Perkembangan ternak sapi dan kerbau Sejarah Perkembangan Sapi
Perkembangan ternak sapi dan kerbau
Sejarah Perkembangan Sapi di Indonesia
3 bangsa sapi di dunia: v v v Bos Indicus (Zebu) Bos Taurus (temperate breed) different sub-genus Bos Sondaicus (Banteng) Ciri khusus sapi Zebu: mempunyai punuk, gelambir besar, cincin mata (kulit sekitar mata selebar 1 cm berwarna hitam), preputium agak menggantung, dan kulit longgar, kebanyakan berwarna abu-abu –putih. Contoh : Ongole, Brahman, Nellore. Contoh Bos Taurus : Simmental, Angus, Limousine, Angus, dll.
REFERENSI HISTORY OF CATTLE BREED Policy Penguasa Pemerintah Belanda Pemerintah Sekarang Trends (Preferensi) Variasi Bangsa Di Indonesia kita kenal: • Sapi Asli • Sapi Lokal • Sapi Import • Persilangan
Banteng : v v v Nama scientific Banteng, Bos javanicus : ada dua sub-species lain; Burmaanse banteng (Bos Javanicus birmanicus) dan borneo banteng (Bos javanicus Iowi). Distribusi asli banteng liar ada di Kalimantan, Sumatra dan Jawa. Namun banteng disinyalir sudah tidak ada di Sumatra. Saat ini banteng liar di Jawa diperkirakan 500 ekor (hampir punah). Banteng liar ada di Taman Nasional Ujung Kulon (Jabar) dan Baluran (Jatim), Meru Betiri dan Alas Purwo (banteng di sini lebih kecil daripada di Baluran), Taman Nasional Pangandaran, Cikepuh, Bonjonglarang Jayanti, Leuweung Sancang, Cimapag, dan Cikamarang.
Banteng continued. . v v v Banteng merupakan hewan terbesar kedua di Jawa dengan tinggi 1. 8 m, dan berat badan mencapai 900 kg; rata-rata tinggi pejantan 1, 6 m, berat badan 635 kg; sedangkan betina, tinggi 1, 4 m dengan berat badan 400 kg. Leher dan dada kompak, punggung lurus, badan lebar dan perototan baik, serta teracak kuat. Saat ini banteng ditemukan terutama di lowland area, dengan kisaran suhu 23 hingga 31 derajat celcius. Banteng hidup dalam kelompok yang terdiri atas 10 – 30 ekor betina tua dan muda Banteng jantan lebih suka hidup menyendiri
Sapi Bali Di Pulau Bali, banteng dijinakkan diternakkan secara murni: Sapi Bali v Mempunyai persentase karkas dan fertilitas tinggi. v Perbedaan banteng dan Sapi Bali adalah pada ukuran tubuhnya dan beberapa sifat behavioral nya. v Populasi Sapi Bali sekitar 2, 3 juta. v Kelemahan Sapi Bali adalah pada kerentanannya pada Malignant Catarrhal Fever , jika berdekatan dengan domba sebagai vektor. Penyakit lain adalah Jembrana v Di Pulau Bali, sebagai tempat pemurnian sapi v
Sapi Madura Persilangan sapi Zebu dengan Banteng v Sebelum tahun 1800 an. v Sapi Madura dimurnikan di Pulau Madura , dan sebagian kecil terdapat di Jawa Timur. v Sapi Madura betina mempunyai kepala kecil, sedangkan kepala pejantan besar. Mempunyai gelambir kecil, punuk kecil, teracak kuat, tinggi 1. 16 – 1. 24 m. v Merupakan ternak kerja terbaik di dunia. v Fertilitas tinggi v Tujuan : Karapan, Sono v
Sapi Madura
v Induk Sapi Madura dengan pedhet hasil IB dengan Limousine
Sapi Jawa Punuk dan pundak tidak sebesar sapi Madura. v Kaki sapi Jawa lebih panjang daripada sapi Madura, tetapi tinggi badannya lebih rendah daripada Sapi Madura. v Gelambir kecil dan teracak kuat. v Saat ini sapi Jawa ditemukan di Pacitan dan Tengger (hampir punah) v Tahan pada kondisi alam buruk, penyakit dan pakan buruk. v Fertilitas lebih tinggi daripada sapi Peranakan Ongole. v
Sapi Hissar Terdapat di NTB (Pulau Sumbawa) v Populasi : sekitar 1000 ekor v Tipe Dwi Guna (daging, susu) v Daerah asal : Punjab-India v Warna tubuh hampir semua putih, atau merah kekuning-kuningan v Jantan : punuk-leher kaki depan dan ekor berwarna abu-abu sampai hitam v Tanduk betina lebih panjang v Pemeliharaan : berkeliaran di padang penggembalaan (Lar) v
Hissar
Sapi Sumatera (Pesisir) Asal : India v Keturunan : Bos Indicus dan Sondaicus v Mirip sapi Bali v Warna : merah muda, merah tua, kehitam-hitaman, coklat tua, putih kehitaman v Tahan terhadap kekeringan, panas, lapar, pakan yang jelek, v Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan v Daging yang mempunyai rasa dan aroma spesifik v Persentase karkas yang cukup tinggi ( ± 50, 8 %). v
Sapi Peranakan Ongole v v v v Mempunyai tujuan tertentu Dimulai sejak Jaman Pemerintahan Belanda Pemerintah Belanda memasukkan breed Sapi Zebu (Bos Indicus) yang disilangkan dengan sapi lokal (Madura, Jawa, dan Sumatera) Tujuan : memperbaiki performance sapi lokal, untuk tujuan sebagai ternak kerja Sapi jawa disilangkan dengan Ongole sehingga menghasilkan Java-Ongole atau Peranakan Ongole (PO). Sejak tahun 1914, Ongole dibiakkan di Sumba untuk memenuhi kebutuhan pejantan Ongole untuk Pulau Jawa, yang kemudian disebut Sumba-Ongole. Sapi PO sudah beradaptasi dengan kondisi alam di Indonesia selama puluhan tahun
Sapi PO
Bos Indicus : Ongole v Asal: India v Warna dominan putih v Cincin mata hitam v Tanduk pendek, arah luar – belakang v Punuk besar dan tegak v Gelambir panjang v Telinga panjang, sedikit menggantung
Bos Indicus : Brahman v Karakteristik: v Asal India, tapi berkembang di Amerika (American Brahman) v Wana : putih, abu-abu, hitam v Punuk besar, telinga menggantung v Gelambir panjang dari kepala-dada v Adaptasi baik terhadap panas v Untuk persilangan : Santa Gertrudis, Brangus, Beefmaster, Braford, Charbray and Simbrah
Simmental v Asal : Simme Valley, Switzerland v Berat lahir rendah, pertumbuhan cepat v Mothering ability baik, siklus produksi panjang v Produksi karkas tinggi, daging empuk, cocok untuk feedlot v Dewasa kelamin cepat
Limousin v Salah satu bangsa sapi tertua di Eropa v Sapi Asli Perancis v excellent feed efficiency, adaptability and high carcass yield v Red or golden colored cattle are good foragers v Feedlots are well able to convert feed into mass
Angus v Karakteristik v Asal : : Aberdeen - Inggris v Warna hitam, meski ada yang merah v Tekstur marbling yang halus v Tidak bertanduk v Mothering ability baik
Charolais v Asal : Charolles district, Perancis v Ciri khas : v Warna tubuh putih - putih agak gelap v Tubuh panjang v Otot besar v Dewasa kelamin lambat v Sebagian besar bertanduk
Hereford v Karakteristik: v Berasal dari Herefordshire, England v Warna dominan merah, v Warna putih di bagian kepala v Ada dua jenis : polled dan horned v Efisiensi reproduksi tinggi (dewasa kelamin cepat) v Kemampuan adaptasi dengan cuaca yang buruk dan tanpa grazing
Santa Gertrudis v Karakterisitk: v Persilangan Brahman dan Shorthorn v Dibentuk di King Ranch, texas, 1918 v Warna umum merah bata v Pertumbuhan cepat dan sangat efisien v Adaptabel dengan berbagai lingkungan
Brangus
Simbrah
Crossbreeding with Exotic Breed (European breed) v v v v Untuk memenuhi kebutuhan daging Memperbaiki kinerja Sapi dalam hal pertumbuhan dan jumlah daging. Melalui Program Inseminasi Buatan sejak tahun 1980 an. Exotic / European Breed : Simmental, Limousine, Angus, Santa Gertrudis, Charolais, dll. ADG lebih tinggi Tidak tahan pada kondisi pakan dan alam buruk Fertilitas lebih rendah daripada PO dan Sapi Jawa Terjadi alih fungsi ternak sapi : dari ternak kerja menjadi ternak penghasil daging
Sapi SIMPO
Sapi LIMPO
BRANGBAL
PERKEMBANGAN KERBAU DI INDONESIA
v Secara scientific, kerbau dibedakan menjadi dua : African buffalo (Syncerina) dan Asiatic buffalo (Bubalina). v Bubalina dibagi menjadi 4 species: v Bubalus Bubalis (kerbau air), v Bubalus arnee (kerbau liar India), v Bubalus depressicornis (Anoa) v Bubalus mindoroensis (Tamarao) v Ada dua tipe Bubalus Bubalis : Rawa dan sungai
Perbedaan kerbau Lumpur dan sungai Kerbau lumpur : Kerbau sungai : v Asia tenggara v Asia Barat v Tenaga kerja dan daging v Susu v Kromosom 2 n = 48 v Kromosom 2 n = 50 v Bubalus bubalis limneticus v Bubalus bubalis fluviatilin v Kromosom Y 1/3 v Kromosom Y 1/2 kromosom X v Bentuk kromosom ke-1 = metasentrik sub-metasentrik
Indonesia : sebagian besar kerbau rawa (kelabu kehitaman, bertanduk) v Kerbau sungai (perah) di SUMUT = Kerbau Murrah v Sejak abad ke-19, kebanyakan kerbau ditemukan di Jawa Barat. Curah hujan di Jawa Barat relatif lebih banyak dibanding Jawa Timur sehingga lebih cocok untuk kerbau. v Populasi kerbau di Indonesia = 2, 5 juta v Potensi kerbau : NAD, SUMUT, SUMBAR, JABAR, Banten, SULSEL, NTT, NTB, JATENG, JATIM, KALSEL, KALTIM v
Kelemahan kerbau : Lambat dewasa v Angka reproduksi rendah (Interval beranak 2 thn) v Masa bunting lama (lebih dari 300 hari) v Kurang tahan sengatan matahari v Penyebaran terbatas, karena senang berkubang v Persentase karkas relatif rendah v Image negatif : v Kumpul kebo v Bodoh seperti kerbau v Bagai kerbau di cucuk hidung v Kebo gupak v
Peranan kerbau : v Kemampuan mengolah lahan basah v Kemampuan mencerna pakan kualitas rendah v Kehidupan sosial-budaya/adat-istiadat : v Toraja. v Minangkabau v Jawa ( Atap rumah berbentuk tanduk kerbau) : v Kebo Ijo; Mahesa Jenar; Larung kepala kerbau atau penanaman kepala kerbau v Keraton Solo ” Kyai slamet” v Acara temanten di Jawa diiringi Gending “ Kebo-Giro
Kerbau Murrah v Tipe susu v Berat jantan 550 kg v Betina 450 kg v Beranak pertama : 3 tahun v Calving interval : 400 – 500 hari v Produksi susu: 14 -15 liter
Kerbau Sumatera v Murrah : v Nama lain : kerbau Benggali v Terdapat disekitar Medan v Kerbau penghasil susu v Pampangan v Belum diketahui kerbau lumpur atau kerbau sungai v Dipelihara secara turun temurun di Kecamatan Pampangan , Kabupaten Ogan Komering Ilir v Penghasil daging, ternak kerja juga sebagai penghasil susu
Kerbau Tanatoraja v Peruntukan kerbau di Tanatoraja Pesta adat/upacara pemakaman ” rambu solo” v Upacara syukuran” ranbu tukak” v komsumsi harian masyarakat Toraja v Bentuk atap rumah adat Toraja melengkung menyerupai tanduk kerbau. v Digunakan dalam upacara ritual kematian v Gedung-gedung penting sering dihiasi dengan tanduk kerbau, v Kebutuhan kerbau untuk keperluan upacara mencapai sekitar 700 an ekor per tahun v
Jenis-jenis kerbau Tanah Toraja Tedong Balian : Kerbau Kebiri v Tedong Saleko : Kerbau Belang v Tedong Lotong Boko’: Kerbau Hitam Hanya Dipunggung v Tedong Bonga : Kerbau Putih Hanya Di Kepala v Tedong Pudu’ : Kerbau Hitam v Tedong Todi’ : Kerbau Putih Hanya Dijidat v Tedong Sambao’ : Kerbau Abu-Abu Dikepala v Tedong Bulan : Kerbau Putih Semua, Mata Hitam v
Tedong Balian (kebiri)
Tedong Saleko (Belang)
Tedong Bonga (Kepala putih)
Kerbau Kalang (Kal-Tim) v Hulu Sungai Mahakam Kab. Kutai Kartanegara Hidup di kalang (kelompok kandang), ditengah danau/tepi sungai. v Bentuk kalang memanjang rata-rata berukuran 4 x 100 m 2 v Kapasitas tampung 200 ekor. v Lantai 6 m dari permukaan tanah atau disesuaikan dengan ketinggian luapan air Surut, kerbau turun v Pasang, kerbau naik kalang v
Kerbau Sumbawa : v Kerbau lumpur v Pemeliharaan ekstensif (padang penggembalaan/ Lar) v Produksi susu
- Slides: 53