PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN PERENCANAAN DAN PENGATURAN

  • Slides: 83
Download presentation
PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Pendahuluan Persimpangan jalan adalah bagian dari segmen jalan yang

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Pendahuluan Persimpangan jalan adalah bagian dari segmen jalan yang mempunyai dua atau lebih gabungan jalan atau persilangan jalan yang memungkinkan pengemudi kendaraan dapat memilih jalan membelok atau jalan lurus untuk menuju jalan yang lain (AASHTO, 2001).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Secara umum ada tiga macam persimpangan jalan antara lain

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Secara umum ada tiga macam persimpangan jalan antara lain persimpangan jalan sebidang (intersection at grade), persilangan jalan (grade separations without ramps), dan persimpangan jalan tak sebidang (interchanges).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Dalam semua aspek pada rekayasa lalu lintas, perencanaan suatu

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Dalam semua aspek pada rekayasa lalu lintas, perencanaan suatu persimpangan mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk menjamin keselamatan dan untuk meningkatkan efisiensi pergerakan dari semua pengguna jalan (the road user)

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Dalam pengembangan desain suatu persimpangan jalan, AASHTO (Association of

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Dalam pengembangan desain suatu persimpangan jalan, AASHTO (Association of American State Highway and Transportation Officials) merekomendasikan hal-hal berikut yang dapat dipertimbangkan yakni : - Faktor manusia (human factors) - Pertimbangan lalu lintas eksisting (traffic existing considerations) - Unsur-unsur fisik yang berhubungan dengan persimpangan jalan (physical elements) - Faktor ekonomi (economic factors), dan - Fungsional daerah persimpangan (functional intersection area)

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 1. Faktor manusia Desain suatu persimpangan harus memperhatikan aspek

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 1. Faktor manusia Desain suatu persimpangan harus memperhatikan aspek psikologis dan fisiologis manusia yakni seperti waktu PIET atau waktu respons pengemudi (driver response time) dan estimasi kecepatan pendekatan (estimating approach speeds). 2. Pertimbangan lalu lintas eksisting (traffic existing considerations) Hal ini meliputi peninjauan pada kapasitas jalan yang menunjang terhadap kebutuhan pengguna jalan, penyebaran dari tipe kendaraan dan penyediaan kebutuhan khusus bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 3. Unsur-unsur fisik yang berhubungan dengan persimpangan jalan (physical

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 3. Unsur-unsur fisik yang berhubungan dengan persimpangan jalan (physical elements) Hal ini meliputi perencanaan dalam penempatan peralatan pengatur lalu lintas, jarak pandang, penempatan kereb dan pengaturan penempatan fasilitas parkir, pejalan kaki dan fasilitas belokan kendaraan (vehicle turning movements facilities). 4. Faktor ekonomi (economic factors) Faktor ini meliputi biaya untuk pengembangan dalam fasilitas persimpangan jalan (konstruksi, pelaksanaan, dan pemeliharaan).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 5. Fungsional daerah persimpangan (functional intersection area) Desain persimpangan

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 5. Fungsional daerah persimpangan (functional intersection area) Desain persimpangan jalan harus menyesuaikan dengan fungsional daerah persimpangan penuh yang meliputi daerah pengurangan kecepatan dan percepatan sebelum persimpangan jalan terutama pada persimpangan bersinyal. Fungsi operasional dari persimpangan jalan (intersection) adalah untuk memberi fasilitas perubahan arah dari gerakan kendaraan selama melakukan perjalanan.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Prinsip-prinsip dari desain suatu persimpangan jalan adalah : -

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Prinsip-prinsip dari desain suatu persimpangan jalan adalah : - Mengurangi titik konflik atau titik pertemuan arus lalu lintas yang padat - Sebagai pengendali kecepatan dari kendaraan. - Mengkoordinasikan antara desain pada persimpangan jalan dengan penempatan rambu-rambu lalu lintas (traffic light) dan pengaturan titik konflik atau titik kepadatan arus lalu lintas. - Menentukan alternatif dari geometri persimpangan jalan sesuai dengan kondisi asli jalur lalu lintas kendaraan

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Macam-macam persimpangan jalan : 1. Persimpangan jalan sebidang (grade

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Macam-macam persimpangan jalan : 1. Persimpangan jalan sebidang (grade intersection): Bentuk pertemuan sebidang ini berfungsi untuk melayani komposisi arus lalu lintas yang menerus dan membelok, disesuaikan dengan letak jalan lokal dan jalan kolektor yang ada.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN a. Persimpangan jalan sebidang bercabang tiga biasa : CL

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN a. Persimpangan jalan sebidang bercabang tiga biasa : CL III II CL Bentuk T : Pada keadaan ini, arus lalu lintas di jalan III dapat membelok ke kiri, sedang arus lalu lintas di jalan II dapat membelok ke jalan I. Jika arus lalu lintas dari jalan III membutuhkan untuk langsung terus menuju jalan I dan arus lalu lintas dari jalan II membutuhkan untuk belok kanan ke arah jalan III, maka diperlukan lampu pengatur lalu lintas (traffic light).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Bentuk Y : b. Persimpangan jalan sebidang bercabang tiga

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Bentuk Y : b. Persimpangan jalan sebidang bercabang tiga dengan penambahan jalur :

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 1. Penambahan jalur di sebelah dalam II I

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 1. Penambahan jalur di sebelah dalam II I III Pada keadaan ini, arus lalu lintas dari jalan I ke jalan II dan dari jalan II menuju ke jalan III adalah besar, sehingga direncanakan jalur tambahan pada sisi dalam bagian jalan II. Sehingga kendaraan dari jalan I yang akan membelok ke jalan II dan kendaraan dari jalan II yang akan membelok ke jalan III harus masuk ke jalur tambahan.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 2 Penambahan jalur di sebelah luar : II

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 2 Penambahan jalur di sebelah luar : II I III Pada keadaan ini, apabila arus lalu lintas dari jalan III yang akan membelok ke jalan II adalah besar, maka perlu direncanakan jalur tambahan.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 3 Penambahan jalur di sebelah luar dan dalam

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 3 Penambahan jalur di sebelah luar dan dalam : II I III Pada keadaan ini, jika arus lalu lintas yang membelok dari jalan I ke jalan II, dari jalan II ke jalan III dan dari jalan III ke jalan II adalah besar, maka perlu diadakan penambahan jalur di bagian luar dan di bagian dalam. Sehingga dalam hal ini, arus lalu lintas menerus dari jalan III menuju ke jalan I tidak mengalami gangguan karena dapat masuk ke jalur tambahan. Untuk arus lalu lintas menerus dari jalan I menuju ke jalan III akan sedikit mengalami hambatan yang disebabkan oleh arus lalu lintas yang membelok dari jalan III menuju ke jalan II. Alternatif solusinya adalah dengan penempatan lampu pengatur lalu lintas (traffic light) pada bagian jalan I dan pada bagian jalan III.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN c. Persimpangan jalan sebidang bercabang tiga dengan pemisahan jalur

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN c. Persimpangan jalan sebidang bercabang tiga dengan pemisahan jalur : Untuk dapat lebih mengurangi hambatan-hambatan dalam kelancaran arus lalu lintas disebabkan oleh arus lalu lintas yang membelok, selain dipakai cara penambahan jalur juga dipakai cara pemisahan jalur. Disini jalur lalu lintas dipisahkan antara yang membelok dengan yang menerus. Pemisahan jalur dapat dilaksanakan dengan pembuatan pulau lalu lintas yang utamanya berfungsi untuk : - memisahkan jalur jalan - mengurangi luas daerah yang diaspal dan tidak dilalui oleh kendaraan - tempat rambu-rambu lalu lintas atau traffic light yang mengatur arus kendaraan pada persimpangan jalan tersebut.

PERTEMUAN ANTARA ARTERI-ARTERI Disarankan: Simpang susun (interchange): grade separated Simpang bersinyal Tidak disarankan: Bundaran

PERTEMUAN ANTARA ARTERI-ARTERI Disarankan: Simpang susun (interchange): grade separated Simpang bersinyal Tidak disarankan: Bundaran Simpang tak bersinyal

INTERCHANGE DIAMOND PERTEMUAN FREEWAY-JALAN KOLEKTOR

INTERCHANGE DIAMOND PERTEMUAN FREEWAY-JALAN KOLEKTOR

INTERCHANGE PARTIAL CLOVERLEAF BILA ADA HALANGAN DI SATU SISI

INTERCHANGE PARTIAL CLOVERLEAF BILA ADA HALANGAN DI SATU SISI

CLOVERLEAF PERTEMUAN FREEWAY DG ARTERI

CLOVERLEAF PERTEMUAN FREEWAY DG ARTERI

SEMIDIRECT INTERCHANGE WITH WEAVING PERTEMUAN FREEWAY-ARTERI

SEMIDIRECT INTERCHANGE WITH WEAVING PERTEMUAN FREEWAY-ARTERI

DIRECT INTERCHANGES WITH NO WEAVING FREEWAY - FREWAY

DIRECT INTERCHANGES WITH NO WEAVING FREEWAY - FREWAY

SEMIDIRECT WITH ONE LOOP

SEMIDIRECT WITH ONE LOOP

SEMIDIRECTIONAL INTERCHANGE FREEWAY - FREEWAY

SEMIDIRECTIONAL INTERCHANGE FREEWAY - FREEWAY

DIRECTIONAL INTERCHANGE (4 LEVEL) FREEWAY-FREEWAY

DIRECTIONAL INTERCHANGE (4 LEVEL) FREEWAY-FREEWAY

DOUBLE TRUMPET WITH RAMP

DOUBLE TRUMPET WITH RAMP

TRUMPET (WITH ROUNDABOUT ACCESS)

TRUMPET (WITH ROUNDABOUT ACCESS)

PERTEMUAN ANTARA ARTERIKOLEKTOR Disarankan : • Simpang bersinyal yg mengutamakan arus arteri (dg pengaturan

PERTEMUAN ANTARA ARTERIKOLEKTOR Disarankan : • Simpang bersinyal yg mengutamakan arus arteri (dg pengaturan fase dan pengaturan lajur) • Simpang tak bersinyal (dengan prioritas) bila volume lalulintas rendah Tidak disarankan: • Simpang bersinyal yang tidak mengutamakan arus arteri • Simpang tidak bersinyal • Bundaran

UTAMAKAN ARUS LALULINTAS JL ARTERI Jangan ada lajur khusus belok kiri (LTOR) yang mengurangi

UTAMAKAN ARUS LALULINTAS JL ARTERI Jangan ada lajur khusus belok kiri (LTOR) yang mengurangi lajur lurus Jangan ada lajur khusus belok kanan yang mengurangi lajur lurus

SIMPANG TAK BERSINYAL DENGAN PRIORITAS Prioritas diinformasikan jelas melalui marka dan rambu STOP

SIMPANG TAK BERSINYAL DENGAN PRIORITAS Prioritas diinformasikan jelas melalui marka dan rambu STOP

LAIN-LAIN Freeway bertemu jl arteri (interchange); sangat jarang bertemu jl kolektor Jalan arteri jangan

LAIN-LAIN Freeway bertemu jl arteri (interchange); sangat jarang bertemu jl kolektor Jalan arteri jangan bertemu jl lokal Simpang tak bersinyal bisa diterapkan pada pertemuan jl kolektor – jl lokal Bundaran hanya disarankan pada antar pertemuan sesama jl kolektor (atau pertemuan sesama jl lokal)

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN d. Persimpangan jalan sebidang bercabang empat :

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN d. Persimpangan jalan sebidang bercabang empat :

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Dengan penempatan pulau jalan :

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Dengan penempatan pulau jalan :

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN e. Persimpangan jalan sebidang dengan memakai bundaran (rotary intersection)

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN e. Persimpangan jalan sebidang dengan memakai bundaran (rotary intersection) : Maksud dari penggunaan bundaran disini adalah untuk menciptakan suatu arus lalu lintas berputar yang dapat diarahkan pada jalan lain yang akan dituju. Dimensi atau ukuran dari bundaran tergantung pada jumlah intensitas kendaraan yang lewat per jam.

BUNDARAN DI INDONESIA Weaving

BUNDARAN DI INDONESIA Weaving

BUNDARAN DG PRIORITAS ROUNDABOUT Prioritas bagi yang akan keluar dari roundabout CIRCLE Tidak ada

BUNDARAN DG PRIORITAS ROUNDABOUT Prioritas bagi yang akan keluar dari roundabout CIRCLE Tidak ada prioritas Weaving section di 4 lokasi Sangat mungkin terjadi

Contoh Rotary Intersection / roundabout

Contoh Rotary Intersection / roundabout

Contoh roundabout sederhana

Contoh roundabout sederhana

Contoh roundabout: Bundaran HI

Contoh roundabout: Bundaran HI

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 2. Persilangan jalan (grade separation without ramps) : Merupakan

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 2. Persilangan jalan (grade separation without ramps) : Merupakan dua jalan yang saling bersilangan satu dengan yang lainnya dan tidak bertemu pada satu bidang, sehingga arus lalu lintas dari jalan yang satu tidak dapat berpindah jalur ke jalan yang lain, karena tidak ada jalan yang menghubungkannya (ramps).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Perencanaan suatu persilangan jalan dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan : -

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Perencanaan suatu persilangan jalan dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan : - tidak ada kebutuhan membelok atau berpindah jalur dari jalan yang satu ke jalan yang lain. - arus lalu lintas pada jalan yang satu tidak boleh terhambat oleh arus lalu lintas yang lain dan dipakai untuk pelayanan kebutuhan lalu lintas cepat (biasanya merupakan jalan bebas hambatan/ freeway)

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Pada perencanaan persimpangan jalan harus diperhatikan ketentuan perencanaan sebagai

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Pada perencanaan persimpangan jalan harus diperhatikan ketentuan perencanaan sebagai berikut : - perencanaan geometrik dari persilangan jalan harus dirancang sedemikian rupa sehingga bangunan persilangan tidak memberikan kesan sempit pada pengguna jalan dan arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar, maka perlu direncanakan jarak pandangan bebas, tinggi ruang bebas berdasarkan kelandaian maksimum dari struktur persilangan jalan (perencanaan alinyemen horisontal). - Keadaan jalan dan volume arus lalu lintas mempengaruhi penentuan jenis persilangan di atas (overpass) dan di bawahnya (underpass).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 3. Persimpangan jalan tak sebidang (interchange): Apabila volume arus

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN 3. Persimpangan jalan tak sebidang (interchange): Apabila volume arus lalu lintas yang melalui suatu pertemuan jalan atau persimpangan jalan sudah mencapai kapasitas pelayanan jalannya, maka arus lalu lintas tersebut harus dapat melewati pertemuan jalan tanpa harus mengalami hambatan yang disebabkan oleh arus lalu lintas dari jalan lain, berupa arus lalu lintas menerus atau membelok sehingga diperlukan suatu persimpangan jalan tak sebidang (interchange).

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Pada persimpangan jalan tak sebidang ini, ujung jalan bertemu

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Pada persimpangan jalan tak sebidang ini, ujung jalan bertemu tidak secara langsung, tetapi menggunakan suatu jalur-jalur penghubung (ramps) yang terpisah sehingga ada kemungkinan untuk berganti arah atau berpindah jalur dari jalan yang satu ke jalan yang lain dengan melalui jalur-jalur penghubung (ramps) tersebut.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Menurut fungsi jalur-jalur jalan di dalam daerah interchange dapat

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN Menurut fungsi jalur-jalur jalan di dalam daerah interchange dapat dibagi sebagai berikut : (i). Jalur utama (main lane) : jalur untuk lalu lintas utama (ii). Jalur kolektor/ jalur distributor : Merupakan jalur pengumpul atau pembagi arus lalu lintas menuju atau keluar jalur utama (iii). Jalur perlambatan/ jalur percepatan (speed change lane) : suatu jalur dengan panjang terbatas dan terletak tepat di sebelah jalur cepat (merupakan penambahan lebar jalur cepat) dan berfungsi sebagai tempat pengguna jalan menyesuaikan kecepatannya, dari situasi di belakangnya ke situasi di depannya. (iv). Jalur penghubung (ramps): suatu jalur yang berfungsi sebagai penghubung antara jalan-jalan utama yang bertemu.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN a. Persimpangan jalan tak sebidang bercabang tiga (three legsinterchange)

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN a. Persimpangan jalan tak sebidang bercabang tiga (three legsinterchange) : - Umumnya hanya mempunyai satu bangunan persilangan, kecuali bila terjadi hubungan langsung antar jalur yang ada.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. Pertemuan tak sebidang bercabang empat (four legsinterchange): b.

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. Pertemuan tak sebidang bercabang empat (four legsinterchange): b. 1. 1 Jalur penghubung ( 1 ramps )

Contoh interchange dengan 1 ramps

Contoh interchange dengan 1 ramps

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 2. 2 jalur penghubung ( 2 ramps )

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 2. 2 jalur penghubung ( 2 ramps )

Contoh interchange dengan 2 ramps

Contoh interchange dengan 2 ramps

Contoh interchange dengan 2 ramps dengan simpang susun

Contoh interchange dengan 2 ramps dengan simpang susun

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 3. 3 Jalur penghubung ( 3 ramps )

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 3. 3 Jalur penghubung ( 3 ramps )

Contoh interchange dengan 3 ramps

Contoh interchange dengan 3 ramps

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 4. 4 Jalur penghubung (4 ramps) : Diamond

PERENCANAAN DAN PENGATURAN PERSIMPANGAN JALAN b. 4. 4 Jalur penghubung (4 ramps) : Diamond Interchange Cloverleaf Interchange

Contoh dari diamond interchange

Contoh dari diamond interchange

Contoh dari cloverleaf interchange

Contoh dari cloverleaf interchange

Contoh dari cloverleaf interchange

Contoh dari cloverleaf interchange

Contoh dari cloverleaf interchange

Contoh dari cloverleaf interchange

Contoh persimpangan tak sebidang yang lain (interchange) Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Contoh persimpangan tak sebidang yang lain (interchange) Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Angkutan Umum - Arti Transportasi Publik 77

Angkutan Umum - Arti Transportasi Publik 77

Contoh dari interchange dengan 2 bypass ramps

Contoh dari interchange dengan 2 bypass ramps

Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Contoh dari interchange dengan simpang susun bypass

Contoh dari interchange dengan simpang susun bypass

Contoh dari interchange dengan 2 ramps dan 1 circle ramps

Contoh dari interchange dengan 2 ramps dan 1 circle ramps

Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun

Contoh dari interchange dengan 3 simpang susun