PERTUSIS Fitria Dewi Puspita Anggraini Fakultas Kesehatan Universitas

  • Slides: 23
Download presentation
PERTUSIS Fitria Dewi Puspita Anggraini Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 2020

PERTUSIS Fitria Dewi Puspita Anggraini Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 2020

§ Pertusis dapat diderita oleh orang dari semua kelompok usia, tetapi akan lebih beresiko

§ Pertusis dapat diderita oleh orang dari semua kelompok usia, tetapi akan lebih beresiko pada bayi dan anak. § Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi pada usia dua, empat dan enam bulan. PENDAHULUAN § Injeksi booster diperlukan untuk anak yang berusia 4 tahun serta anak remaja dan orang dewasa yang sedang tinggal dan bekerja dengan anak-anak kecil.

§ Tersebar diseluruh dunia. Di tempat yang padat penduduknya dan dapat berupa endemic pada

§ Tersebar diseluruh dunia. Di tempat yang padat penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. § Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80 -100 % pada penduduk yang rentan. § Menyerang semua golongan umur yang terbanyak anak EPIDEMIOLOGI umur 1 tahun, perempuan lebih sering terinfeksi daripada laki § Semakin muda usia terinfeksi akan semakin berbahaya. § Populasi yang tidak melakukan imunisasi, status malnutrisi dan riwayat infeksi saluran pernafasan, pertusis akan menjadi penyebab kematian utama pada dan anak.

§ Termasuk dalam kelompok kokobasilus Gram negatif, non motil dan tidak berspora § Membutuhkan

§ Termasuk dalam kelompok kokobasilus Gram negatif, non motil dan tidak berspora § Membutuhkan media darah-gliserin-kentang yang ditambah penisilin untuk tumbuh tanpa ada hambatan dari organisme lainnya § Berukuran 0, 5 -1 µm dan diameter 0, 2 -0, 3 µm ETIOLOGI

§ Pertusis ditularkan melalui droplet ketika batuk atau bersin. § Sebagian besar bayi tertular

§ Pertusis ditularkan melalui droplet ketika batuk atau bersin. § Sebagian besar bayi tertular dari saudaranya atau kadang -kadang orang tuanya. PENULARAN § Penyakit ini sangat menular dan dapat menyerang dengan rata-rata serangan mencapai 80 -100% pada kelompok yang rentan. § Masa inkubasinya selama 6 -20 hari dengan rata-rata serangan 7 hari.

§ Pertusis merupakan toxin mediated disease, yaitu GEJALA KLINIS toksinnya melekat dan melumpuhkan bulu

§ Pertusis merupakan toxin mediated disease, yaitu GEJALA KLINIS toksinnya melekat dan melumpuhkan bulu getar saluran nafas (silia), sehingga mengganggu aliran sekret. § Selanjutnya akan terjadi batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang dan melengking) yang berlangsung selama 1 -10 minggu.

Perjalanan penyakit terbagi dalam 3 fase, yaitu: § Fase kataralis (1 -2 minggu), timbul

Perjalanan penyakit terbagi dalam 3 fase, yaitu: § Fase kataralis (1 -2 minggu), timbul batuk pada malam hari, pilek, dan anoreksia. § Fase spasmodik (2 -4 minggu), gejala batuk makin kuat GEJALA KLINIS dan terus-menerus, gelisah, muka merah, diakhiri dengan bunyi whoop (karena glotis menyempit), dapat terberak, terkencing-kencing, bahkan sampai mata menjadi merah atau mimisan. Aktifitas tertawa atau menangis bisa memicu batuk. § Fase penyembuhan/konvalesens (1 -2 minggu), ditandai dengan berhentinya bunyi whoop atau muntah. Batuk biasanya masih menetap kemudian menghilang dalam waktu 2 -3 minggu.

PENDERITA PERTUSIS

PENDERITA PERTUSIS

Imunisasi anak Anda secara tepat waktu § Vaksin tidak memberikan perlindungan seumur hidup terhadap

Imunisasi anak Anda secara tepat waktu § Vaksin tidak memberikan perlindungan seumur hidup terhadap pertusis, dan perlindungan adakalanya tidak lengkap. § Anak-anak perlu diimunisasi pada usia dua, empat dan enam bulan. PENCEGAHAN § Booster diperlukan pada usia empat tahun dan sekali lagi pada usia 15 tahun. § Imunisasi dapat diperoleh dari dokter keluarga dan beberapa institusi kesehatan milik pemerintah setempat.

Jauhkan bayi Anda dari orang yang batuk § Bayi memerlukan dua atau tiga vaksinasi

Jauhkan bayi Anda dari orang yang batuk § Bayi memerlukan dua atau tiga vaksinasi sebelum terlindung. Oleh karena itu, penting sekali bayi Anda dijauhkan dari penderita batuk agar pertusis atau kuman lain tidak ditularkan. § Penyuluhan kepada masyarakat perlu dilakukan terutama PENCEGAHAN orangtua bayi, meliputi edukasi mengenai bahayanya penyakit ini, serta keuntungan imunisasi pertama pada anak berusia tidak lebih dari dua bulan.

Dapatkan imunisasi jika Anda seorang dewasa yang berada dalam kontak dekat dengan anak kecil

Dapatkan imunisasi jika Anda seorang dewasa yang berada dalam kontak dekat dengan anak kecil § Tersedia vaksin untuk orang dewasa. Vaksin ini PENCEGAHAN dianjurkan: § Untuk kedua orang tua sewaktu merencanakan kehamilan, atau segera setelah bayi lahir § Untuk orang dewasa yang bekerja dengan anak kecil, terutama petugas kesehatan dan petugas penitipan anak.

Jika Anda berada dalam kontak dekat dengan penderita pertusis: § Perhatikan gejala-gejalanya. Jika gejala

Jika Anda berada dalam kontak dekat dengan penderita pertusis: § Perhatikan gejala-gejalanya. Jika gejala timbul segerlah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan terdekat. PENCEGAHAN § Beberapa kontak dekat yang menghadapi risiko tinggi (mis. anak di bawah usia satu tahun, anak yang belum divaksinasi secara lengkap dan wania di akhir kehamilannya) dan orang lain yang hidup atau bekerja dengan orang yang menghadapi risiko tinggi mungkin perlu menggunakan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Jika Anda menderita pertusis: § Dapatkan perawatan dini sebelum menularkan penyakit, jauhi diri dari

Jika Anda menderita pertusis: § Dapatkan perawatan dini sebelum menularkan penyakit, jauhi diri dari orang lain dan jauhi dari anak kecil, mis. di pusat penitipan anak, prasekolah dan sekolah. PENCEGAHAN

§ Jika seorang dokter merasa bahwa seseorang menderita pertusis, sekaan dari belakang hidung atau

§ Jika seorang dokter merasa bahwa seseorang menderita pertusis, sekaan dari belakang hidung atau tes darah mungkin dilakukan untuk membantu mengkonfirmasikan diagnosis. § Curiga pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, terutama jika penyakit diketahui terjadi lokal. Tanda diagnostik yang paling berguna: CARA DIAGNOSIS 1. Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering disertai muntah. 2. Perdarahan subkonjungtiva 3. Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis 4. Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, akan tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk 5. Periksa anak untuk tanda pneumonia dan tanyakan riwayat kejang.

§ Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan secara rawat jalan dengan

§ Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan secara rawat jalan dengan perawatan penunjang. § Umur < 6 bulan dirawat di rumah sakit, demikian juga TATA LAKSANA pada anak dengan pneumonia, kejang, dehidrasi, gizi buruk, henti napas lama, atau kebiruan setelah batuk. § Beri eritromisin oral (12. 5 mg/kg. BB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari atau jenis makrolid lainnya. Hal ini tidak akan memperpendek lamanya sakit tetapi akan menurunkan periode infeksius.

Terapi Oksigen § Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi berhenti napas atau batuk

Terapi Oksigen § Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi berhenti napas atau batuk paroksismal berat. § Gunakan nasal prongs, jangan kateter nasofaringeal atau TATA LAKSANA kateter nasal, karena akan memicu batuk. Selalu upayakan agar lubang hidung bersih dari mukus agar tidak menghambat aliran oksigen. § Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di atas tidak ada lagi. § Perawat memeriksa sedikitnya setiap 3 jam, bahwa nasal prongs berada posisi yang benar dan tidak tertutup oleh mukus dan bahwa semua sambungan aman.

Tatalaksana jalan napas § Selama batuk paroksismal, letakkan anak dengan posisi TATA LAKSANA kepala

Tatalaksana jalan napas § Selama batuk paroksismal, letakkan anak dengan posisi TATA LAKSANA kepala lebih rendah dalam posisi telungkup, atau miring, untuk mencegah aspirasi muntahan dan membantu pengeluaran sekret. § Bila anak mengalami episode sianotik, isap lendir dari hidung dan tenggorokan dengan lembut dan hati-hati. § Bila apnea, segera bersihkan jalan napas, beri bantuan pernapasan manual atau dengan pompa ventilasi dan berikan oksigen.

Perawatan penunjang § Hindarkan sejauh mungkin segala tindakan yang dapat merangsang terjadinya batuk, seperti

Perawatan penunjang § Hindarkan sejauh mungkin segala tindakan yang dapat merangsang terjadinya batuk, seperti pemakaian alat isap lendir, pemeriksaan tenggorokan dan penggunaan NGT. § Jangan memberi penekan batuk, obat sedatif, mukolitik atau antihistamin. § Obat antitusif dapat diberikan bila batuk amat sangat mengganggu. TATA LAKSANA § Jika anak demam (≥ 39º C) yang dianggap dapat menyebabkan distres, berikan parasetamol. § Beri ASI atau cairan per oral. Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan makanan cair porsi kecil tetapi sering untuk memenuhi kebutuhan harian anak. Jika terdapat distres pernapasan, berikan cairan rumatan IV untuk menghindari risiko terjadinya aspirasi dan mengurangi rangsang batuk. Berikan nutrisi yang adekuat dengan pemberian makanan porsi kecil dan sering. Jika penurunan berat badan terus terjadi, beri makanan melalui NGT.

§ Pemantauan § Anak harus dinilai oleh perawat setiap 3 jam dan oleh TATA

§ Pemantauan § Anak harus dinilai oleh perawat setiap 3 jam dan oleh TATA LAKSANA dokter sekali sehari. Agar dapat dilakukan observasi deteksi dan terapi dini terhadap serangan apnea, serangan sianotik, atau episode batuk yang berat, anak harus ditempatkan pada tempat tidur yang dekat dengan perawat dan dekat dengan oksigen. Juga ajarkan orang tua untuk mengenali tanda serangan apnea dan segera memanggil perawat bila ini terjadi.

§Pneumonia KOMPLIKASI §Kejang §Status Gizi Kurang §Perdarahan dan Hernia

§Pneumonia KOMPLIKASI §Kejang §Status Gizi Kurang §Perdarahan dan Hernia

§ Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis dan setiap anak TINDAKAN KESEHATAN MASYARAKAT dalam

§ Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis dan setiap anak TINDAKAN KESEHATAN MASYARAKAT dalam keluarga yang imunisasinya belum lengkap. § Beri DPT ulang untuk anak yang sebelumnya telah diimunisasi. § Beri eritromisin suksinat (12. 5 mg/kg. BB/kali 4 kali sehari) selama 14 hari untuk setiap bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang disertai demam atau tanda lain dari infeksi saluran pernapasan dalam keluarga.

§ Carilah jurnal dengan judul “Laporan kasus berbasis bukti Perbandingan Efektivitas dan Keamanan Vaksin

§ Carilah jurnal dengan judul “Laporan kasus berbasis bukti Perbandingan Efektivitas dan Keamanan Vaksin Pertusis Aselular dan Whole-cell” § Informasi apa saja yang anda dapatkan terkait pertusis? Jelaskan secara rinci dan tuliskan hasilnya dalam sebuah paper § Kerjakan secara individu