Penulisan Karangan Ilmiah Jenis Tulisan Setiap tulisan pasti

  • Slides: 17
Download presentation
Penulisan Karangan Ilmiah

Penulisan Karangan Ilmiah

Jenis Tulisan Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian bagian pembangun sebuah karya

Jenis Tulisan Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian bagian pembangun sebuah karya tulis akan mengandung beberapa jenis tulisan. Sebuah karya tulis berlaras ilmiah pun akan dibangun oleh beberapa jenis tulisan. Seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah tulisan yang utuh. Sebuah tulisan ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta, bukan realitas, yang merupakan hasil pemikiran, gagasan. , peristiwa, gejala, dan pendapat. Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realitas kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistas berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realitis dapat berasal dari dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. Fakta berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis.

Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan,

Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan suatu fakta kepada pembaca. Tekanan pada fungsi memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan menyebabkan jenis tulisan pada karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan, menjelaskan, memaparkan) dan argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk menyampaikan karya ilmiah secara lebih akurat, karya ilmiah acapkali juga menampilkan jenis tulisan deskripsi (memerikan suatu keadaan atau seseorang) dan naratif (menceritakan). Argumentasi dan persuasi dalam karya i 1 miah ditimbulkan oleh penyusunan fakta dalam kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta tersebut dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa keyakinan akan kebenaran uraian tersebut.

Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam karya ilmiah. 1. Narasi

Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam karya ilmiah. 1. Narasi (Kisahan) Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan dan pengalaman maupun berdasarkan pengalaman. Pada saat penulis menguraikan kehidupan atau keadaan informan, uraian dituangkan dalam bentuk narasi yang berisi himpunan informasi faktual mengenai suatu peristiwa dan situasi. Narasi, dalam hal ini, bukanlah narasi rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang merupakan himpunan peristiwa yang diuraikan secara berurutan dan logis. Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109). Narasi bersifat menghimpun informasi berdasarkan pengamatan, liputan, wawancara, dan bacaan. Oleh karena itu, narasi dalam berita merupakan himpunan peristiwa yang faktual bukan realistis (Marahimin, 1994: 37 38). Bentuk narasi yang nonfiktif dapat dijumpai dalam buku harian, sejarah, biografi atau otobiografi, surat kabar, majalah, surat pribadi, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah, narasi bersifat menyampaikan sebuah peristiwa berdasarkan urutan kronologis dan digunakan sebagai ilustrasi untuk menguatkan uraian yang sedang disampaikan oleh penulis (peneliti).

2. Deskripsi (Perian) Dalam hal narasi, terkait pula jenis tulisan deskriptif. Deskripsi adalah tulisan

2. Deskripsi (Perian) Dalam hal narasi, terkait pula jenis tulisan deskriptif. Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk menggambarkan bentuk obyek pengamatan: rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi juga merupakan penulisan yang menggambarkan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, atau gembira. Tujuan dari deskripsi adalah membantu pembaca untuk membayangkan seseorang, merasakan suatu suasana, atau memahami suatu sensasi atau emosi melalui imajinasi yang terbentuk dari ungkapan bahasa. Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan yang tertangkap oleh pancaindera penulis berkaitan dengan sebuah objek atau peristiwa (Keraf, 1997: 109 l 10). Menurut Marahimin (1994: 38), dalam penulisan deskripsi, yang ditulis adalah fakta, bukan realita. Deskripsi adalah hasil observasi dengan menggunakan semua alat indria penulis. Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya merupakan daftar perincian yang disusun menurut sistem atau urutan logis dari obyek yang diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi yang menggambarkan imprasi penulis atau untuk menstimulir pembaca yang lebih menekankan kesan pada saat penulis melakukan observasi. Urutan yang digunakan ialah urutan menurut kuat atau lemahnya kesan penulis terhadap obyek yang ditulis.

Dalam menyusun sebuah deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu a. b. c.

Dalam menyusun sebuah deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu a. b. c. Harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat topik dalam paragraf. Suasana hati tertandai melalui pilihan kata yang baik. Pengembangan paragraf harus dilakukan secara efektif, masuk akal atau logis, dan dipikirkan dirancang dengan cermat dan teliti. Deskripsi orang sebaiknya menggambarkan a. penampilan seseorang, b. moral atau etika yang dianut seseorang, c. perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu, d. sifat seseorang, e. suara dan cara seseorang berbicara, f. sikap seseorang terhadap orang lain. Deskripsi waktu harus mencakup a. keterangan waktu yang tepat, b. pengurutan yang kronologis dan logis, dan c. mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.

3. Eksposisi (Paparan) Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu, jenis tulisan

3. Eksposisi (Paparan) Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris akan menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan sesuatu yang belum diketahui pembaca, atau proses kerja suatu benda. Definisi lain dari eksposisi adalah tulisan yang berusaha menyingkapkan buah pikiran, perasaan, atau pendapat penulis untuk diketahui pembaca (Marahimin, 1994: 208). Ada beberapa jenis tulisan ekspositoris, yaitu eksposisi yang menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan dan menguraikan sebuah definisi atau pandangan, menerangkan arah, menjelaskan dan menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas suatu hal atau peristiwa. Pada dasarnya dalam sebuah karya i 1 miah, eksposisi menghimpun dua hal, pencerapan alat indera (deskripsi) dan penggalian referensi. Pada saat eksposisi melukiskan sesuatu, jenis tulisan deskripsi akan muncul juga. Dalam usaha lainnya, . seperti menguraikan, menafsirkan, menjelaskan, eksposisi berusaha untuk merangkaikan atau merangkum sebuah hasil riset berdasarkan percobaan, akumulasi data, perluasan pemikiran, atau pengamatan. Dalam tulisan ekspositoris ada suatu bagian simpulan atau saran yang akan mengakhiri tulisan tersebut.

4. Argumentasi (Bahasan) Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau

4. Argumentasi (Bahasan) Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau bahkan membujuk pihak lain agar pendapat pribadi penulis diterima. Dalam karya ilmiah, bentuk argumentasi ini dianjurkan dalam sajian yang obyektif dan tidak mengandung opini penulis. Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan secara logis untuk menunjang sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan disusun berdasarkan penjelasan atau kutipan dan fakta yang tepat. Pada saat penyusunan sebuah laporan i 1 miah, sebaiknya, diperhatikan penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan demikian, karya ilmiah tidak akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang kering dan menjemukan. Alasan dibangun atas berbagai paragraf yang mengandung narasi, deskripsi, dan eksposisi. Dengan proses itu, diharapkan bahwa pembaca akan mudah memahami jalan pikiran penulis.

Sistematika dan Kejelasan Karangan Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dari persiapan untuk

Sistematika dan Kejelasan Karangan Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dari persiapan untuk menulis sebuah berita di surat kabar atau artikel di majalah, misalnya. Jika kita akan menulis di media tersebut, topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tujuan juga jelas, yakni menyajikan informasi yang hangat dan aktual ke tangan pembaca. Siapa yang menjadi pembaca berita atau artikel itu juga sudah jelas. Tidak demikian halnya dengan karya ilmiah. Acapkali, sebagai mahasiswa yang mendapat tugas dari pengajar, topik sudah ditentukan oleh pengajarnya. Namun, tidakjarang pula, topik harus ditentukan oleh penulis, dalam hal ini mahasiswa sendiri, terutama dalam penulisan skripsi atau tugas akhir. Biasanya, topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Tujuan juga harus jelas karena tujuan penulis akan berkaitan dengan jenis tulisan yang dihasilkan.

Syarat syarat yang diperlukan untuk menulis sebuah karya ilmiah, antara lain, adalah tersusun secara

Syarat syarat yang diperlukan untuk menulis sebuah karya ilmiah, antara lain, adalah tersusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara_terkendali, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan syarat itu, pemilihan topik disertai penetapan tujuan. Kemudian, topik dan tujuan itu dirumuskan menjadi sebuah tema yang utuh. Tema ini menjadi awal dari rangkaian penulisan sebuah karya ilmiah yang sistematis dan yang direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural. Dengan demikian, akan dihasilkanlah sebuah tulisan yang mengandung pandangan dan pembuktian yang tersusun secara sistematis.

Topik acapkali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau, bahkan, sebuah tesis, dapat saja,

Topik acapkali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau, bahkan, sebuah tesis, dapat saja, pada akhirnya, dijadikan judul tulisan. Akan tetapi, topik tidak sama dengan judul. Tidak selalu sebuah judul merupakan topik tulisan. Mungkin saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik. Mengenai judul akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan mengenai tema atau tesis. Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata Yunani, topoi. Topoi berarti ‘tempat’. Jadi, kita menempatkan pokok persoalan atau pembahasan. Oleh karena itu, dalam karang mengarang, topik adalah ‘pokok pembicaraan’. Ada empat syarat pemilihan topik, yaitu a. menarik perhatian penulis, b. diketahui dan dikuasai oleh penulis, c. harus cukup sempit dan terbatas, dan d. sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk penulis pemula).

Tujuan Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis aalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut

Tujuan Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis aalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Keraf (1997), tujuan penulisan ada dua, yaitu sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis berlandaskan topik yang telah dipilih dan maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan. Jadi, tujuan yang dimaksudkan bukan tujuan topik melainkan pribadi penulis.

Tesis Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat tema, yakni menggabungkan topik dan tujuan kita. Istilah

Tesis Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat tema, yakni menggabungkan topik dan tujuan kita. Istilah tema digunakan untuk laras karangan pada umumnya. Kalimat tema bagi karangan ilmiah disebut kalimat tesis. Dalam laras ilmiah, sebagaimana diuraikan dalam Keraf (1997), kalimat tesis adalah kalimat tema bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan sentral kalimat tesis tersebut. Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Jadi, tema berarti bahwa ada ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah ditempatkan’. Dalam proses penulisan sebuah karya, tema berarti ‘sebuah perumusan dari topik yang telah dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui pilihan topik tadi.

Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema. dasar sebuah tulisan dengan satu

Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema. dasar sebuah tulisan dengan satu gagasan sentral yang menonjol. Jika kita memandangnya dari sudut analisis kalimat, gagasan sentral dari kalimat tesis adalah subjek, predikat, dan objek (jika ada) atau gagasan sentral adalah gagasan utama kalimat (dalam hal ini, kalimat tesis). Kalimat tesis berbentuk satu kalimat, dapat berupa kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk bertingkat, tetapi tidak boleh berbentuk kalimat majemuk setara. Jadi, dalam merumuskan sebuah kalimat tesis, selain persyaratan kalimat tema, harus diperhatikan pula bentuk kalimat tesis itu dengan memperhatikan empat hal berikut ini. a. Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan. b. Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat. c. Tidak boleh berupa kalimat majemuk setara. d. Harus memiliki gagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat tesis. e. Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa, hanya, dan agak.

Kalimat tesis merupakan payung dari keseluruhan bentuk karangan. Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam

Kalimat tesis merupakan payung dari keseluruhan bentuk karangan. Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam sebuah karangan merupakan gagasan bawahan yang akan menunjang kalimat tesis tersebut. Kerangka karangan yang baik selalu dapat menunjukkan kepada pembaca topik dan tujuan si penulis. a. b. c. d. e. Sebuah tesis yang baik harus mempunyai kejelasan yang diwujudkan melalui sebuah gagasan sentral yang dapat diikuti oleh perincian dan subordinasinya; kesatuan melalui gagasan sentral yang berada dalam tema yang akan memayungi seluruh karangan dan menjaga agar fokus pembicaraan akan tetap terjaga; perkembangan yang jelas merupakan penyusunan uraian perincian dengan logis dan teratur sehingga pembaca akan dengan mudah mengikuti alur berpikir penulis; keaslian dalam hal pemilihan pokok persoalan, sudut pandang, dan pendekatannya sehingga rangkaian kalimat dan pilihan katanya pun akan terlihat keasliannya; dan judul yang cocok yang menggambarkan tema karangan tetapi tidak mengungkapkan seluruh isi karangan.

Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal penulisan, sebaliknya,

Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal penulisan, sebaliknya, perumusan judul dilakukan setelah seluruh karangan selesai. Boleh saja, pada akhirnya, sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak selulu sebuah topik itu sama dengan judul. Sebuah judul harus memiliki persyaratan a. ringkas, b. provokatif, dan c. relevan dengan isi.

Pembuatan judul dapat dilakukan dengan cara berikut. a. Mencari kata kunci. b. Mewaspadai kalimat

Pembuatan judul dapat dilakukan dengan cara berikut. a. Mencari kata kunci. b. Mewaspadai kalimat yang pendek, kalimat tanya, ungkapan, atau istilah yang digunakan dalam tulisan. Hal hal itu berpotensi untuk diangkat sebagai judul. c. Membaca judul yang pernah dibuat oleh penulis lain. d. Membuat tulisan yang lengkap terlebih dahulu. e. Membuat beberapa pilihan judul, coba terapkan pada karangan. Jangan takut membuat penyesuaian, baik pada judul maupun pada tubuh karangan.