Perspektif dan Teori Sosiologi BDR Pertemuan 3 29
Perspektif dan Teori Sosiologi BDR Pertemuan 3 29 Juli 2020 Oleh Sucipto Ardi
Tujuan Pembelajaran • Melalui model pembelajaran discovery learning peserta didik dapat memahami perspektif dan sosiologi teori dengan penuh tanggung jawab, rasa ingin tahu, mandiri, disiplin, dan kreatif
Definisi / Pengertian / Batasan Perspektif Sosiologi merupakan kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami fenomena sosial secara sosiologis. • Dalam konteks sosiologi, persektif ini digunakan sebagai dasar untuk menilai sekumpulan asumsi dan gagasan yang terjadi dalam proses sosial. Perspektif yang digunakan dalam memandang proses sosial ini tidak secara tunggal benar maupun salah. Masing -masing perspektif yang ada hanya memandang serta menganalisis masyarakat dengan cara yang berbeda.
• Perlu dipahami pula bahwa dalam perspektif sosiologi ini, ada dua aliran besar persektif yang secara umum digunakan untuk mengukur permasalahan sosial yang terjadi, yakni perspektif mikro dan makro. Masing -masingnya melihat dengan cara pandang yang berbeda berdasarkan pada lingkup masyarakat yang terlibat di dalamnya, sekaligus menawarkan jawaban berbeda untuk masalah yang diidentifikasi. • Dalam memandang proses sosial ini, perspektif struktural fungsional dan perspektif konflik sosial menggunakan perspektif makro pada masyarakat, sementara perspektif interaksionisme simbolik, mengambil perspektif mikro. Bedanya, perspektif makro ini melihat pada lingkup yang lebih luas pada masyarakat di dalam kelompok atau sistem sosial, sedangkan perpspektif mikro lebih menekankan pada relasi antar individunya.
Perspektif sosiologi 1. Perspektif Interaksionisme Struktural Fungsional. Maksud dari struktural fungsional adalah setiap unsur yang ada di masyarakat mempunyai fungsinya masing-masing, dimana fungsi tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu jika terdapat masalah yang terjadi pada salah satu unsur, maka akan berdampak pada unsur yang lain. 2. Perspektif Interaksionisme Konflik. Maksud dari perspektif konflik adalah ketidakadilan dalam masyarakat terjadi karena adanya stratifikasi sosial atau berlakunya sistem kelas. 3. Perspektif Interaksionisme Simbolik. Maksud dari interaksionisme simbolik adalah masyarakat melakukan interaksi, yang mana interaksi tersebut menggunakan simbol, dan symbol tersebut mempunyai makna.
Teori Sosiologi ahekatnya menjadi landasan untuk menganalisis fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Dalam kajian ilmu, teori adalah hal penting untuk melakukan analisis dalam memandang serangkaian fakta dan relasinya dengan sesuatu yang lain.
Teori Utama Sosiologi (Fungsionalisme Struktural, Teori Konflik, Interaksi Simbolik) Maksudnya ? • Teori utama sosiologi ini pun akan membantu kita lebih memahami fenomena sosial yang berlangsung dalam masyarakat dan kaitannya dengan hal lain. • Baik teori fungsionalisme struktural, teori konflik, maupun teori konflik maupun teori interaksi simbolik akan membantu menjelaskan mengenai apa, kenapa dan bagaimana masyarakat bekerja, sehingga kita bisa mendapatkan kesimpulan mengenai apa yang dapat kita lakukan terhadap masyarakat kita untuk menjadikannya lebih baik.
Teori Sosiologi Fungsionalisme Struktural bahwa masyarakat merupakan organisme biologis yang terdiri dari organ-organ yang saling mengalami ketergantungan sebagai konsekuensi agar organisme tersebut dapat tetap bertahan hidup. Masyarakat teratur, masyarakat bersifat statis atau berada dalam perubahan secara berimbang, di mana setiap elemen masyarakatnya memiliki peran menjaga stabilitas tersebut. Melalui pendekatan struktural fungsional ini, para sosiolog berharap dapat mencapai keteraturan sosial dalam masyarakat.
Teori Sosiologi Konflik • Berbeda dengan para fungsionalis yang melihat keadaan normal masyarakat sebagai suatu keseimbangan yang statis, maka para teoritisi konflik cenderung melihat masyarakat berada pada konflik terus-menerus dalam kelompok dan kelas. • menolak gagasan yang menyatakan bahwa masyarakat cenderung mengarah pada konsensus dasar atau harmoni, di mana struktur masyarakat yang berlangsung bekerja untuk kebaikan setiap orang. • Padahal, konflik dan pertentangan kepentingan masing -masing individu dan kelompok menurut Marx dan Weber adalah saling bertentangan, dan merupakan determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan sosial. • teori konflik melihat adanya pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Jadi, dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan.
Teori Sosiologi Interaksi Simbolik • mengacu pada kenyataan sosial yang muncul melalui proses interaksi, dan berkaitan erat dengan kemampuan manusia untuk menciptakan serta memanipulasi simbol-simbol. • perbuatan sebagai “unit paling inti”. Inti utama dari interaksionisme simbolik sendiri adalah berfokus pada mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Perspektif ini memandang bahwa individu pada dasarnya bersifat aktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan, serta menampilkan perilaku yang rumit dan juga sulit diramalkan. • Jadi, sederhananya, perspektif interaksi simbolik menolak gagasan yang menyebut bahwa individu adalah organisme yang pasif, dengan perilaku yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur yang ada di luar dirinya. • Kesimpulannya, interaksi inilah yang dianggap sebagai variable penting dalam menentukan perilaku manusia, dan bukannya pada struktur masyarakat. Struktur masyarakat sendiri dapat tercipta dan berubah dipengaruhi oleh interaksi manusia.
Pembagian Science 1. Ilmu Pengetahuan Alam/Natural Science (kimia, biologi, fisika, matematika dlsb) 2. Ilmu Pengetahuan Sosial/Social Science: (sejarah, geografi, SOSIOLOGI, ilmu politik, ekonomi dlsb) 3. Humanoira/Humanistics Study (sastra, agama, bahasa, filsafat, kesenian, ilmu sejarah, dlsb) Sosiologi masuk IPS, karena dalam kenyataan, bahwa sosiologi mempelajari atau berhubungan dgn gejala-gejala kemasyarakatan
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utama/karakteristiknya adalah 1. Sosiologi bersifat empiris didasarkan pada pengamatan terhadap kenyataan-kenyataan sosial dan hasilnya tidak bersifat spekulatif 2. Sosiologi bersifat teoretis ilmu pengetahuan berasal dari abstraksi hasil pengamatan di lapangan, sehingga menjadi suatu teori yang logis. 3. Sosiologi bersifat kumulatif teori-teori dalam sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Kemudian diperbaiki, diperluas, serta diperdalam 4. Sosiologi bersifat nonetis sosiologi tidak mempersoalkan baik buruknya fakta, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan fakta tersebut secara analitis dan apa adanya.
• Selanjutnya bermunculan buku-buku sosiologi baik yang tulis oleh orang Indonesia maupun yang merupakan terjemahan dari bahasa asing. Tidak kurang pentingnya, tulisan-tulisan tentang masalah sosiologi yang tersebar di berbagai majalah, koran, dan jurnal. Selain itu, muncul pula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik diberbagai Universitas di Indonesia dimana sosiologi mulai di pelajari secara lebih mendalam bahkan pada beberapa Universitas, di dirikan jurusan sosiologi yang di harapkan dapat mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia.
Simpulan Perspektif -> Teori Tiga teori utama sosiologi hingga kini masih menjadi acuan dasar dalam memahami dan mengatasi masalah-masalah di masyarakat.
End…
- Slides: 15