PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR MINUM RDS SISTEM PENYEDIAAN AIR
PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR MINUM (RDS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM) Nara Sumber : Dr. Ir. Tri Joko, M. Si
Tujuan Pembelajaran Setelah selesai pembelajaran peserta mampu menjelaskan dan merencanakan kebutuhan air minum dan pelaksanaan survey kebutuhan nyata : • Menyusun rencana kegiatan survey kepada masyarakat tentang kondisi sosial ekonomi dan akan keinginan berlangganan PDAM. • Menyusun rencana kegiatan survey kepada masyarakat tentang kemampuan dan kesediaan membayar jasa layanan air minum. • Menghitung proyeksi kebutuhan air minum
KEINGINAN UNTUK MENYAMBUNG (WILLINGNESS TO CONNECT)
Tujuan Survei Keinginan Untuk Menyambung • Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat • Untuk mengetahui keinginan masyarkat untuk menyambung sambungan PDAM
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI Pendidikan Penduduk • Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi latar belakang sosial masyarakat. Kondisi Rumah • Kondisi bangunan yang ditempati atau kondisi hunian rumah tangga dapat memberikan gambaran terhadap kondisi sosial ekonomi suatu rumah tangga. sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, kondisi rumah yang ditempati dibagi dalam tiga pilihan, yaitu: • 1. Rumah Sederhana • 2. Rumah Menengah • 3. Rumah Mewah Jumlah Anggota Keluarga Akumulasi Pendapatan Rumah Tangga Penduduk • Akumulasi pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan responden dan pasangannya (jika ada), baik pria maupun wanita.
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI Sumber Air Penduduk • Keadaan sumber air yang tidak menentu mengakibatkan masyarakat di daerah survey memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih dari berbagai sumber air yaitu : • PDAM • Sumur (gali/bor) • Air dari penjaja • Membeli air dari mobil tangki • Menampung air hujan Kualitas Air Sumur Penduduk • Kualitas air sumur penduduk dibagi atas tiga kriteria penilaian yaitu • Kualitas rasa air sumur penduduk, • Kualitas warna air sumur penduduk dan • Kualitas bau air sumur penduduk. Jumlah Konsumsi Air Penduduk
TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEY Tahapan Persiapan Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lengkap dan akurat guna mendukung survey dan masih bersifat data sekunder. Untuk menghas. Ilkan data yang lengkap dan akurat, aspek yang perlu diperhatikan adalah dengan melihat atau mengamati permasalahan yang terjadi di daerah survey. Perumusan masalah, tujuan, dan sasaran survey Penentuan lokasi survey Inventarisasi data-data yang ada Pengumpulan studi pustaka yang berkaitan dengan survey Penyusunan teknis pelaksanaan observasi dan survei
TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEY Tahap Pengumpulan Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Wawancara (Interview) • Dalam survey dilakukan wawancara secara tatap muka, wawancara dilakukan untuk mengetahui secara lebih dalam kondisi sosial dan ekonomi masyarakat tersebut. Kuesioner • Dalam survey data diperoleh dengan cara mendatangi seluruh responden dan memberikan angket atau kuesioner untuk diisi oleh responden, kemudian responden mengisi jawaban pertanyaan dalam kuesioner, serta mengumpulkan kembali angket yang telah diisi.
KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
A. PROFIL RESPONDEN Menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data primer langsung kepada sumber informasi. Proses pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara untuk mendapatkan berbagai informasi yang digali melalui instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah kuesioner untuk mendapatkan data primer yang dirancang oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan informasi yang ingin digali dalam survei lapangan, yaitu mendapatkan gambaran persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap layanan penyediaan air bersih yang dijalankan oleh PDAM
Contoh Responden pada PDAM Kabupaten Batang Tabel 1 : Jumlah Responden (%) Tabel 1 menyajikan jumlah responden berdasarkan statusnya sebagai pelanggan atau non pelanggan PDAM Kabupaten Batang. Jumlah responden pelanggan dalam kajian ini berjumlah 94. 68%, jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden non pelanggan yang hanya berjumlah 5. 32%. Mengingat bahwa dalam kajian ini pemilihan responden dilakukan secara acak, maka banyaknya responden pelanggan bisa menjadi indikasi awal semakin meratanya layanan PDAM Kabupaten Batang di seluruh wilayah daerah tersebut. No Wilayah Pelayanan 1 Pelanggan 2 Non pelanggan Total Sumber: Data primer diolah, 2012. Jumlah 5. 32% 94. 68% 100. 00%
Tabel 2: Pekerjaan Responden (%) No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pekerjaan Buruh Guru Lain-lain Pegawai swasta Pensiunan PNS Petani Wiraswasta Total Sumber: Data primer diolah, 2012. Jumlah 5. 21 4. 17 2. 08 7. 29 8. 33 5. 21 8. 33 59. 38 100. 00 Hasil analisis menunjukkan jika pekerjaan responden paling banyak adalah wiraswasta, yaitu berjumlah 59. 38% dari total responden. Sedangkan pekerjaan responden lainnya, berturut-turut, adalah pensiunan (8, 33%), petani (8, 33%), pegawai swasta (7. 29), PNS (5. 21%), buruh (5. 21%), guru (4. 17%), dan lain-lain (2. 08%). Tabel 3: Pendidikan Responden (%) No Pendidikan Jumlah 1 SD 35. 56 2 SLTP 36. 67 3 SLTA 18. 89 4 Diploma 4. 44 5 Sarjana 4. 44 Total 100. 00 Sumber: Data primer diolah, 2012. Berdasarkan tingkat pendidikan responden tampak bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SLTP (36. 67%). Selanjutnya berturut-turut adalah SD (35, 56%), SLTA (18. 89%), diploma (4. 44%), dan sarjana (4. 44%). Beragamnya tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa pelayanan PDAM Kabupaten Batang memang dibutuhkan oleh masyarakat dengan berbagai tingkat sosial dan ekonomi.
Tabel 4: Penghasilan Responden (%) No 1 2 3 4 5 Penghasilan Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 Rp 1. 500. 001, 00 -Rp 2. 000, 00 Rp 2. 000. 001, 00 -Rp 2. 500. 000, 00 Rp 2. 500. 001, 00 -Rp 3. 000, 00 Di atas Rp Rp 3. 000 Total Jumlah 45. 45 43. 18 0. 00 11. 36 100. 00 Sumber: Data primer diolah, 2012. Tabel di atas menyajikan pendapatan responden kajian ini. Sebagian besar responden mengatakan mempunyai pendapatan sekitar Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 (45. 45%). Responden yang lain mengaku mempunyai pendapatan antara Rp 1. 500. 001, 00 -Rp 2. 000, 00 (43, 18%) dan di atas Rp 3. 000, 00 (11. 36%). Identifikasi alokasi pengeluaran responden untuk belanja air bersih akan digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar air bersih (ability to pay). Karena tingkat kemampuan masyarakat ini diperoleh dengan mengalikan jumlah pendapatan responden dan prosentase pendapatan untuk biaya air bersih dibagi dengan total pemakaian air bersih per bulan.
Tabel 5: Alokasi Penghasilan Untuk Belanja Air Bersih (%) No 1 2 3 4 5 Kategori Penghasilan Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 Rp 1. 500. 001, 00 -Rp 2. 000, 00 Rp 2. 000. 001, 00 -Rp 2. 500. 000, 00 Rp 2. 500. 001, 00 -Rp 3. 000, 00 Di atas Rp Rp 3. 000 Total Sumber: Data primer diolah, 2012. Alokasi Belanja Air Bersih 5. 00 10. 00 Tabel di atas menyajikan besarnya prosentase pengeluaran responden untuk belanja air besih per bulannya. Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa seluruh responden mengakui bahwa belanja air bersih (langganan PDAM) rata sebesar 5, 00% untuk kategori penghasilan Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 dan rata-rata alokasi penghasilan sebesar 10. 00% untuk belanja air bersih bagi yang kategori penghasilannya di atas Rp 2. 000, 00.
Tabel 6: Kualitas dan Kuantitas Air Bersih (%) No 1 2 Keterangan Sesuai kebutuhan Tidak sesuai kebutuhan Total Kualitas Sumber: Data primer diolah, 2012. Kuantitas 81. 44 90. 72 18. 56 100. 00 9. 28 100. 00 Hasil identifikasi terhadap kualitas dan kuantitas air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Kabupaten Batang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengakui bahwa air bersih yang mereka terima telah memenuhi kebutuhannya, baik dari segi kuantitas (81. 44%) dan kuantitas (18. 56%). Hal sejalan dengan identifikasi terhadap pelanggan terkait dengan alasan mengapa mereka membutuhkan PDAM, yaitu lingkungan sekitar rumah tidak sehat/kotor/tercemar (36. 99%), tidak mau repot merawat sumur yang dimilikinya (32. 88%), lahan yang dimiliki relatif sempit (17. 81%), dan rumahnya berada di permukiman yang padat penduduk (8. 22%).
Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan Multistage Random Sampling (MRS) yang menjanjikan sampel yang representatif didasari populasi yang kompleks dan heterogen. Tahapan Pengambilan Sampel 01 Melakukan cluster sampling. Tahap ini dilakukan dengan mengelompokkan responden menurut wilayah pelayanan PDAM 02 Melalui random sampling, yaitu menentukan kelurahan secara random/acak yang dipilih untuk disurvei dalam satu wilayah kecamatan yang menjadi lokasi kajian. 03 Dilakukan dengan random sampling, yaitu menentukan perumahan/kompleks/kampung/kawasan yang dipilih untuk disurvei dalam satu wilayah kelurahan. 04 Dilakukan dengan purposive sampling, yaitu mengambil sampel kepala keluarga atau wakil kepala keluarga sebagai responden penelitian dengan asumsi responden dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang jasa pelayanan air bersih.
B. KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT MEMBAYAR 1. Kemampuan Masyarakat Membayar Kemampuan seseorang untuk membayar pelayanan air bersih yang diterimanya berdasarkan penghasilannya (ability to pay). Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk pelayanan air bersih dan intensitas pengguna memanfaatkan pelayanan air bersih, dimana ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar pelayanan air bersih yang diterimanya. dimana: It = Total pandapatan keluarga perbulan (Rp/bulan). Pt = Prosentase pengeluaran untuk air bersih per bulan dari total pendapatan keluarga. Tt = Total pemakaian air bersih keluarga per bulan (m 3/bulan).
Contoh Kemampuan Masyarakat Membayar pada PDAM Kabupaten Batang Hasilnya menunjukkan bahwa untuk kategori pengeluaran masyarakat sebesar Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 memiliki kemampuan untuk membayar air bersih yang dikonsumsinya sebesar Rp 3, 906. 12 per meter 3. Untuk kategori pengeluaran masyarakat sebesar Rp 1. 500. 001, 00 -Rp 2. 000, 00 memiliki kemampuan untuk membayar air bersih yang dikonsumsinya sebesar Rp 7, 608. 70 per meter 3. Sedangkan untuk kategori pengeluaran masyarakat di atas Rp 3. 000, 00 memiliki kemampuan untuk membayar air bersih yang dikonsumsinya sebesar Rp 11, 206. 90 per meter 3. Tabel 7: Kemampuan Masyarakat Membayar No 1 2 3 4 5 Kategori Penghasilan Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 Rp 1. 500. 001, 00 -Rp 2. 000, 00 Rp 2. 000. 001, 00 -Rp 2. 500. 000, 00 Rp 2. 500. 001, 00 -Rp 3. 000, 00 Di atas Rp 3. 000, 00 Sumber: Data primer diolah, 2012. Pengeluaran Untuk Air Bersih (%) Total Pemakaian Air Bersih (m 3/bulan) 16 5. 00 ATP (Rp) 3, 906. 25 23 10. 00 7, 608. 70 --- 10. 00 ----- 10. 00 29 --11, 206. 90
2. Kemauan Masyarakat Membayar Kemauan atau kesediaan seseorang untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya atau besaran rupiah rata-rata yang masyarakat mau mengeluarkan sebagai pembayaran satu unit pelayanan air bersih yang dinikmatinya (willingness to pay). Faktor yang mempengaruhi WTP • produksi pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM, • utilitas pengguna terhadap pelayanan air bersih, • penghasilan pengguna, dan • kondisi sosial budaya masyarakat. Untuk memperoleh taksiran WTP (eliciting WTP) dapat digunakan metode atau teknik stated or revealed preferences survey (survei preferensi konsumen). Metode atau teknik stated preferences (SP) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur preferensi masyarakat atau konsumen apabila kepada mereka diberikan alternatif atau pilihan.
Contoh Kemauan Masyarakat Membayar pada PDAM Kabupaten Batang Tabel 8: Kemauan Masyarakat Membayar (%) Tarif Wajar Menurut No Masyarakat (Rp) 1 Rp 1. 000, 00 2 Rp 1. 500. 00 3 Rp 2. 000, 00 4 Rp 2. 500, 00 Jumlah Sumber: Data primer diolah, 2012. Jumlah 27. 03 5. 41 18. 92 48. 65 100. 00 Hasil analisis terhadap data WTP menunjukkan bahwa responden menyatakan harga/tarif air bersih per m 3 yang paling wajar menurut persepsi masyarakat adalah antara Rp 1. 000, 00 Rp 2. 500, 00. Jika dilihat lebih detail tampak bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa tarif air bersih paling wajar adalah Rp 2, 500. 00 (48. 65%), Rp 1, 000. 00 (27. 03%), Rp 2, 000. 00 (18. 92%), dan Rp 1, 500. 00 (5. 41%). Dapat disimpulkan bahwa WTP masyarakat Kabupaten Batang saat ini untuk air bersih per meter 3 berkisar antara Rp 1. 000, 00 -Rp 2. 500, 00.
C. ANALISIS ATP DAN WTP Perhitungan ATP dan WATP di atas selanjutnya dibandingkan dengan tarif dasar rata-rata air bersih PDAM, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan dan kemauan membayar masyarakat terhadap air bersih yang dikonsumsinya. Pedoman untuk menilai tingkat kemampuan dan kemauan membayar masyarakat terhadap air bersih yang dikonsumsinya tersebut, yaitu: Tarif lebih kecil dari ATP dan WTP Tarif hampir sama dengan ATP dan WTP Tarif lebih besar dari ATP dan WTP • Apabila terjadi kondisi ini maka kemampuan masyarakat sangat baik, karena tarif yang diberlakukan ternyata lebih kecil dari daya beli masyarakat. Pada kondisi ini masyarakat mampu membeli jasa atau barang yang ditawarkan tanpa memikirkan untuk mencari alternatif lain. • Pada kondisi ini pemakai jasa berkemampuan hampir sama dengan tarif yang diberlakukan, tidak semua masyarakat mampu membeli jasa atau barang tersebut, ada kemungkinan sebagian masyarakat yang menggunakan alternatif lain seperti sumur. • Apabila terjadi kondisi seperti ini maka kemampuan dari masyarakat sangat jelek, karena tarif yang diberlakukan ternyata lebih besar dari daya beli masyarakat, maka sebagian besar masyarakat tidak mampu membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
Contoh Analisis ATP dan WTP pada PDAM Kabupaten Batang Tabel 9: Analisis ATP dan WTP No 1 2 3 5 6 Kategori Penghasilan Masyarakat Rp 1. 000, 00 -Rp 1. 500. 000, 00 Rp 1. 500. 001, 00 -Rp 2. 000, 00 Rp 2. 000. 001, 00 -Rp 2. 500. 000, 00 Rp 2. 500. 001, 00 -Rp 3. 000, 00 Di atas Rp 3. 000, 00 Tarif Dasar Rata-rata (Rp) 1, 400. 00 ----1, 400. 00 ATP (Rp) 3, 906. 25 7, 608. 70 ----11, 206. 90 WTP (Rp) Rp 1. 000, 00 -Rp 2. 500, 00 ----Rp 1. 000, 00 -Rp 2. 500, 00 Tabel di atas menyajikan tarif dasar rata-rata, ATP, dan WTP untuk setiap ketegori penghasilan masyarakat. Setiap kategori penghasilan masyarakat mempunyai ATP yang berbeda. Namun demikian hasil survey menunjukkan bahwa setiap kategori penghasilan mempunyai WTP yang relatif sama, yaitu sekitar Rp Rp 1. 000, 00 -Rp 2. 500, 00. Hasilnya menunjukkan jika ATP relatif jauh lebih besar (diatas) tarif dasar rata-rata air minum PDAM Kabupaten Batang, sedangkan WTP hampir sama dengan tarif dasar rata-rata tersebut. Hal ini menunjukkan, meski mempunyai kemampuan yang relatif memadai untuk membeli air bersih produksi PDAM Kabupaten Batang, kemauan masyarakat untuk membayar air bersih relatif terbatas.
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR DAN IDENTIFIKASI POLA FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR
A. Proyeksi Kebutuhan Air Sarana memproduksi air bersih : • • air baku, bangunan pengolahan, pipa transmisi, jaringan pipa distribusi, Organisasi dan tenaga pelaksana untuk mengelola sistem penyediaan air bersih. Kita perlu memperkirakan berapa tahun air bersih pada masa yang akan datang, sehingga kita dapat mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk memproduksi air bersih sesuai dengan kebutuhan pada masa yang akan datang. Dengan mengetahui kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang kita dapat memperkirakan kebutuhan tenaga dan biaya untuk mengelola sistem penyediaan air bersih pada masa yang akan datang. Kebutuhan air bersih dari tahun ketahun terus meningkat. Sarana/sistem penyediaan air bersih yang sudah ada mungkin tidak dapat melayani kebutuhan air pada masa yang akan datang. Sedangkan untuk merencanakan dan membangun sarana penyediaan air bersih, memerlukan waktu yang cukup lama.
STANDAR PENYEDIAAN AIR Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan bagi kebutuhan dasar/suatu unit konsumsi air, dimana kehilangan air dan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran juga diperhitungkan. Kebutuhan dasar dan kehilangan tersebut berfluktuasi dari waktu kewaktu, dengan skala jam, hari, minggu, bulan selama kurun waktu satu tahun. Teknis ketersediaan air seperti fasilitas distribusi, fasilitas pembuangan limbah yang dapat mempengaruhi kualitas air bersih dan kemudahan dalam mendapatkannya. Besarnya air yang digunakan untuk berbagai jenis penggunaan / pemakaian air. Besarnya konsumsi air yang digunakan dipengaruhi oleh faktor seperti : • Ketersediaan air baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontiunitas • Kebiasaan penduduk setempat • Pola dan tingkat kehidupan • Harga air Keadaan sosial ekonomi penduduk setempat
STANDART KEBUTUHAN AIR BERSIH a. Standar Penyediaan Air Domestik Standar Penyediaan Air domestik ditentukan oleh jumlah konsumen domestik yang dapat diketahui dari data penduduk yang ada. Standar penyediaan kebutuhan domestik ini meliputi: minum, mandi, masak, dan lain-lain. Kecenderungan meningkatnya kebutuhan dasar air ditentukan oleh kebiasaan pola hidup masyarakat setempat dan didukung oleh kondisi sosial ekonomi. Untuk dapat mengetahui kebutuhan air pada masa yang akan datang, kita perlu mengetahui jumlah penduduk pada masa yang akan datang; • Jumlah penduduk pada saat ini, sebagai dasar untuk menghitung jumlah penduduk pada saat yang akan datang , serta Kenaikan penduduk. Dengan adanya data tersebut, maka kita dapat menghitung/memperkirakan jumlah penduduk pada masa yang akan datang. Sehingga kita dapat mengetahui kebutuhan air pada masa yang akan datang. Semakin banyak jumlah orang, semakin banyak pula kebutuhan air. Sebagai contoh pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah kebutuhan air dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Kategori Kebutuhan Air Domestik untuk Kota: • • • Kota Kategori I (Metropolitan) Kota Kategori II (Kota Besar) Kota Kategori III (Kota Sedang) Kota Kategori IV (Kota Kecil) Kota Kategori V (Desa) Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap-tiap kategori, dapat dilihat pada tabel Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya PU, 1996
STANDART KEBUTUHAN AIR BERSIH a. Standar Penyediaan Air Non Domestik Standar penyediaan air non domestik ditentukan oleh banyakannya konsumen non domestik yang meliputi fasilitas: perkantoran, kesehatan, industri, komersial, umum, dan lainnya. Konsumsi non domestik terbagi menjadi beberapa kategori yaitu : • Umum (tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, terminal, kantor), • Komersil (hotel, pasar, pertokoan, rumah makan), • Industri (peternakan, industri). Semakin banyak jumlah sarana yang membutuhkan air, kebutuhan air akan makin banyak pula.
Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air non domestik perlu diketahui rencana pengembangan kota serta aktifitasnya. Apabila tidak diketahui, maka prediksi dapat didasarkan pada suatu ekivalen penduduk, dimana konsumen non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan standar penyediaan air domestik. Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU
• Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V ( Desa ) Dengan demikian kita perlu mengetahui jenis dan jumlah sarana yang akan datang atau dengan kata lain kita perlu mengetahui: • Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Lain • Jenis dan jumlah sarana yang ada saat ini: Data ini diperlukan sebagai dasar untuk menghitung perkiraan jenis dan jumlah sarana pada masa yang akan datang. • Perkiraan perkembangan jenis dan jumlah sarana pada masa yang akan datang.
STANDART KEBUTUHAN AIR BERSIH c. Jumlah Kebutuhan Air Untuk Tiap Pemakai Air Jumlah kebutuhan air untuk tiap orang dari tahun ke tahun akan meningkat, hal ini disebabkan antara lain: • Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih untuk kesehatan • Meningkatnya kebutuhan air untuk pemakaian yang makin beragam, misalnya untuk mencuci mobil, mesin pendingin udara dan sebagainya. Pemakaian air oleh masyarakat bertambah besar selaras dengan kemajuan masyarakat tersebut. Sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolok ukur tinggi rendahnya suatu masyarakat. Kebutuhan air untuk pemakaian non domestik antara lain dipengaruhi oleh jenis sarana yang membutuhkan air. Sebagai contoh kebutuhan air untuk rumah sakit akan berbeda dengan kebutuhan air untuk perkantoran. Disamping itu kebutuhan air untuk tiap jenis sarana juga tidak selalu sama, misalnya kebutuhan rumah sakit kelas A akan berbeda dengan kebutuhan rumah sakit kelas C. Untuk menghitung kebutuhan air pada masa yang akan datang juga perlu diketahui kebutuhan air untuk tiap pemakai air pada masa yang akan datang. Data-data ini dapat dibuat berdasarkan kecenderungan pemakaian air pada masa lalu dan saat sekarang.
3. PROYEKSI PENDUDUK • Dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa kriteria sebagai dasar perencanaan. Tujuan untuk mendapatkan suatu hasil perencanaan yang tepat dan terkondisi untuk suatu wilayah perencanaan. • Kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Diperlukan proyeksi penduduk untuk tahun perencanaan. Walaupun proyeksi bersifat ramalan, dimana kebenarannya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metoda. Beberapa metoda proyeksi penduduk yang digunakan untuk perencanaan.
Metoda Aritmatika Metoda Geometri • Metoda ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu meningkat/bertambah secara konstan. • Proyeksi dengan metoda ini dianggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda dengan pertambahan penduduk. • Metoda ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. • Metode ini banyak digunakan karena mudah dan mendekati kebenaran. Pn = Po + a. n Dimana : Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa) Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa) a = rata-rata pertambahan penduduk (% jiwa/tahun) n = selisih anatara tahun proyeksi dengan tahun dasar (tahun) Pn = Po ( 1 + r ) n
Metoda Least Square • Metoda ini juga dapat digunakan untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang mempunyai kecenderungan garis linear meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah Pn = a + b. x
4. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR YANG PERLU DIPRODUKSI Jumlah air yang diproduksi tidak selalu harus sama dengan kebutuhan air yang sebenarnya. Selain dipengaruhi jumlah air yang sebenarnya dibutuhkan, jumlah air yang diproduksi juga dipengaruhi oleh: 1. Sumber air lain yang ada, dan 2. Kemampuan masyarakat untuk membeli air, dengan kata lain dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat. Kedua faktor tersebut di atas akan mempengaruhi persentase jumlah penduduk atau sarana yang direncanakan diberi pelayanan air bersih. Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air yang diproduksi pada masa yang akan datang, perlu diperhitungkan kebutuhan air untuk operasi dan pemeliharaan sistem penyediaan air bersih, misalnya untuk menguras reservoir dan filter. Selain itu harus diperhitungkan pula air yang hilang atau bocor. Pada suatu daerah pelayanan tertentu banyak pabrik yang sudah menggunakan sumur dalam, maka kawasan pabrik tersebut mungkin tidak perlu lagi mendapat pelayanan air bersih dari PDAM. Demikian juga dengan penduduk yang sudah banyak menggunakan air sumur berkualitas cukup baik, mungkin tidak memerlukan pelayanan air dari PDAM. Akibat adanya sumber air lain ini, biasanya tidak seluruh penduduk dialokasikan mendapat pelayanan dari PDAM. Oleh karena itu kemampuan masyarakat ikut mempengaruhi jumlah air dan tingkat pelayanan air bersih pada konsumen. Dengan tingkat pelayanan air yang berbeda, biasanya harga jual air dan jumlah air yang dapat digunakan berbeda. Sebagai contoh harga air yang didapat dari sambungan rumah lebih mahal dibandingkan dengan kran umum.
5. CONTOH PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR PADA MASA YANG AKAN DATANG • Misalnya: Berdasarkan data jumlah penduduk yang lalu dengan angka pertumbuhan tertentu, jumlah penduduk pada masa yang akan datang diproyeksikan sebagai berikut : Kebutuhan air untuk rumah tangga Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2019 61551 2024 63981 2029 66411 2034 68841 2039 71271 2044 73683 Berdasarkan data pemakaian air yang lalu dan berdasarkan data penghasilan masyarakat, direncanakan: • Jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh sistem PDAM pada tahun 2019 adalah 50% dan meningkat menjadi 75% pada tahun 2044. • Jumlah penduduk yang mendapat sambungan langsung pada tahun 2044 sebesar 30% dari jumlah penduduk yang dilayani dan meningkat menjadi 60% pada tahun 2029. • Jumlah penduduk yang mendapat sambungan halaman diharapkan tetap 25% dari jumlah penduduk yang dilayani. Jumlah penduduk yang dilayani dengan kran umum pada tahun 2019 sebesar 45% dan menurun menjadi 20% pada tahun 2044.
• Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dapat dihitung seperti pada tabel berikut ini: Kebutuhan air untuk fasilitas industri/perdagangan Tahun Jumlah Penduduk Total Jumlah dilayani % Jiwa Jenis Pelayanan % Kebutuhan Air Jiwa SL KH KU SL KH 9233 Liter/Jiwa/Hari KU SL KH KU m 3/hari SL KH KU Total 2019 61551 50 30776 30 25 45 7694 13849 100 60 30 923, 27 461, 63 415, 47 1800, 4 2024 63981 55 35190 35 25 40 12316 8797 14076 110 60 30 1354, 8 527, 84 422, 27 2304, 9 2029 66411 60 39847 40 25 35 15939 9962 13946 120 60 30 1912, 6 597, 7 418, 39 2928, 7 2034 68841 65 44747 45 25 30 20136 11167 13424 130 60 30 2617, 7 671, 2 402, 72 3691, 6 2039 71271 70 49890 50 25 25 24945 12472 140 60 30 3492, 3 748, 35 374, 17 4614, 8 2044 73683 75 55262 55 25 20 30394 13816 11052 150 60 30 4559, 1 828, 93 331, 57 5719, 6 Untuk menghitung kebutuhan air untuk fasilitas industri/perdagangan diperlukan data mengenai fasilitas industri dan perdagangan tersebut. Jika data ini tidak diperoleh, maka kebutuhan air dapat diperkirakan berdasarkan data pemakaian air pada masa yang lalu. Misalnya pada contoh soal ini diperhitungkan kebutuhan air industri pada tahun 2019 adalah 5% dari kebutuhan air untuk rumah tangga. Pada tahun 2044 diperkirakan meningkat menjadi 10%. Dengan demikian kebutuhan air untuk industri adalah:
Untuk menghitung kebutuhan air untuk fasilitas sosial, diperlukan data mengenai jenis dan jumlah fasilitas sosial. Standar pemakaian air untuk fasilitas sosial dapat menggunakan angka-angka sebagai berikut: • Kebutuhan air untuk masjid : 1 m 3/unit/hari • Kebutuhan air untuk langgar : 0, 5 m 3/unit/hari • Kebutuhan air untuk gereja : 0, 5 m 3/unit/hari • Kebutuhan air untuk perkantoran : 30 -40 liter/pegawai/hari • Kebutuhan air untuk pendidikan : 10 liter/orang/hari • Kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan : 200 -400 liter/tempat tidur/hari Jika mengalami kesulitan memperoleh data jenis dan jumlah fasilitas social, dapat digunakan melalui pendekatan persentase terhadap kebutuhan rumah tangga. Misalnya dalam perhitungan ini kebutuhan fasilitas social diperkirakan sebesar 15% dari kebutuhan air untuk rumah tangga. Kebutuhan Air Industri/Komersil % m 3/hari Tahun Rumah Tangga (m 3/hari) 2019 1800, 37 5 90, 02 15 270, 06 2024 2304, 92 6 138, 3 15 345, 74 2029 2928, 73 7 205, 01 15 439, 31 2034 3691, 6 8 295, 33 15 553, 74 2039 4614, 8 9 415, 33 15 692, 22 2044 5719, 64 10 571, 96 15 857, 95
Kehilangan Air • Jumlah air yang hilang karena kebocoran, operasi dan pemeliharaan sistem penyediaan air, hidran kebakaran. Pada umumnya kehilangan air yang dapat ditoleransi adalah 10 -20% dari seluruh kebutuhan air. Jumlah Kebutuhan Air • Berdasarkan perhitungan kebutuhan air yang telah diuraikan sebelumnya, maka kebutuhan air seluruhnya dapat dihitung seperti terlihat pada tabel : Jenis Penggunaan A. Rumah tangga Kebutuhan Air (m 3/hari) 2019 2024 1800, 37 2304, 92 2029 2034 2039 2044 2928, 73 3691, 6 4614, 8 5719, 64 B. Industri/Komersial 90, 02 138, 3 205, 01 295, 33 415, 33 571, 96 C. Sosial 270, 06 345, 74 439, 31 553, 74 692, 22 857, 95 D. Sub Total 2160, 44 2788, 953 3573, 051 4540, 668 5722, 352 7149, 55 4 E. Kebocoran = 10 -20% 216, 05 334, 8 500, 23 726, 51 1030, 02 1429, 91 x. D 2376, 49 F. Total (m 3/hari) 3123, 753 4073, 281 5267, 178 6752, 372 8579, 46 4 Total (liter/detik) 27, 51 36, 15 47, 14 60, 96 78, 15 99, 3
• Pada jam-jam tertentu dalam satu hari, kebutuhan air akan memuncak yang disebut “waktu puncak” (peak hour) • Dalam hari-hari tertentu untuk setiap minggu, bulan atau tahun akan terdapat kebutuhan air yang lebih besar dari kebutuhan rata-rata yang disebut “hari Fluktuasi Kebutuhan Air maksimum” (maximum day) Kebutuhan air pada hari maksimum dan waktu puncak dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata dengan pendekatan sebagai berikut: • Kebutuhan air pada hari maksimum : f 1 x kebutuhan air rata-rata • Kebutuhan air pada waktu puncak : f 2 x kebutuhan air rata-rata f 1 Kebutuhan pada hari maksimum (liter/detik) f 2 Kebutuhan pada jam puncak (liter/detik) 27, 51 1, 2 33, 01 1, 5 41, 27 2024 36, 17 1, 2 43, 4 1, 5 54, 26 2029 47, 14 1, 2 56, 57 1, 5 70, 71 2034 60, 96 1, 2 73, 15 1, 5 91, 44 2039 78, 15 1, 2 93, 78 1, 5 117, 23 2044 99, 3 1, 2 119, 16 1, 5 148, 95 Tahun Kebutuhan rata-rata (liter/detik) 2019
6. KESIMPULAN Pada umumnya kebutuhan air bersih akan meningkat terus menerus. Untuk itu perlu diperkirakan kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sarana yang dibutuhkan sesuai dengan peningkatan kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang dengan baik, efisien dan ekonomis. Dalam memperhitungkan jumlah air yang diproduksi dan tingkat pelayanan air bersih pada masa yang akan datang perlu diperhatikan: • • Jenis dan jumlah fasilitas yang membutuhkan air Kebutuhan air tiap jenis pemakai air Sumber air lain yang ada Kemampuan masyarakat untuk membeli air.
B. POLA FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR • Jumlah pemakaian air dari waktu ke waktu yang selalu tidak sama, dengan kata lain terjadi fluktuasi pemakaian air. Fluktuasi pemakaian air ini dapat digambarkan secara grafis seperti contoh berikut : Sebagai petugas PDAM, perlu dipahami fluktuasi pemakaian air. Karena hal ini merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk membuat jadwal produksi air bersih. Pada pelajaran ini akan dijelaskan secara singkat cara mengidentifikasi dan membuat grafik fluktuasi pemakaian air harian. Pemakaian yang digunakan konsumen, kebocoran teknis dan non teknis. Fluktuasi pemakaian air harian, dipengaruhi oleh: Jumlah dan jenis pemakaian air dan Karakteristik pemakai air. Walaupun fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari tidak mutlak sama, tetapi pada umumnya fluktuasi pemakaian air pada suatu daerah pelayanan akan mengikuti pola fluktuasi pemakaian air tertentu. Karena suatu keadaan khusus, pola pemakaian air mungkin dapat berubah. Misalnya pola pemakaian air pada bulan puasa dapat berbeda dengan pola pemakaian air pada bulan yang bukan bulan puasa.
3. IDENTIFIKASI POLA PEMAKAIAN AIR Untuk mengidentifikasikan pola pemakaian air bersih harian, maka dapat dilakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut : • • Pengumpulan dan pencatatan data pemakaian air Analisa data pemakaian air Pembuatan grafik pola pemakaian air Pengumpulan dan pencatatan data pemakaian air harian harus dilakukan setiap hari. Khusus untuk mengidentifikasikan pola pemakaian air harian, maka harus mempunyai data pemakaian harian selama jangka waktu tertentu secara berturut-turut dengan jumlah pemakaian air setiap periode tertentu.
Data Pemakaian Air Harian Januari 2018 Makin banyak data pemakaian air yang dipunyai (misalnya 7 hari berturut-turut). Makin pendek periode pencatatan pemakaian air (misalnya setiap jam), maka akan baik pula hasil identifikasi pola pemakaian harian. Berikut ini dapat dilihat contoh formulir dan pencatatan data pemakaian air harian. Pada formulir pencatatan data pemakaian air harian ini terlihat adanya kolom keterangan, yang dapat diisi dengan keterangan yang diperlukan misalnya: Adanya kebocoran pada pipa distribusi; Meter air rusak, sehingga tidak dapat dilakukan pencatatan data. Kolom keterangan ini sangat perlu, karena dari keterangan pada kolom ini dapat dianalisa apakah pemakaian air ini benar -benar digunakan oleh konsumen atau oleh sebab lain, misalnya ada kebocoran. Untuk mendapatkan data pemakaian air harian ini dapat dengan cara melihat jumlah air yang melalui meter induk pada pipa distribusi atau dengan mengukur perubahan volume/tinggi air pada reservoir. Bila untuk mendapatkan data pemakaian harian ini digunakan cara pengukuran perubahan volume/tinggi air dalam reservoir, maka perlu diketahui dan diperhitungkan adanya air yang masuk ke dalam reservoir selama dilakukan pencatatan dan pemakaian air. 00 -01 1 2 147 135 Pemakaian Air Tanggal 3 4 5 6 7 138 143 139 142 131 01 -02 133 121 140 135 141 137 126 02 -03 132 128 125 140 128 131 137 03 -04 147 145 149 138 142 132 148 04 -05 129 132 162 151 132 141 158 05 -06 237 241 205 228 226 231 218 06 -07 276 282 295 272 281 293 278 07 -08 273 268 223 269 248 271 265 08 -09 255 251 284 265 258 249 278 09 -10 273 270 209 228 256 268 238 10 -11 205 200 227 235 209 213 247 11 -12 219 210 234 218 221 234 208 12 -13 202 200 202 231 208 229 217 13 -14 172 175 195 187 176 184 177 14 -15 222 252 235 218 232 218 15 -16 202 200 234 226 228 215 227 16 -17 223 228 234 215 234 227 230 17 -18 228 235 260 244 236 254 241 18 -19 228 214 262 253 236 251 237 19 -20 147 145 205 148 152 151 143 20 -21 205 130 192 135 138 141 136 Jam Keterangan
Analisa Data Pemakaian Air Jam Dari data pemakaian air, kemudian dilakukan analisa fluktuasi pemakaian air harian, yang mencakup: • Jumlah dan persentase pemakaian air rata-rata untuk setiap periode tertentu. • Jumlah pemakaian air rata-rata dalam satu hari. • Jumlah dan saat pemakaian air minimum/maksimum dalam satu periode. Berdasarkan data pemakaian air harian, maka dianalisa/dihitung fluktuasi pemakaian air. Pemakaian Air Rata- Rata Jumlah Tanggal m 3/jam l/det % 1 2 3 4 5 6 7 00 -01 147 135 138 143 139 142 131 975 139, 286 38, 69 3 01 -02 133 121 140 135 141 137 126 933 133, 286 37, 02 2, 9 02 -03 132 128 125 140 128 131 137 921 131, 571 36, 55 2, 9 03 -04 147 145 149 138 142 132 148 1001 143 39, 72 3, 1 04 -05 129 132 162 151 132 141 158 1005 143, 571 39, 88 3, 1 05 -06 237 241 205 228 226 231 218 1586 226, 571 62, 94 4, 9 06 -07 276 282 295 272 281 293 278 1977 282, 429 78, 45 6, 2 07 -08 273 268 223 269 248 271 265 1817 259, 571 72, 1 5, 7 08 -09 255 251 284 265 258 249 278 1840 262, 857 73, 02 5, 7 09 -10 273 270 209 228 256 268 238 1742 248, 857 69, 13 5, 4 10 -11 205 200 227 235 209 213 247 1536 219, 429 60, 95 4, 8 11 -12 219 210 234 218 221 234 208 1544 220, 571 61, 27 4, 8 12 -13 202 200 202 231 208 229 217 1489 212, 714 59, 09 4, 6 13 -14 172 175 195 187 176 184 177 1266 180, 857 50, 24 3, 9 14 -15 222 252 235 218 232 218 1592 227, 429 63, 17 5 15 -16 202 200 234 226 228 215 227 1532 218, 857 60, 79 4, 8 16 -17 223 228 234 215 234 227 230 1591 227, 286 63, 13 5 17 -18 228 235 260 244 236 254 241 1698 242, 571 67, 38 5, 3 18 -19 228 214 262 253 236 251 237 1681 240, 143 66, 71 5, 2 19 -20 147 145 205 148 152 151 143 1091 155, 857 43, 29 3, 4 20 -21 205 130 192 135 138 141 136 1077 153, 857 42, 74 3, 4 21 -22 119 120 126 118 121 118 126 848 121, 143 33, 65 2, 6 22 -23 107 110 109 98 112 105 117 758 108, 286 30, 08 2, 4 23 -24 97 95 80 97 86 92 89 636 90, 857 25, 24 2 Jumlah 4571 4457 4742 4609 4526 4641 4590 32136 4591 1275 100 Rata-rata 190, 5 185, 7 197, 6 192 188, 6 193, 4 191, 3 1339 191, 3 53, 1 4, 2 Keterangan
Pembuatan Grafik Pola Pemakaian Air Bersih Perlu diingat bahwa pola pemakaian air harian ini hanya menunjukkan pola pemakaian air harian dan bukan pola kebutuhan air. Karena jumlah pemakaian air tidak selalu sama dengan jumlah kebutuhan air yang sebenarnya. Grafik pola fluktuasi pemakaian air ini harus ditinjau dan disesuaikan kembali dengan keadaan sebenarnya, minimal tiap tiga bulan sekali. Dari tabel fluktuasi pemakaian air bersih, dapat dibuat grafik pola pemakaian air bersih, seperti terlihat pada gambar/grafik:
- Slides: 47