Pengukuran Waktu Kerja Analisis Perancangan Kerja Ergonomi Pengukuran

  • Slides: 45
Download presentation
Pengukuran Waktu Kerja Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Pengukuran Waktu Kerja Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Pengukuran Waktu Merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh :

Pengukuran Waktu Merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh : 1. seorang operator (yang terlatih dan ‘qualified’) 2. untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, 3. pada tingkat kecepatan kerja yang normal, 4. serta dalam lingkungan kerja yang terbaik.

Tujuan Pengukuran sistem kerja “ Mendapatkan ukuran-ukuran tentang kinerja dan beban yang berlaku pada

Tujuan Pengukuran sistem kerja “ Mendapatkan ukuran-ukuran tentang kinerja dan beban yang berlaku pada suatu sistem kerja. ” • Kinerja : kecepatan kerja sistem ybs (ukuran kuantitas untuk kualitas tertentu) Pengukuran waktu • Beban : yang dialami pekerja (beban fisik dan beban psikososiologik)

Tujuan Pengukuran Sistem Kerja Mendapatkan ukuran-ukuran kuantitatif yang benar tentang kinerja dan beban kerja

Tujuan Pengukuran Sistem Kerja Mendapatkan ukuran-ukuran kuantitatif yang benar tentang kinerja dan beban kerja suatu Sistem Kerja [Berarti pengukurannya harus dilakukan secara ilmiah sehingga hasil-hasilnya dapat dipertanggungjawabkan bagi siapa saja (pekerja maupun perusahaan) ]. Menggunakannya untuk pembakuan sistem kerja.

PENGUKURAN KECEPATAN KERJA Dilakukan dengan menjalankan pengukuran waktu, umumnya berujung dengan didapatkannya Waktu Baku

PENGUKURAN KECEPATAN KERJA Dilakukan dengan menjalankan pengukuran waktu, umumnya berujung dengan didapatkannya Waktu Baku bagi sistem kerja ybs. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan seorang pekerja rata-rata untuk menyelesaikan suatu satuan pekerjaan secara wajar dalam suatu rancangan sistem kerja tertentu.

CARA-CARA PENGUKURAN WAKTU Secara Langsung : 1. DENGAN JAM HENTI 2. SAMPLING KERJA Secara

CARA-CARA PENGUKURAN WAKTU Secara Langsung : 1. DENGAN JAM HENTI 2. SAMPLING KERJA Secara Tak Langsung : 1. DATA WAKTU BAKU 2. DATA WAKTU GERAKAN

Kelebihan dan Kekurangan Metode Langsung Metode Kelebihan Kekurangan L A N G S U

Kelebihan dan Kekurangan Metode Langsung Metode Kelebihan Kekurangan L A N G S U N G Praktis, karena tidak perlu selalu menguraikan pekerjaan kedalam elemen pekerjaan Waktu lebih lama karena harus dilakukan pengukuran dimana pekerjaan berlangsung dan bila waktu baku yang diperoleh digunakan untuk merumuskan upah perangsang, maka perlu banyak pengukuran agar memperoleh data yang dapat dipercaya

Kelebihan dan Kekurangan Metode Tidak Langsung Meto de Kelebihan Kekurangan T I D A

Kelebihan dan Kekurangan Metode Tidak Langsung Meto de Kelebihan Kekurangan T I D A K Tidak harus ke tempat dimana pekerjaan berlangsung, dengan syarat mengetahui elemen pekerjaan yang diperlukan pekerjaan tersebut. Tabel yang digunakan adalah tabel untuk data anthropometri orang Eropa, dimana belum tentu cocok untuk orang Indonesia Waktu relatif lebih singkat Data waktu gerakan harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan L A N G S U N G Ketelitian yang dibutuhkan pengamat Setiap elemen gerakan diketahui dalam menguraikan elemen-elemen waktunya, jadi waktu pekerjaan harus tinggi, karena akan penyelesaian dapat diestimasi berpengaruh sekali pada hasil yang sebelum pekerjaan dilakukan. dihitung Biaya lebih murah

Waktu Baku

Waktu Baku

Pengertian Waktu baku waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja

Pengertian Waktu baku waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja yang terbaik Fungsi waktu baku • Standarisasi pekerjaan • Perencanaan Produksi • Penjadwalan Mesin • Perancangan fasilitas • Penentuan Upah Tenaga Kerja

LANGKAH PERHITUNGAN WAKTU BAKU 1. PENETAPAN TUJUAN PENGUKURAN 2. MELAKUKAN PENELITIAN PENDAHULUAN 3. MEMILIH

LANGKAH PERHITUNGAN WAKTU BAKU 1. PENETAPAN TUJUAN PENGUKURAN 2. MELAKUKAN PENELITIAN PENDAHULUAN 3. MEMILIH OPERATOR 4. MELATIH OPERATOR 5. MENGURAI PEKERJAAN ATAS ELEMEN-ELEMEN PEKERJAAN 6. MENYIAPKAN ALAT-ALAT PENGUKURAN 7. MELAKUKAN PENGUKURAN WAKTU 8. TINGKAT KETELITIAN DAN TINGKAT KEYAKINAN 9. PENGUJIAN KESERAGAMAN DATA 10. MELAKUKAN PENGHITUNGAN WAKTU BAKU a. MELAKUKAN PENYESUAIAN b. PENGHITUNGAN WAKTU NORMAL c. MENGHITUNG KELONGGARAN d. PENGHITUNGAN WAKTU BAKU

1. PENETAPAN TUJUAN PENGUKURAN : Dalam pengukuran waktu, hal – hal penting yang harus

1. PENETAPAN TUJUAN PENGUKURAN : Dalam pengukuran waktu, hal – hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan.

2. MELAKUKAN PENELITIAN PENDAHULUAN : Waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik.

2. MELAKUKAN PENELITIAN PENDAHULUAN : Waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. A. Mempelajari kondisi kerja dan cara kerja, kemudian memperbaikinya. B. Merancang kondisi dan cara kerja yang baik yang baru C. Membakukan secara tertulis sistem kerja yang telah dianggap baik.

3. MEMILIH OPERATOR Syarat – syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja

3. MEMILIH OPERATOR Syarat – syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Gambar Distribusi kemampuan Pekerja

4. MELATIH OPERATOR Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau

4. MELATIH OPERATOR Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja sesudah mengalami perubahan. Gambar Kurva Belajar Gerakan – gerakan yang halus (tidak kaku), berirama dan tanpa banyak melakukan perencanaan – perencanaan gerakan.

5. MENGURAI PEKERJAAN ATAS ELEMEN-ELEMEN PEKERJAAN Waktu siklus adalah waktu penyelesain satuan produk sejak

5. MENGURAI PEKERJAAN ATAS ELEMEN-ELEMEN PEKERJAAN Waktu siklus adalah waktu penyelesain satuan produk sejak bahan baku mulai diproses ditempat kerja yang bersangkutan. Gambar Komponen sebuah Ballpen

Pedoman penguraian pekerjaan atas elemen 2 nya, yaitu : 1. Sesuai dengan ketelitian yang

Pedoman penguraian pekerjaan atas elemen 2 nya, yaitu : 1. Sesuai dengan ketelitian yang diinginkan. 2. Elemen-elemen pekerjaan hendaknya berupa satu atau beberapa elemen gerakan. 3. Jangan sampai ada elemen yang tertinggal. 4. Elemen yang satu hendaknya di pisahkan dari elemen yang lain secara jelas. ALASAN : 1. meperjelas catatan tentang cara kerja yang dibakukan. 2. memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen, karena ketrampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan – gerakan kerjanya. 3. melakukan pembagian pekerjaan menjadi elemen – elemen pekerjaan adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. 4. memungkinkan di kembangkannya Data waktu standart. Dengan lain perkataan yang di ukur waktunya adalah siklusnya. Pengukuran demikian disebut pengukuran keseluruhan

6. MENYIAPKAN ALAT-ALAT PENGUKURAN : Gambar Jam Henti Biasa Gambar Jam Henti Berjarum Dua

6. MENYIAPKAN ALAT-ALAT PENGUKURAN : Gambar Jam Henti Biasa Gambar Jam Henti Berjarum Dua Jam henti biasa harganya termurah dibandingkan yang lain tetapi hanya dapat digunakan untuk melakukan pengukuran keseluruhan, yang tidak memperhatikan elemen-elemen pekerjaan. Yang berjarum dua dapat mengatasi hal ini, artinya dapat mengukur sampai ke elemen-elemennya.

7. MELAKUKAN PENGUKURAN WAKTU : a. pengukuran pendahuluan. Tujuan : untuk mengetahui berapa kali

7. MELAKUKAN PENGUKURAN WAKTU : a. pengukuran pendahuluan. Tujuan : untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Pengukuran pendahuluan tahap pertama, : A. pengukuran pendahuluan tahap kedua. B. menguji “keseragaman” data, C. menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan,

b. TINGKAT KETELITIAN DAN TINGKAT KEYAKINAN: Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari

b. TINGKAT KETELITIAN DAN TINGKAT KEYAKINAN: Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. TIngkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi c. PENGUJIAN KESERAGAMAN DATA : Seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol. Subgroup karena berasal dari system sebab yang berbeda. harus “dibuang”

CONTOH : Pengukuran pendahuluan tahap pertama : 1 2 3 4 5 6 7

CONTOH : Pengukuran pendahuluan tahap pertama : 1 2 3 4 5 6 7 8 14 10 12 15 17 18 15 16 Pengukuran ke 9 10 11 12 13 14 15 16 Waktu 11 9 14 16 10 18 14 15 Pengukuran ke Waktu

Harga rata – ratanya : Waktu penyelesaian Berturut – turut Harga rata – rata

Harga rata – ratanya : Waktu penyelesaian Berturut – turut Harga rata – rata Sub group ke 1 2 3 4 14 17 11 10 10 18 9 18 12 15 14 14 Jumlah : 15 16 16 15 12, 75 16, 50 12, 50 14, 25 56, 00 Hitung harga rata – rata dari harga rata – rata subgroup dengan : X = Σ Xi k dimana : Xi adalah harga rata – rata dari subgroup ke – i k adalah banyaknya subgroup yang terbentuk

Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan : Σ ( X j -

Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan : Σ ( X j - X )2 σ = N–l di mana : N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan. Xj adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan. Hitung standard deviasi dari distribusi harga rata – rata sub groups: σ_ = σ √ n x Batas kontrol atas dan batas control bawah ( BKA dan BKS ) dengan : BKA = X + 3 σ_ x BKB = X – 3 σ_ X

d. Jumlah pengukuran yang diperlukan. Rumus untuk tingkat ketelitian 5 % dan tingkat keyakinan

d. Jumlah pengukuran yang diperlukan. Rumus untuk tingkat ketelitian 5 % dan tingkat keyakinan 95 %. N= 40 √N Σ Xj 2— ( Σ Xj)2 Σ 2 Xj Rumus untuk tingkat ketelitian 10 % dan tingkat keyakinan 90 %. 2 N= 20 √N Σ X j 2 — ( Σ X j )2 Σ Xj Dimana N adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan.

e. MELAKUKAN PENGHITUNGAN WAKTU SIKLUS : Ws = Σ Xi N Dimana X i

e. MELAKUKAN PENGHITUNGAN WAKTU SIKLUS : Ws = Σ Xi N Dimana X i dan N menunjukkan arti yang sama dengan yang telah dibahas sebelumnya.

10 a. PENYESUAIAN MAKSUD MELAKUKAN PENYESUAIAN : Selama pengukuran berlansung, mengamati kewajaran kerja operator.

10 a. PENYESUAIAN MAKSUD MELAKUKAN PENYESUAIAN : Selama pengukuran berlansung, mengamati kewajaran kerja operator. Ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah – olah diburu waktu, kondisi ruangan yang buruk. KONSEP TENTANG BEKERJA WAJAR : Seseorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha – usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, dan menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam mejalankan pekerjaan Konsep yang dikemukakan oleh Lowry, Maynard dan Stegemarten melalui cara penyesuaian Westinghouse : 4 faktor yang menyebabkan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. subyektif. Memang hal inilah yang dipandang sebagai kelemahan pengukuran waktu dilihat secara ilmiah

BEBERAPA CARA MENENTUKAN FAKTOR PENYESUAIAN : A. Cara Persentase B. Cara Shumard C. Cara

BEBERAPA CARA MENENTUKAN FAKTOR PENYESUAIAN : A. Cara Persentase B. Cara Shumard C. Cara obyektif D. Cara Bedaux dan Sintesa E. Cara Westinghouse

a. Cara persentase : Wn = 14, 6 X 1, 1 = 16, 6

a. Cara persentase : Wn = 14, 6 X 1, 1 = 16, 6 menit Memang cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun segera pula terlihat adanya kekurang telitian sebagai akibat dari kasarnya cara penilaian. b. Cara Schumard : KELAS Super fast Fast + Fast Excellent Good + Good Normal Fair + Fair Poor PENYESUAIAN 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40

C. Cara obyektif: cara yang memperhatikan 2 faktor : kecepatan kerja dan tingkat kesulitan

C. Cara obyektif: cara yang memperhatikan 2 faktor : kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan TABEL TINGKAT KESULITAN CARA OBJEKTIF ANGGOTA BADAN TERPAKAI Jari Pergelangan Tangan Dan Jari Lengan Bawah, Pergelangan Tangan Dan Jari Lengan Atas, Lengan Bawah dst. Badan Mengangkat Beban dari Lantai dengan Kaki A B C D E E 2 0 1 2 5 8 10 PEDAL KAKI Tanpa Pedal, atau Satu Pedal dengan Sumbu di bawah Kaki Satu atau Dua Pedal dengan Sumbu tidak di bawah Kaki F G 0 5 PENGGUNAAN TANGAN Kedua tangan saling bantu atau bergantian. Kedua tangan mengerjakan gerakan yang sama. H H 2 0 18

TABEL TINGKAT KESULITAN CARA OBJEKTIF KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN Sangat sedikit. Cukup dekat. Konstan

TABEL TINGKAT KESULITAN CARA OBJEKTIF KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN Sangat sedikit. Cukup dekat. Konstan dekat. Sangat dekat. Lebih kecil dari 0, 04 cm. I J K L M 0 2 4 7 10 PERALATAN Dapat ditangani dengan mudah. Dengan sedikit control. Perlu control dan penekanan. Perlu penanganan hati – hati. Mudah pecah dan patah. N O P Q R 0 1 2 3 5

TABEL TINGKAT KESULITAN CARA OBJEKTIF BERAT BEBAN (kg) 0, 45 0, 90 1, 35

TABEL TINGKAT KESULITAN CARA OBJEKTIF BERAT BEBAN (kg) 0, 45 0, 90 1, 35 1, 80 2, 25 2, 70 3, 15 3, 60 4, 05 4, 50 4, 95 5, 40 5, 85 6, 30 B -1 B-2 B-3 B-4 B-5 B-6 B-7 B-8 B-9 B-10 B-11 B-12 B-13 B-14 Tangan 2 5 6 10 13 15 17 19 20 22 24 25 27 28 Kaki 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 10

CONTOH PENYESUAIAN CARA OBJEKTIF Bagian badan yang dipakai Pedal kaki Cara menggunakan kekuatan. Tangan

CONTOH PENYESUAIAN CARA OBJEKTIF Bagian badan yang dipakai Pedal kaki Cara menggunakan kekuatan. Tangan Koordinasi mata dengan tangan Peralatan Berat : : : C = 2 F = 0 H = 0 L = 7 O = 1 B – 5 = 13 Jumlah = Sehingga : + 23 P 2 = ( 1+ 0, 23 ) atau P 2 = 1, 23. Faktor penyesuaiannya dihitung dengan : P = P 1 x P 2 Jadi kalau P 1 telah dinilai besarnya sama dengan 0, 9 maka factor penyesuaian untuk operator yang bersangkutan adalah : P = 0, 9 x 1, 23 = 1, 11

D. CARA – CARA BEDAUX DAN SINTESA Mirip dengan cara Shumard, hanya nilai –

D. CARA – CARA BEDAUX DAN SINTESA Mirip dengan cara Shumard, hanya nilai – nilai pada cara Bedaux dinyatakan dalam “ B “ ( huruf pertama dari Bedaux, penemunya ) seperti misalnya 60 B atau 70 B. Sedangkan cara Sintesa agak berbeda dengan cara – cara lainya, dimana dalam cara ini waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga – harga yang diperoleh dari tabel – tabel data waktu gerakan, untuk kemudian dihitung harga rata – ratanya. Harga rata – rata inilah yang dinilai sebagai factor penyesuaian bagi satu siklus yang bersangkutan. Misalkan waktu – waktu penyelesaian untuk elemen – elemen pekerjaan pertama, kedua dan ketiga bagi suatu siklus pekerjaan adalah 17, 10 dan 32 detik. Dari tabel – tabel data waktu gerakan didapat untuk elemen – elemen yang sama masing – masing 17, 12 dan 29 detik. Yang berbeda adalah pada elemen – elemen kedua dan ketiga. Maka untuk elemen – elemen ini perbandingannya 12/10 dan 29/32 ; rata – ratanya yaitu 1, 05 adalah factor penyesuaian untuk ketiga elemen pekerjaan tersebut atau untuk seluruh siklus yang bersangkutan.

E. Cara WESTINGHOUSE 1. Ketrampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang

E. Cara WESTINGHOUSE 1. Ketrampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan ketrampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis ketrampilan merupakan aptitude pekerja untuk pekerjaan yang bersangkutan. 2. Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. 3. Kondisi Kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Oleh sebab itu factor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya. 4. Konsistensi, kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka – angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama.

PENYESUAIAN KETERAMPILAN MENURUT WESTINGHOUSE FAKTOR KETRAMPILAN KELAS SUPERSKILL LAMBANG A 1 A 2 EXCELL

PENYESUAIAN KETERAMPILAN MENURUT WESTINGHOUSE FAKTOR KETRAMPILAN KELAS SUPERSKILL LAMBANG A 1 A 2 EXCELL ENT B 1 B 2 GOOD C 1 PENYESUAIAN + 0, 15 + 0, 13 + 0, 11 + 0, 08 C 2 + 0, 06 + 0, 03 AVERAGE D 0, 00 FAIR E 1 E 2 POOR F 1 F 2 - 0, 05 - 0, 10 - 0, 16 - 0, 22

PENYESUAIAN USAHA MENURUT WESTINGHOUSE FAKTOR USAHA KELAS EXCESSIVE LAMBANG A 1 A 2 EXCELLENT

PENYESUAIAN USAHA MENURUT WESTINGHOUSE FAKTOR USAHA KELAS EXCESSIVE LAMBANG A 1 A 2 EXCELLENT B 1 B 2 G O O D’ AVERAGE FAIR C 1 + 0, 13 + 0, 12 + 0, 10 + 0, 08 C 2 + 0, 05 + 0, 02 D 0, 00 E 1 - 0, 04 - 0, 08 E 2 POOR PENYESUAIAN F 1 F 2 - 0, 17

PENYESUAIAN KONDISI KERJA DAN KONSISTENSI MENURUT WESTINGHOUSE KONDISI KERJA IDEAL EXCELENTY GOOD AVERAGE FAIR

PENYESUAIAN KONDISI KERJA DAN KONSISTENSI MENURUT WESTINGHOUSE KONDISI KERJA IDEAL EXCELENTY GOOD AVERAGE FAIR POOR A B C D E F + 0, 06 + 0, 04 + 0, 02 0, 00 - 0, 03 - 0, 07 KONSISTENSI PERFECT EXCELENT GOOD AVERAGE FAIR POOR A B C D E F + 0, 04 + 0, 03 + 0, 01 0, 00 - 0, 02 - 0, 04

10 C. KELONGGARAN Kelonggaran diberikan untuk ketiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa

10 C. KELONGGARAN Kelonggaran diberikan untuk ketiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat dihindarkan. KELONGGARAAN UNTUK MENGHILANGKAN RASA FATIQUE berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan – gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatique ini. KELONGGARAN UNTUK HAMBATAN – HAMBATAN TAK TERHINDARKAN Beberapa contoh yang trmasuk kedalam hambatan tak terhindarkan adalah : - menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. - melakukan penyesuaian – penyesuaian mesin. - memperbaiki kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya. - mengasah peralatan potong. - mengambil alat – alat khusus atau bahan – bahan khusus dari gudang. - mesin berhenti karena matinya aliran listrik.

Kelonggaran • Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi • Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique • Kelonggaran

Kelonggaran • Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi • Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique • Kelonggaran hambatan-hambatan tak terhindarkan

Tabel kelonggaran Faktor Contoh Pekerjaan A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat

Tabel kelonggaran Faktor Contoh Pekerjaan A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat Kelonggaran Ekivalen beban Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop, ringan Mencangkul Mengayun palu yang berat Memenggul beban Memanggul karung berat Tanpa beban 0. 00 - 2. 25 kg 2. 25 – 9. 00 – 18. 00 – 27. 00 – 50. 00 Diatas 50 kg Pria Wanita 0. 0 - 6. 0 -7. 5 -12. 0 -19. 0 -30. 0 -50. 0 -6. 0 -7. 5 -16. 0 -30. 0 B. SIKAP KERJA 1. Duduk 2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukan bertumpu pada kedua kaki 0. 0 -1. 0 -2. 5 -4. 0 -10. 0 Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 0 0 -5 5 -10 10 -15 C. GERAK KERJA 1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit 4. Pada anggota-anggota badan terbatas 5. Seluruh anggota badan terbatas

Tabel kelonggaran Faktor Contoh pekerjaan D. Kelelahan mata *) 1. Pandangan yang terputus 2.

Tabel kelonggaran Faktor Contoh pekerjaan D. Kelelahan mata *) 1. Pandangan yang terputus 2. Pandangan yang hampir terus menerus 3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah 4. Pandangan terus-menerus dengan fokus tetap Membaca alat ukur Pekerjaan pekerjaan yang teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain Pemeriksaan yang sangat teliti E. Keadaan temperatur tempat kerja**) Temperatur (0 C) 1. Beku 2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat tinggi Dibawah 0 0 -13 1 -22 22 -28 28 -38 Diatas 38 Kelonggaran Pencahayaan baik Pencahayaan buruk Kelemahan normal Berlebihan Diatas 10 10 -0 5 -0 0 -5 5 -40 Diatas 12 12 -5 8 -0 0 -8 8 -100 Diatas 100 F. Keadaan Atmosfir ***) 1. Baik 2. Cukup Ruangan yang berventilasi baik; udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau -bauan (tidak berbahaya) 0 0 -5

MENYERTAKAN KELONGARAN DALAM PERHITUNGAN WAKTU BAKU Misalkan suatu pekerjaan yang sangat ringan yang dilakukan

MENYERTAKAN KELONGARAN DALAM PERHITUNGAN WAKTU BAKU Misalkan suatu pekerjaan yang sangat ringan yang dilakukan sambil duduk dengan gerakan – gerakan yang terbatas, membutuhkan pengawasan mata terus – menerus dengan pencahayaan yang kurang memadai, temperature dan kelembaban ruangan normal, sirkulasi udara baik, tidak bising. Dari tabel didepan didapat presentase kelonggaran untuk fatique sebagai berikut: ( 7 + 0 + 3 + 5 + 2, 5 + 0 + 2 ) % = 19, 5 % Jika dari sampling pekerjaan didapat bahwa kelonggaran untuk kebutuhan Pribadi adalah 5 %, maka kelonggaran total yang harus diberikan untuk pekerjaan itu adalah ( 19, 5 + 5 ) % = 24, 5 %. Jika waktu normalnya telah dihitung sama dengan 5, 5 menit, maka waktu bakunya adalah : 5, 5 + 0, 245 (5, 5) = 6, 85 menit

Contoh pengukuran waktu dengan jam henti. Pengukuran ke • Perusahaan XYZ ingin mengetahui waktu

Contoh pengukuran waktu dengan jam henti. Pengukuran ke • Perusahaan XYZ ingin mengetahui waktu baku pengepakan produknya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jem henti, hasil pengukurannya sebagai berikut: Waktu (menit) 1 14 2 10 3 12 4 15 5 17 6 18 7 15 8 16 9 11 10 9 11 14 12 16 13 10 14 18 15 14 16 15

Sub grup ke 1 Waktu Pengukuran 14 10 12 15 2 17 18 15

Sub grup ke 1 Waktu Pengukuran 14 10 12 15 2 17 18 15 16 16, 50 3 11 9 14 16 12, 50 4 10 18 14 15 14, 25 jumlah Rata-rata 12, 75 56

Contoh perhitungan waktu baku • • • Waktu siklus = 14 detik Penyesuaian (Schumard)

Contoh perhitungan waktu baku • • • Waktu siklus = 14 detik Penyesuaian (Schumard) : Fast Faktor Penyesuaian = 90/60 = 1, 5 Waktu Normal = 14 x 1, 5 = 21 detik Faktor kelonggaran = 20% Waktu Baku = 21 + 21(0, 20) = 26, 2 detik