PERFORMANCE MEASUREMENT PENGUKURAN KINERJA Seputar pengukuran kinerja 1

  • Slides: 13
Download presentation
PERFORMANCE MEASUREMENT (PENGUKURAN KINERJA)

PERFORMANCE MEASUREMENT (PENGUKURAN KINERJA)

Seputar pengukuran kinerja (1) • Camarata & Camarata, 2000 : pengukuran kinerja merupakan suatu

Seputar pengukuran kinerja (1) • Camarata & Camarata, 2000 : pengukuran kinerja merupakan suatu konsep mapan yang harus dilakukan dalam pembaharuan hal-hal penting dalam suatu organisasi. • Nani, dkk, 1990 : sistem pengukuran kinerja dikembangkan sebagai alat monitor dan menjaga pengendalian organisasi dimana prosesnya menjamin organisasi menjalankan strategi untuk mencapai seluruh tujuan dan targetnya. • Brignall, 1992 : pengukuran kinerja adalah agen kunci dalam perubahan organisasi. • Pengembangan pengukuran kinerja dalam manajemen dipengaruhi oleh tuntutan untuk peningkatan kualitas dan pelayanan.

Seputar pengukuran kinerja (2) • Pengukuran kinerja harus didasarkan pada semua tujuan yang sesuai

Seputar pengukuran kinerja (2) • Pengukuran kinerja harus didasarkan pada semua tujuan yang sesuai dengan visi dan misi masa depan organisasi, yang berorietasi pada tingkat kepuasan pelanggan dan organisasi secara keseluruhan. Hal ini merangsang untuk terjadinya peningkatan kualitas internal dan benchmarking secara eksternal. • Manfaat pengukuran kinerja untuk organisasi: – Menilai kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukannya, – Membantu menentukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi, – Menentukan target peningkatan kinerja organisasi ke depan.

Sejarah Pengukuran Kinerja (1) • Sebelum 1980, proses pengukuran kinerja organisasi ditujukan pada orientasi

Sejarah Pengukuran Kinerja (1) • Sebelum 1980, proses pengukuran kinerja organisasi ditujukan pada orientasi akuntasi pembiayaan, dengan menentukan indikator finansial yang selektif, seperti laba (profit) dan balik modal (return on investment). • Johnson & Kaplan (1987) menilai pengukuran kinerja berbasis finansial hanya berpusat pada minimasi variansi daripada upaya untuk perbaikan berkelanjutan. • Mc. Nair & Mosconi (1987) mengusulkan perlunya pengukuran kinerja terintegrasi yang menggabungkan faktor finansial dan non-finansial terkait dengan penyusunan strategi perusahaan. • Santori & Anderson (1987) mengarisbawahi pentingnya pengukuran faktor non-finansial sebagai alat untuk memotivasi anggota organisasi dan mengukur peningkatannya.

Sejarah Pengukuran Kinerja (2) • Kritik untuk pengukuran kinerja yang hanya berbasis pada masalah

Sejarah Pengukuran Kinerja (2) • Kritik untuk pengukuran kinerja yang hanya berbasis pada masalah finansial saja, diantaranya: – Hanya membahas optimisasi lokal (Fry & Cox, 1989) – Berfokus pada masa lalu (Mc. Nair dkk, 1990) – Tidak memberikan informasi yang cukup untuk program pengukuran dan peningkatan produktivitas (Banker dkk, 1989) – Telah gagal untuk mengukur dan mengintegrasikan berbagai faktor kritis untuk keberhasilan sebuah usaha (Eccles, 1991; Birchard, 1995) – Tidak lagi sesuai dengan setting manufaktur modern (Drucker, 1990) – Tidak mampu menunjukkan upaya yang harus dilakukan perusahaan untuk mencapai kesuksesan manufaktur (Wisner & Fawcett, 1991) • Menjawab berbagai kritik yang ada, diusulkan pengukuran kinerja dengan proses yang lebih luas, diantaranya: – – SMART (Cross & Lynch, 1988 – 1989; 1991) The performance measurement matrix (Keegan dkk, 1989) The balanced scorecard (Kaplan & Norton, 1992) The integrated dynamic performance measurement system (Ghalayini dkk, 1997)

Sejarah Pengukuran Kinerja (3) • • Proses evolusi sistem pengukuran kinerja manufaktur daam konteks

Sejarah Pengukuran Kinerja (3) • • Proses evolusi sistem pengukuran kinerja manufaktur daam konteks organisasi, meliputi 5 tahapan. Tahap I Sistem Tertutup – Berorientasi pada akuntansi biaya – Pendekatan retroaktif – Hasil digunakan untuk menaikkan efisiensi organisasi dan membandingkan antara realisasi dan anggaran. • Tahap II Sistem Tertutup Yg Dimodifikasi – Ditandai oleh lahirnya organisasi besar yang sistematik. Berorientasi gabungan antara akuntansi biaya dan keuangan – Pendekatan retroaktif – Hasil digunakan untuk menaikkan efisiensi internal dan menarik permodalan dari entitas eksternal. • Tahap III Sistem Semi Terbuka – Ditandai dengan pertumbuhan aktivitas bisnis global dan perubahan pertumbuhannya – Berorientasi pada gabungan finansial dan non-finansial

Sejarah Pengukuran Kinerja (4) • Tahap III Sistem Semi Terbuka – Ditandai dengan pertumbuhan

Sejarah Pengukuran Kinerja (4) • Tahap III Sistem Semi Terbuka – Ditandai dengan pertumbuhan aktivitas bisnis global dan perubahan pertumbuhannya – Berorientasi pada gabungan finansial dan non-finansial – Pendekatan gabungan antara retroaktif dan proaktif – Hasil digunakan untuk mengelola organisasi yang ada • Tahap IV Sistem Terbuka – Berorientasi pada sistem yang terintegrasi dan berimbang – Pendekatan lebih proaktif – Hasil digunakan untuk meningkatkan ketanggapan organisasi • Tahap V Issu untuk penelitian lanjutan. – Sistem pengukuran yang dirancang untuk mengamati efektivitas dari setiap sumber daya dan keseluruhan organisasi. – Pendekatan untuk pengembangan berkelanjutan – Hasil digunakan untuk mempersiapkan organisasi menjadi unggul. – Pendekatan pengukuran top down vs bottom up

Karakteristik pengukuran kinerja (Bititcti, dkk, 2000) Pengukuran kinerja harus meiliki karakteristik berikut : •

Karakteristik pengukuran kinerja (Bititcti, dkk, 2000) Pengukuran kinerja harus meiliki karakteristik berikut : • Sensitif untuk mengalami perubahan karena pengaruh lingkungan internal dan eksternal dari organisasi, • Mengkaji ulang tujuan internal organisasi ketika terjadi perubahan lingkungan (internal maupun eksternal) yang signifikan. • Menguraikan perubahan terhadap tujuan internal dan mengutamakan bagian kritis dari organisasi, untuk menjaga kesesuaian sepanjang waktu. • Menjamin bahwa hasil yang dicapai melalui pengembangan program (perencanaan).

Penggunaan pengukuran kinerja • Penggunaan pengukuran kinerja dapat dipisahkan dalam 2 (dua) kelompok besar:

Penggunaan pengukuran kinerja • Penggunaan pengukuran kinerja dapat dipisahkan dalam 2 (dua) kelompok besar: 1. 2. Ditentukan dari strategi, pengukuran kinerja digunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi strategi tersebut (Vitale & Mavrinac, 1995; Kaplan & Norton, 1996) Informasi dan umpan balik dari pengukuran dapat digunakan untuk menguji asumsi dan validitas dari strategi (Eccles & Pyburn, 1992; Kaplan & Norton, 1996; Feurer & Chaharbaghi, 1995).

Indikator dalam integrated performance measurement systems (Dempsey dkk, 1997) [1] A. 1. 2. 3.

Indikator dalam integrated performance measurement systems (Dempsey dkk, 1997) [1] A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. B. 14. 15. 16. Financial Earning per share Cash flow Return on equity Return on assets Sales EBIT & EI ÷ Sales ÷ total assets Equity ÷ total assets Quality of accounting policies Product Quality & Costumer Satisfaction 10. 11. 12. 13. Customer surveys Warranty claims Customer complaints Percent of missed delay dates C. Service responsiveness Percent of returned orders Litigations with costumers Process efficiency 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Percent of product rejected by the quality control Product development time Manufacturing cycle time Order to delivery time Ability to customize products Operating costs per employee Sales per employee Cost of goods sold ÷ inventory Accounts receivable ÷ sales Future investment needs Actual production ÷ planned

Indikator dalam integrated performance measurement systems (Dempsey dkk, 1997) [2] 28. 29. 30. D.

Indikator dalam integrated performance measurement systems (Dempsey dkk, 1997) [2] 28. 29. 30. D. 42. 43. 44. Product & Process Innovation 31. 32. 33. 34. 35. E. 40. 41. Age of plants & equipment Percent of downtime on the production Capacity utilization R&D expenditures Percent of products protected by patents Number of new products Percent of sales due to new products Competitive Environment 36. 37. 38. 39. Market share Brand awareness Potential for new competitors Percent of sales from proprietary products E. Strategic alliances Litigation due to break of market competition rules Geographic diversification Customer diversification Product diversification Management efficiency 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. Continuity of management Experience/reputation of management Participation of shareholders on the firm’s management Independence of the management relative to the stakeholders Shareholder disputes Dispersion of ownership Ethical behaviour

Indikator dalam integrated performance measurement systems (Dempsey dkk, 1997) [3] G. Human Resource Managemet

Indikator dalam integrated performance measurement systems (Dempsey dkk, 1997) [3] G. Human Resource Managemet 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. H. Equal employment opportunity Employee involvement Employee training Profit share or other incentive plans Insurance plans (life, health & education) Employee turnover Absentee rates Safety records Labor-management relations Social Responsibility 61. 62. 63. Environmental policies implemented Community involvement Litigation with the community

Langkah pengembangan pengukuran kinerja Langkah perlu untuk pengembangan dan evaluasi pengukuran kinerja (Mc. Namara,

Langkah pengembangan pengukuran kinerja Langkah perlu untuk pengembangan dan evaluasi pengukuran kinerja (Mc. Namara, 2000): 1. 2. 3. 4. Memilih area (hal-hal) yang akan diukur, didasarkan pada tingkat kepentingan, potensi untuk perbaikan kualitas, dan tingkat pengendalian untuk pengembangan. Memilih indikator kinerja, merupakan pernyataan tentang proses atau keluaran yang dikehendaki. Merancang spesifikasi pengukuran, . Menguji kekuatan ilmiah suatu pengukuran, dengan melakukan pengujian reliabilitas, validitas dan interpretability.