PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK DAN PSIKOFARMAKA Oleh

  • Slides: 20
Download presentation
PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK DAN PSIKOFARMAKA Oleh kelompok X :

PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK DAN PSIKOFARMAKA Oleh kelompok X :

PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku

PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan tindakan yang ditujukan pada fisik klien walaupun yang diberikan perlakuan fisik tetapi target terapi adalah perilaku klien.

1. Pengikatan Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.

1. Pengikatan Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Tujuannya melindungi klien dan orang lain dari cidera fisik, khususnya bila terapi lain seperti perubahan lingkungan. dan strategi perilaku sudah tidak mempan. Tindakan keperawatan : • Hargai hak azasi klien, lakukan : a. Identifikasi kejadian pencetus b. Observasi c. Buat rencana tindakan sesuai standar dan document • Lindungi klien dari cidera fisik akibat pengikatan • Sediakan lingkungan yang aman

 • Jaga integritas biologis klien, dengan : a. Cek tanda vital secara rutin

• Jaga integritas biologis klien, dengan : a. Cek tanda vital secara rutin b. Mandikan & jaga kulit ttp bersih & kering c. Penuhi kebutuhan toileting d. Atur suhu ruangan tetap nyaman e. Beri posisi anatomis f. Periksa daerah ikatan g. Ganti posisi klien minimal tiap 2 jam • Jaga harga diri klien, dengan : a. Pertahankan privacy klien b. Jangan memberi penjelasan yang bersifat merendahkan c. Tetap mempertahankan komunikasi verbal d. Staf yang merawat harus konsisten e. Staf yang menangani berjenis kelamin sama f. Lepaskan ikatan sesuai indikasi

2. Isolasi Bentuk terapi dgn menempatkan klien sendiri di ruang tersendiri • Di indikasikan

2. Isolasi Bentuk terapi dgn menempatkan klien sendiri di ruang tersendiri • Di indikasikan pada klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya dan tidak bisa dikendalikan dengan cara lain • Tidak dianjurkan klien yang beresiko bunuh diri, klien yang agitasi disertai gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat serta klien dengan perilaku sosial menyimpang.

Prosedur Isolasi : 1. Tunjuk seorang pemimpin 2. Perlihatkan kepada klien kekuatan yang ada

Prosedur Isolasi : 1. Tunjuk seorang pemimpin 2. Perlihatkan kepada klien kekuatan yang ada 3. Buat rancangan yang tepat, siapkan lingkungan ruangan 4. Komunikasikan antar perawat 5. Tangkap klien tanpa menyakiti 6. Kendalikan perilaku agresif klien 7. Pindahkan klien ke ruang isolasi 8. Ganti pakaian dengan yang aman dan nyaman 9. Pindahkan benda-benda yang membahayakan klien 10. Buat rencana askep lanjutan 11. Tetap pertahankan kontak dgn klien

 • Setelah di ruang isolasi : 1. Bantu pemenuhan KDM klien 2. Observasi

• Setelah di ruang isolasi : 1. Bantu pemenuhan KDM klien 2. Observasi sesering mungkin 3. Pertahankan komunikasi verbal 4. Catat dan dokumentasikan hasil observasi 5. Berikan umpan balik tentang perilaku klien 6. Tetap berikan terapi yang lain 7. Segera melepaskan klien dr ruang isolasi jika perilakunya mulai terkendali

3. ECT ( Elektro Confulsive Therapy) Bentuk terapi dengan menimbulkan kejang grand mall, dimana

3. ECT ( Elektro Confulsive Therapy) Bentuk terapi dengan menimbulkan kejang grand mall, dimana mengalirkan arus listrik mll elektroda yg ditempelkan pd pelipis klien. Awalnya ditujkan untuk klien skizopreni, tetapi lebih cocok untuk gangguan afektif. Kontra indikasi : 1. Tumor intra kranial 2. Kehamilan 3. Osteoporosis 4. Infarc miokard 5. Asthma bronchiale

Peran perawat 1. Persiapan : a. Tangani kecemasan klien b. Lakukan pemeriksaan fisik dan

Peran perawat 1. Persiapan : a. Tangani kecemasan klien b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium c. Mempersiapkan inform concent d. Puasakan klien minima 6 jam e. Hentikan pemberian obat sblm ECT f. Lepaskan gigi palsu, kontak lens, dll g. Memakaikan pakaian yg longgar h. Membantu mengosongkan blast

2. Pelaksanaan : a. Baringkan klien b. Siapkan alat c. Pasang bantalan gigi d.

2. Pelaksanaan : a. Baringkan klien b. Siapkan alat c. Pasang bantalan gigi d. Sementara ECT dilakukan, tahan persendian dgn supel e. Setelah selesai, berikan bantuan nafas 3. Setelah ECT : a. Observasi TTV sampai stabil b. Jaga keamanan klien c. Bila sudah sadar, orientasikan klien

4. Fototerapi Foto terapi atau terapi cahaya merupak terapi pemaparan cahaya terapeutik buatan kepada

4. Fototerapi Foto terapi atau terapi cahaya merupak terapi pemaparan cahaya terapeutik buatan kepada pasien yang kekuatannya 5 -20 kali lebih terang dari pencahayaan dalam ruangan. Terapi ini berlangsung cepat dan dapat efektif. Pasien merasakan sembuh setelah 3 -5 hari terapi dan kambuh bila terapi dihentikan. 5. Terapi deprivasi tidur Sebanyak 60% pasien depresi membaik segera setelah dilakukan satu malam deprivasi tidur total namun pasien dapat depresi kembali ketika mereka hanya tidur selama kurang dari 2 jam pada malam hari.

6. Stimulasi magnetik transkranial (SMT) adalah prosedur noninvasif memasukkan bidang magnetik yang berubah ke

6. Stimulasi magnetik transkranial (SMT) adalah prosedur noninvasif memasukkan bidang magnetik yang berubah ke dalam otak untuk mempengaruhi aktifitas otak. 7. Stimulasi saraf vagus (SSV) mencakup penanaman suatu generator kecil (seukuran jarum jam) ke dada pasien melalui pembedahan. SSV hanya boleh digunakan secara klinis pada terapi epilepsi. Penggunaan SSV yang paling meyakinkan dalam psikiatri adalah pada terapi gangguan afektif terutama depresi.

PERAN PERAWAT PADA TERAPI PSIKOFARMAKA Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan

PERAN PERAWAT PADA TERAPI PSIKOFARMAKA Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja pada sistim saraf ). Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan pasien.

Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut: • Pengkajian Pasien • Koordinasi Modalitas Terapi •

Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut: • Pengkajian Pasien • Koordinasi Modalitas Terapi • Pemberian Agens Psikofarmakologis • Pemantauan Efek Obat • Penyuluhan Pasien • Program Rumatan Obat • Partisipasi Dalam Penelitian Klinis Antardisiplin Tentang Uji Coba Obat • Kewenangan Untuk Memberikan Resep

Antiansietas dan Hipnotik-Sedatif • Benzodiazepin Memberikan efek antiansietasnya melalui potensiasi yang kuat pada neurotransmiter

Antiansietas dan Hipnotik-Sedatif • Benzodiazepin Memberikan efek antiansietasnya melalui potensiasi yang kuat pada neurotransmiter inhibisi asam ɣ-aminobutirat (GABA). Indikasi utama dalam penggunaan benzodiazepin : • Gangguan ansietas umum • Ansietas yang berhubungan depresi • Gangguan tidur • Ansietas yang berhubungan dengan gangguan fobia • Ganggaun stres pascatrauma • Putus obat dan alkohol • Ansietas yang berhubungan dengan penyakit medis • Relaksasi muskuloskeletal • Gangguan kejang • Ansietas praoperasi

 • Nonbenzodiazepin Kewaspadaan Perawat: Penggunaan barbiturat dapat menyebabkan banyak kerugian seperti berikut: •

• Nonbenzodiazepin Kewaspadaan Perawat: Penggunaan barbiturat dapat menyebabkan banyak kerugian seperti berikut: • Terjadi toleransi tehadap efek antiansietas dari barbiturate • Obat ini lebih adiktif • Obat ini menyebabkan reaksi serius dan bahkan reaksi putus obat yang letal • Obat ini berbahaya jika terjadi overdosis dan menyebabkan depresi SSP • Obat ini mempunyai berbagai interaksi obat yang berbahaya

 • Antidepresan Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat

• Antidepresan Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini juga berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas lain dan enuresis pada anak-anak, untuk megatasi gangguan defisit erhatian pada anak-anak dan bulimia serta narkolepsi. Jenis-Jenis antidepresan -Antidepresan trisiklik (ATS) -Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) - Inhibitor reutake serotonin selektif

Obat Penstabil Mood • Litinum Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan Efek samping litinum

Obat Penstabil Mood • Litinum Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan Efek samping litinum mencakup tremor halus pada tangan, keletihan, sakit kepala, ketumpulan mental, letargi, poliuria, polidipsi, iritasi lambung, mual ringan, muntah, diare, akne perubahn EKG dan peningkatan berat badan. • Antikonvulsan Beberapa anti konvulsan digunakan untuk penyakit bipolar. Karbamazepin efeknya pada otak membantu menstabilkan mood

 Antipsikotik Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan Efeksamping menyebabkan rasa tidak nyaman bagi

Antipsikotik Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan Efeksamping menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pasien dan kebanyakkan mudah ditangani namun ada yang mengancam jiwa. Perawat harus memberi perhatian khusus pada gejala atau sindrom ekstrapiramidal baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kewaspadaan Keperawatan, pedoman perawat untuk pemberian antipsikotik: • Kebutuhan dosis antipsikotik individu sangat bervariasi • Setelah pembagian dosis pertama pasien dapat menerima dosis sekali setiap hari • Perbaika gejala biasanya terjadi dalam 3 sampai 2 minggu. Effek optimal dapat berlangsung beberapa bulan • Beberapa pasien membutuhkan terapi medikasi antipsikotik sepanjang hidupnya • Pengawasan terhadap diskinesia tardif (EPS jangka panjang) harus dilakukan sedikitnya setiap bulan dalam terapi jangka panjang dengan antipsikotik kovensional • Perawatan klinis yang baik untuk pasien yang mendapatkan klozapin termasuk hitung darah lengkap setiap minggu untk memantau penurunan jumlah sel darah putih dan peresepan klozapin yang diberikan untuk 1 minggu sekali.