu lereng rayapan Transportasi Jatuahn, gelin. , pel. kiia dan fisiak 0 -1 o lereng sepage Rayapan interfluve Mekanik dan kimia . Pedogensis Konsep catena tanah kaki lerng coluvial dinding saluran air ujung lereng aluvial 0 -4 o
- Slides: 75