PERCOBAAN Poging Attempt Pengertian Percobaan UU tidak memberikan
PERCOBAAN (Poging, Attempt)
Pengertian Percobaan UU tidak memberikan pengertian/definisi Beberapa pengertian yang diberikan oleh para sarjana: Ø Tidak terpenuhinya unsur–unsur TP oleh pelaku, yang upaya pemenuhannya sudah dimulai dengan sungguh-sungguh Ø Upaya untuk mencapai tujuan tertentu, tanpa berhasil mewujudkannya (Upaya tanpa hasil) Percobaan bukan dasar peringan pidana
Dasar Patut Dipidananya Percobaan Teori Subyektif: Dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sikap batin atau watak yang berbahaya dari si pelaku Teori Obyektif: Dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sifat berbahayanya perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku
DASAR PATUT DIPIDANANYA PERCOBAAN Teori Campuran : Sikap batin pelaku yg berbahaya (subyektif) dan sifat berbahayanya perbuatan (obyektif)-(Langemeyer, Jonkers)
Pasal 53 : (1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya; (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dapat dikurangi sepertiga (-1/3); (3) Jika kejahatan dengan pidana ok mati dan pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama 15 tahun; (4) Pidana tambahan bagi percobaan adalah sama dengan kejahatan selesai.
HAL-HAL YG DPT DISIMPULKAN DR KETENTUAN Ps. 53 KUHP : Syarat-syarat/unsur-unsur percobaan yang dapat dipidana : Ada niat; Ada permulaan pelaksanaan; Pelaksanaan tidak selesai bukan semata-mata karena kehendaknya (kehendak pelaku) sendiri.
HAL-HAL YG DPT DISIMPULKAN DR KETENTUAN Ps. 53 KUHP : Pemidanaan terhadap percobaan : Maksimum pidana pokok bagi kejahatan dikurangi 1/3 nya; Jika kejahatan diancam pidana mati dan pidana seumur hidup: penjara max 15 thn; Pidana tambahan : sama dgn kejahatan yg selesai.
Syarat Pertama NIAT atau “Voornemen” Menurut doktrin dan yurisprudensi : ”voornemen” harus ditafsirkan sebagai kehendak, “willen” atau “opzet” Seseorang harus mempunyai kehendak, yaitu kehendak melakukan kejahatan Karena ada 3 macam opzet, apakah opzet di sini harus dtafsirkan dalam arti luas atau hanya opzet dalam arti pertama (sebagai “ogmerk” atau tujuan) ?
Bentuk-bentuk kesengajaan Sengaja sebagai maksud/ tujuan : - apabila pembuat menghendaki perbuatan dan/akibat perbuatannya; - tidak dilakukan perbuatan itu jika pembuat tahu akibat perbuatannya tidak terjadi - Tidak harus berupa tindak pidana Sengaja sebagai keinsyafan kepastian : - pembuat yakin bahwa akibat yg dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa terjadinya akibat yg tidak dimaksud Sengaja sebagai keinsyafan kemungkinan: - pembuat sadar bahwa mungkin akibat yg tidak dikehendaki akan terjadi untuk mencapai akibat yg dimaksudnya - Kesengajaan berkeinsyafan kepastian dan kemungkinan tidak dapat berdiri sendiri. Selalu bersifat accesoir terhadap kesengajaan sebagai maksud
NIAT/MAKSUD(voornemen) HR tgl 6 Februari 1951, NJ 1951, 475 X dengan tujuan meloloskan diri dari polisi yang siap menjatuhkan tilang padanya, mempercepat kendaraan yang dikemudikannya dan mengarahkan kendaraannya tersebut pada polisi yang bersangkutan. Polisi lolos dari kematian semata-mata karena pada detik terakhir berhasil melompat ke samping. Tujuan utama pelaku bukan kematian polisi, bahkan mungkin ia tidak mengharapkan terjadinya kematian itu, hanya sekedar pasrah pada apa yang terjadi. Niat muncul dalam bentuk dolus eventualis. copyright by Eva A Zulfa
SYARAT-SYARAT/UNSUR-UNSUR PERCOBAAN : 2. Permulaan pelaksanaan (begin von uitvoering): Persoalan pokok dlm percobaan, krn dlm teori dan praktek selalu dipersoalkan batas antara : Perbuatan Persiapan & Perbuatan Pelaksanaan
SYARAT-SYARAT/UNSUR-UNSUR PERCOBAAN : Pemecahannya : dihubungkan dgn teori/dasar patut dipidananya percobaan : Pada permulaan/perbuatan pelaksanaan : 1. Teori Subyektif : Dikatakan telah ada permulaan pelaksanaan jk dilihat dr perbuatan yg dilakukan nampak ada kepastian niat/kebulatan tekad utk melakukan kejahatan. Co: membeli pisau cukur, membeli racun dsb (sbg perbuatan persiapan). 2. Teori Obyektif : Mnrt teori obyektif hal di atas blm dpt dikatakan ada permulaan pelaksanaan.
Permulaan Pelaksanaan q Apakah merupakan perwujudan niat atau perwujudan kejahatan? q Selalu dipermasalahkan batas antara perbuatan persiapan (voorbereidingshandeling) & perbuatan pelaksanaan (uitvoeringshandeling) Untuk memecahkan masalah ini para sarjana menghubungkannya dengan teori dasar patut dipidananya percobaan
Perbuatan Pelaksanaan dikaitkan dengan teori percobaan Subyektif: Ada perbuatan pelaksanaan apabila: dilihat dari Perbuatan yang dilakukan telah nampak adanya kepastian niat untuk melakukan kejahatan Jadi ukurannya: sikap batin yang jahat dan berbahaya dari si pelaku
Obyektif Formil: Ada perbuatan pelaksanaan, jika apa yang dilakukan termasuk dalam satu kelakuan yang merupakan rangkaian kelakuan seperti yang dilarang dalam rumusan delik
Obyektif Materiil: a. Pada delik formil: ada perbuatan pelaksanaan apabila telah dimulai perbuatan yang disebut dalam rumusan delik b. Pada delik materil: ada perbuatan pelaksanaan apabila telah dilakukan suatu perbuatan yang menurut sifatnya dapat menyebabkan segera terjadinya akibat yang dilarang oleh undang-undang tanpa memerlukan adanya tindakan lain dari si pelaku
Arrest HR 1934: Eindhovense Brandstichting -Arrest H dan R yang ingin membakar rumah; meletakkan barang-barang yang mudah terbakar di dalam setiap kamar. Semua barang itu dihubungkan dengan sumbu yang akhirnya dihubungkan ke kompor gas yang mengeluarkan api jika ditembakkan. Penarik pistol gas diikatkan dengan tali, melalui jendela, ujungnya digantungkan di luar rumah. Semua barang di dalam kamar disiram bensin. Bau bensin menarik perhatian banyak orang, sehingga H dan R tak mungkin menyelesaikan maksudnya Putusan HR: Tidak ada percobaan
SYARAT-SYARAT/UNSUR-UNSUR PERCOBAAN : Permulaan pelaksanaan Pada delik formil: bila telah dimulai perbuatan yang menunjukkan pelaksanaan perbuatan yg disebut dlm rumusan delik. Co. 362 ->… mengambil: sdh mengulurkan tangan Pada delik materiil (utrecht hlm. 402): apabila telah dilakukan perbuatan yg mnrt sifatnya langsung dapat menimbuklan akibat yg dilarang oleh UU, tanpa perlu dilakukan perbuatan lain. Co. menarik picu/pelatuk (perbuatan yg dilakukan dpt langsung menimbulkan akibat yg dilarang).
2. Persiapan MTP Pasal 15 (R. KUHP) (1) Persiapan melakukan tindak pidana terjadi apabila pembuat berusaha untuk mendapatkan atau menyiapkan sarana, mengumpulkan informasi atau menyusun perencanaan tindakan atau melakukan tindakan-tindakan serupa yang dimaksudkan menciptakan kondisi untuk dilakukannya suatu perbuatan yang secara langsung ditujukan bagi penyelesaian tindak pidana, 23 12/2/2020
termasuk apabila pembuat dengan sengaja mendapatkan, membuat, menghasilkan, mengimpor, mengangkut, mengekspor, atau mempunyai dalam persediaan atau penyimpanan barang, uang atau alat pembayaran lainnya, alat penghantar informasi, tempat persembunyian atau transportasi yang dimaksudkan untuk melakukan tindak pidana 24 12/2/2020
R. KUHP (Pasal 17 ayat 2) “permulaan pelaksanaan” 1). Pembuat telah melakukan perbuatan melawan hukum; 2). Perbuatan itu langsung mendekati terjadinya tindak pidana; 3) perbuatan yang dilakukan itu diniatkan atau ditujukan untuk terjadinya tindak pidana 25 12/2/2020
SYARAT-SYARAT/UNSUR-UNSUR PERCOBAAN 3. Pelaksanaan tidak selesai bukan semata-mata karena kehendak pelaku, tp krn : Ada penghalang fisik (alat yg dipakai rusak/ada org lain yg menghalangi) Akan ada penghalang fisik (takut segera tertangkap) Ada penghalang yg berupa keadaan 2 khusus pd obyek yg mjd sasaran (jenis percobaan mnrt doktrin) Catatan : Mundur krn kehendak sendiri/sukarela, mnrt pelaku: ia msh dpt meneruskan tindak pidana tp ia tdk mau meneruskannya (tdk tmsk unsur/syarat percobaan yg ke 3, jd bkn mrpkn percobaan).
SYARAT-SYARAT/UNSUR-UNSUR PERCOBAAN Secara teoritis, tdk selesainya delik krn kehendak sendiri (bkn mrpkn percobaan sesuai isi ps. 53 dan 54 KUHP) dibedakan mjd: pengunduran diri secara sukarela, pelaku tdk menyelesaikan perbuatan pelaksanaan yg diperlukan utk delik tsb. tindakan penyesalan, perbuatan pelaksanaan sdh diselesaikan, tp dgn sukarela menghalau timbulnya akibat mutlak untuk delik tsb (co. pelaku memberi penawar racunnya ? ? ).
Jenis Percobaan: menurut KUHP dan Doktrin Jenis Percobaan menurut KUHP Percobaan yang dapat dipidana Percobaan yang tidak dapat dipidana
Percobaan Kejahatan yang tidak dapat dipidana Tweegevecht/percobaan duel (Pasal 184 KUHP) Mishandeling/percobaan penganiayaan biasa dan ringan (Pasal 351 ayat 5 dan 352 ayat 2 KUHP) Lichte dieren mishandeling/penganiayaan ringan thd binatang (Pasal 302 ayat 4 KUHP)
Minggu 2
Unsur 2: Permulaan Pelaksanaan “Permulaan pelaksanaan maksud dr si pelaku” atau “Permulaan pelaksanaan kejahatan itu sendiri”? MVT P. 53 KUHP: Batas antara percobaan yang belum dapat dihukum dengan percobaan yang telah dapat dihukum terdapat diantara tindakan-tindakan persiapan dan tindakan pelaksanaan. Yg dimaksud dengan tindakan pelaksanaan adalah tindakan yang mempunyai hubungan langsung dengan kejahatan yg dimaksudkan untuk dilakukan dimulai dengan pelaksanaannya.
Batas antara tindakan persiapan & pelaksanaan? Subyektif Obyektif Tokoh Profesor Van Hamel & Van Dijck Profesor Zevenbergen, Simons & Duynstee Apa sebab org yg melakukan kejahatan dpt dihukum? Subjek/Pelaku sebagai dasar peninjauan Tindakan dr dipelaku sebagai dasar peninjauan Orang tsb menunjukkan perilaku Tindakan-tindakan yang tidak bermoral, bersifat membahayakan jahat atau berbahaya
Teori Objektif Delik Formil: segera setelah pelakunya mulai melakukan tindakan yg dilarang oleh UU Delik Materiil segera setelah tindakan yang dilakukan oleh pelakunya itu, menurut sifatnya secara langsung dpt menimbulkan akibat yang terlarang oleh UU tanpa pelakunya harus melakukan suatu tindakan yg lain
Teori Subjektif Tindakan pelaksanaan adalah tindakan-tindakan yang didalam keadaan konkret dengan sendirinya harus dipandang sebagai suatu kepastian mengenai maksud seorang pelaku untuk melakukan kejahatan.
Sejak Peristiwa yg mana/perbuatan yg manasaja disebut “permulaan pelaksanaan”? H dan R yang ingin membakar rumah; meletakkan barang- barang yang mudah terbakar di dalam setiap kamar. Semua barang itu dihubungkan dengan sumbu yang akhirnya dihubungkan ke kompor gas yang mengeluarkan api jika ditembakkan. Penarik pistol gas diikatkan dengan tali, melalui jendela, ujungnya digantungkan di luar rumah. Semua barang di dalam kamar disiram bensin. Bau bensin menarik perhatian banyak orang, sehingga H dan R tak mungkin menyelesaikan maksudnya Putusan PN: Tidak ada percobaan – bebas Putusan PT: salah Putusan HG: Bebas
CONTOH KASUS A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan maksudnya, A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu : a. A pergi ke tempat penjualan senjata api b. A membeli senjata api c. A membawa senjata api ke rumahnya d. A berlatih menembak e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat-rapat f. A menuju rumah B g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan peluru h. A mengarahkan senjata kepada B i. A melepaskan tembakan ke arah B
MANA YANG MERUPAKAN PELAKSANAAN ? APAKAH TIAP 2 PERBUATAN DALAM KASUS TSB DAPAT DIHUKUM ? 1. Menurut Teori Poging Subyektif : perbuatan a sudah merupakan “permulaan pelaksanaan” karena telah menunjukkan “kehendak yang jahat” 2. Menurut Teori Poging Obyektif : perbuatan a f belum merupakan “permulaan pelaksanaan” karena semua perbuatan itu “belum membahayakan kepentingan hukum si B
Makar dan Permufakatan Jahat Ada juga delik-delik khusus dalam KUHP yang mirip dengan percobaan, yaitu makar (Pasal 87 KUHP) dan Permufakatan Jahat (Pasal 88 KUHP), namun ada syarat dari Pasal 53 KUHP yang belum terpenuhi tetapi sudah dapat dihukum
Percobaan Menurut Doktrin Percobaan yang Selesai / Sempurna (Voleindigde Poging) apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena suatu hal Percobaan yang Tertangguh (Geschorste Poging) apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya kejahatan, tetapi ia kurang melakukan satu perbuatan lagi karena terhalang oleh suatu hal
……. lanjutan Percobaan yang Dikualifisir (Gequalificeerde Poging) apabila seseorang melakukan tindak pidana sampai pada taraf percobaan, tetapi bila dilihat tersendiri ternyata masuk ke dalam rumusan delik lain yang selesai
Percobaan yang Tidak Sempurna (Ondeugdelijk Poging) apabila seseorang berkehendak melakukan suatu kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau obyek (sasaran) tidak sempurna. Tidak sempurna : mutlak atau relatif
Percobaan mutlak/absolut tdk sempurna : Percobaan yg dalam keadaan apapun selalu akan gagal (Tdk akan pernah mungkin tjd delik yg selesai) Co. meracun dengan tepung terigu. Percobaan relatif tidak sempurna : Pada umumnya dpt tjd delik selesai, tp ternyata (konkritnya) delik tdk selesai. Co. krn ada keadaan khusus : racun terlalu sedikit, kaca mobil anti peluru.
Pemidanaan percobaan yg tdk sempurna : Teori subyektif : Dapat dipidana baik absolut maupun relatif krn pd dasrnya sdh ada niat/kehendak jahat Teori obyektif : Yg dpt dipidana hanya yg relatif, krn pd teori yg absolut sdh tdk ada kepentingan hkm yg dilindungi atau sama sekali tdk membahayakan kepentingan hkm.
Peristiwa Mirip Dengan Percobaan Mangel Am Tatbestand Putatif Delict
Mangel Am Tatbestand (Jerman) Tidak selesainya delik/tdk terpenuhinya unsur 2 delik krn ada unsur yg keliru (feitelijke dwaling) Co. mencuri barang yg ternyata miliknya sendiri, melarikan perempuan yg ternyata sdh cukup umur, mencuri warisannya (schorsing: dlm s/ perkara pidana tdpt unsur perdatanya). Tujuan tercapai tp ternyata unsur delik tdk terpenuhi scr sempurna -> kelihatannya delik itu selesai pdhal tdk. Mirip dgn Ondeuglijke yg absolut -> percobaan yg tdk sempurna
Delik Putatif : Keliru mengira suatu perbuatan mrpk delik (dikira delik padahal bukan/dwaling in het recht “salah kira”- tdk ada aturannya) Co. 284 -zina di Belanda, kumpul kebo, thn 50 an timbun barang pokok dipidana pdhal aturannya sdh dicabut.
Contoh: Seseorang masuk ke Indonesia dan membawa sejumlah uang kertas asing. Semula ia beranggapan telah mencoba atau melakukan suatu kejahatan. Namun ternyata uang yang ia bawa masih dalam batas ketentuan yang tidak dilarang
- Slides: 44