POHON KEPUTUSAN WIKE AGUSTIN PRIMA DANIA STP M

  • Slides: 15
Download presentation
POHON KEPUTUSAN WIKE AGUSTIN PRIMA DANIA, STP, M. ENG

POHON KEPUTUSAN WIKE AGUSTIN PRIMA DANIA, STP, M. ENG

Merupakan model yang sangat berguna untuk mengevaluasi pilihan-pilihan. Model ini sederhana dan hanya memerlukan

Merupakan model yang sangat berguna untuk mengevaluasi pilihan-pilihan. Model ini sederhana dan hanya memerlukan sedikit pengetahuan teori probabilitas serta imajinasi untuk membayangkan hubungan antara variabel yang sangat lazim dijumpai dalam setiap sistem. Notasi yang digunakan : : simpul keputusan : simpul kejadian tak pasti

Main lotere Mata uang Main lotere dadu Tidak main Kejadia n Penerima an gambar

Main lotere Mata uang Main lotere dadu Tidak main Kejadia n Penerima an gambar Rp. 100 angka - 100 + 100 - 100 + 100 1 2 3 4 5 6 - 0

Penuntun dan aturan pembuatan diagram keputusan : 1. Tentukan alternatif keputusan awal atau alternatif

Penuntun dan aturan pembuatan diagram keputusan : 1. Tentukan alternatif keputusan awal atau alternatif tindakan 2. Tentukan tanggal evaluasi / waktu 3. Tentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif awal 4. Tentukan keputusan atau alternatif lanjutan 5. Tentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutan 6. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat “mutually exclusive”.

Contoh: Pilihan main lotere mata uang, main lotere dadu, atau tidak main) Main lotere

Contoh: Pilihan main lotere mata uang, main lotere dadu, atau tidak main) Main lotere mata uang Tidak main lotere mata uang Main lotere dadu ar 1. Tidak main lotere dadu Gamb Main lotere mata uang lotere dadu Main lotere mata uang & dadu Tidak main lotere sama sekali Gambar 2. Simpul keputusan tidak “mutually exclusive” Simpul keputusan “mutually exclusive”

7. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat “collectivelly exhaustive” paling sedikit

7. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat “collectivelly exhaustive” paling sedikit salah satu harus terjadi 8. Gambarkan kejadian-kejadian dan keputusan-keputusan secara kronologis 9. Dua atau lebih simpul kejadian yang tidak dipisahkan oleh simpul keputusan dapat ditukar urutannya. Main lotere mata uang Tidak main lotere mata uang Gambar 3. Main lotere dadu Tidak main lotere dadu

Main lotere mata uang Tidak main lotere mata uang Main lotere dadu Tidak main

Main lotere mata uang Tidak main lotere mata uang Main lotere dadu Tidak main lotere dadu Gambar 4. Penetapan Nilai dari suatu hasil yang diperoleh menggunakan ukuran moneter Penetapan nilai kemungkinan setiap kejadian probabilitas

Diagram Keputusan Nilai dan Kemungkinan Kejadian (Kasus Perusahaan Kosmetik) (hal. 51 -52 dan hal

Diagram Keputusan Nilai dan Kemungkinan Kejadian (Kasus Perusahaan Kosmetik) (hal. 51 -52 dan hal 60 -64) Tinggi (0, 9) Pasarkan Rendah produk Positif br (0, 1) 0, 8 Hentika - Rp. 5 juta Proyek n penelitia produk Tinggi n si (0, 3) Pasarka Rendah n produk Negati lm (0, 7) f 0, 2 Hentika - Rp. 5 jt n Hentika Rp. produk n 0 Tinggisi Rp. 40 jt produk (0, 3) si. Teruska Rendah - Rp. 15 jt n spt (0, 7) biasa + Rp. 50 jt - Rp. 15 jt + Rp. 35 jt - Rp. 20 jt

Penentuan Pilihan - Pilihan langsung : dominasi nilai dominasi stokastik / probabilistik Jika pilihan

Penentuan Pilihan - Pilihan langsung : dominasi nilai dominasi stokastik / probabilistik Jika pilihan langsung tidak dapat / sukar untuk dilakukan, maka cara yang sering digunakan adalah dengan menggunakan nilai ekspektasi. Akan tetapi nilai ekspektasi belum mencakup faktor resiko, sedangkan faktor resiko adalah amat penting untuk kita perhitungkan, karena sikap orang terhadap resiko berbeda. Memasukkan faktor resiko adalah dengan menggunakan : nilai ekivalen tetap (NET) (cmv = certainty monetary value)

Gambar (0, 5) Alternatif A Angka (0, 5) Rp. 10 jt Rp. 0 Alternatif

Gambar (0, 5) Alternatif A Angka (0, 5) Rp. 10 jt Rp. 0 Alternatif B Rp. 4, 5 jt Contoh Persoalan yang dilematis Nilai Eksp A = 0, 5 x Rp. 10 jt + 0, 5 x Rp. 0 = Rp. 5 jt e. m. v. (expected monetary value) Nilai Eksp B = 1 x Rp. 4, 5 jt = Rp. 4, 5 jt

NILAI EKIVALEN TETAP (NET) dari suatu kejadian tak pasti adalah suatu nilai tertentu dimana

NILAI EKIVALEN TETAP (NET) dari suatu kejadian tak pasti adalah suatu nilai tertentu dimana DM merasa tidak berbeda (indeferent) antara menerima hasil yang dicerminkan dalam ketidakpastian atau menerima dengan kepastian sesuatu hasil dengan nilai tertentu. Besar nilai tersebut disebut NET atau cmv. Perhatikan diagram berikut : 0, 5 C=? Alternatif C 0, 5 Rp. 10 jt ? Rp. 0 Alternatif A Berapa nilai C, sehingga Anda merasa tidak berbeda antara alternatif A dan C Nilai C berkisar antara 0 – 10 jt.

Berapa C ? Bila C = 5 jt C = 3 jt Pilih mana

Berapa C ? Bila C = 5 jt C = 3 jt Pilih mana ? A atau C C = 4 jt C = 3, 5 jt Nilai dimana DM sukar untuk menentukan pilihan (karena kedua alternatif sama nilainya) disebut CMV. à Jadi untuk mereka yang mendasarkan keputusannya tanpa mempertimbangkan faktor resiko (jadi didasarkan pada EMV) maka nilai CMV = EMV. à Jadi CMV = 0, 5. 10 jt + 0, 5. 0 jt = 5 jt (nilai batas) DM akan memilih alternatif C bila nilai C 5 jt dan sebaliknya bila nilai C 5 jt, ia akan pilih A, dan ia akan bersikap indiferent jika nilai C = 5 jt. Catatan : nilai NET (CMV) adalah suatu nilai yang ditetapkan diputuskan, bukan merupakan

Contoh : halaman 82 – 86 (Masalah Pembuatan Suku cadang) Pada bulan Juni 1982,

Contoh : halaman 82 – 86 (Masalah Pembuatan Suku cadang) Pada bulan Juni 1982, Sutomo (manajer operasi perusahaan pembuat suku cadang industri mobil) mendapat tawaran untuk menyediakan suku cadang khusus. Jumlah yang dipesan belum pasti antara 20 -40 unit P(40 unit) = 0, 4, dan kepastiannya pada Januari 1983 (7 bulan kemudian). Harga per unt Rp. 1 jt, bila Sutomo sanggup pengiriman bulan Mei 1983. Ada 3 cara untuk memproduksi, yaitu : Proses 1 : murah, apabila dapat berjalan dengan baik. Proses ini dapat diketahui berjalan baik, setelah melalui perencanaan pendahuluan yang akan selesai September 1982. Bila tidak, masih ada kesempatan untuk menggunakan proses 2, tetapi investasi yang telah tertanam pada proses 1 akan hilang. Probabilitas berhasil proses ini 0, 5.

Biaya : Proses 1 : biaya perencanaan : Rp. 2. 000 ongkos produksi/unit :

Biaya : Proses 1 : biaya perencanaan : Rp. 2. 000 ongkos produksi/unit : Rp. 400. 000 Proses 2 : ongkos produksi/unit : Rp. 600. 000 Sub kontrak : pesanan seb. Agust’ 82 : Rp. 700. 000 / unit pesanan set. Agust’ 82 : Rp. 900. 000 / unit Selanjutnya Sutomo memperkirakan : 1. Bila diproduksi 20 unit, tetapi pesanan 40 unit, maka sisanya sub kontak Rp. 900. 000 / unit. 2. Bila diproduksi 40 unit, tetapi pesanan 20 unit, maka kelebihannya dapat dijual hanya Rp.

12, 4 Pesan 40 Produksi jt (0, 4) 12, 4 G 40 Pesan 20

12, 4 Pesan 40 Produksi jt (0, 4) 12, 4 G 40 Pesan 20 jt Berhasil (0, 6) 40 C 0, 5 10, 8 Pesan Produksi jt (0, 4) 9, 6 jt H Pesan 20 20 B (0, 6) Pesan 40 Gagal 0, 5 0, 8 jt Sub (0, 4) Proses 1 6, 8 jt I Pesan 20 kontrak (0, 6) 40 9, 6 jt D 4, 4 jt Pesan Proses 2 Produksi (0, 4) J Pesan 20 A 40 6, 8 jt (0, 6) 40 6, 8 jt Pesan E Produksi K (0, 4) 20 Pesan 20 Proses 2 (0, 6) 40 6, 4 jt Pesan Produksi (0, 4) L 8, 8 jt Pesan 20 40 (0, 6) 40 F 8, 8 jt Pesan Produksi (0, 4) M Pesan 20 20 (0, 6) 8, 4 jt Sub kontrak 8, 4 jt Pesan 40 (0, 4) sekarang N Pesan 20 Tolak O (0, 6) pesanan 22 jt 6 jt 12 jt 10 jt 2 jt 0 14 jt -2 jt 8 jt 6 jt 16 jt 0 10 jt 8 jt 12 jt 6 jt