Pengkajian Puisi Pertemuan 3 Poetic Language Eagelton 1983
- Slides: 15
Pengkajian Puisi Pertemuan 3
Poetic Language • Eagelton (1983): Bahasa dalam Susastra (karya sastra) dianggap mempunyai aturan dan struktur bahasa tertentu yang berbeda dengan penggunaan bahasa untuk keperluan sehari-hari. • Jacobson (Teeuw, 1984) menyebut struktur dan aturan sendiri dalam sastra, sebagai poetic language.
Poetic Language • Curtis (Teeuw, 1984: 71) menyebutkan bahasa dalam karya sastra terkadang dapat sangat gramatikal ataupun retorikal. Gramatikal: disiplin dalam tata bahasanya, karya tersebut memiliki tata bahasa yang baik. Retorikal: cenderungan normatif untuk memperhatikan aspek pilihan kata dalam penyampaian, pernyataan atau ekspresi pesan.
Poetic Language • Konteks retorikal, Keraf (2007: 102) menjelaskan aspek pilihan kata dalam sastra penting, karena: 1. Ketepatan dan kesesuaian pilihan kata yang digunakan mempengaruhi interpretasi dan suasana/menyinggung atau tidaknya dengan perasaan pembacanya. 2. Aspek retorikal ini menjadi sistem normatif bahasa yang baik dan indah yang kemudian cenderung membuat bahasa dalam karya sastra menjadi acuan apa yang disebut beradab dan berseni tinggi dalam berbahasa.
Poetic Language Karya sastra melibatkan tiga unsur, yaitu struktur bahasa (gramatikal), sudut pandang pengarang (pilihan retorikal), dan konteks (situasi kesesuaian retoris) dari karya sastra tersebut ditempatkan atau dibaca.
Bentuk puisi • Marjorie Boulton (1979) membagi puisi ke dalam dua bentuk: 1. Bentuk fisik: terkait penampilannya di atas kertas (nada, larik puisi; irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya) 2. Bentuk mental: terdiri dari aspek tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, pola-pola citra dan emosi.
Jenis Puisi konvensional • Mantra; tuturan dari mulut ke mulut. Sering diasosisikan dengan ucapan doa pawang/penyihir/dukun. • Pantun: digunakan untuk mengiaskan, biasanya menggunakan benda-benda mati/alam • Seloka: pantun berkait • Syair: mempunyai karakteristik; (a). Tiap bait terdiri dari empat baris. (b). Biasanya tiap baris terdiri dari empat kata. (c). Sajaknya a-a-a-a. (d). Keempat baris merupakan isi pesan.
Jenis Puisi konvensional • Gurindam: terdiri dari dua baris dengan setiap bait a-a. baris kedua pada bait adalah balasan/sebab dari baris pertama. Contoh: “Barang siapa meninggalkan sembhayang Bagai rumah tidak bertiang”
PUISI DARI SUDUT UNGKAPAN • Puisi dari sudut ungkapan: 1. Segi Lirik; puisi lirik lebih mengutamakan suasana daripada tema, dan makna kerap perlu dipahami dalam kaitan suasana batin tertentu yang hendak ingin dibangun/ pesan-pesan moral yang ingin disampaikan. 2. Segi Epik: banyak menggunakan kisahan/tuturan berkisah namun masih memuat unsur-unsur rima dsb.
Puisi dari segi bentuk • Soneta; empat belas larik dengan rima/bunyi tertentu. • Kwatrin: empat larik/sebait dengan pola rima tertentu. • Puisi konkret: bentuk ini adalah satu ciri puisi modern, yaitu menekankan kepada efisiensi kata dan menghindari abstraksi • Puisi bebas; bunyi dan suasana masih dominan, tetapi rima dan makna tidak lagi menjadi prasyarat. Menjadi mirip seperti pesan yang tidak serius.
Puisi dari segi bentuk • Sonnet 116 Let me not to the marriage of true minds Admit impediments. Love is not love Which alters when it alteration finds, Or bends with the remover to remove. O, no! it is an ever-fixed mark, That looks on tempests and is never shaken; It is the star to every wand’ring bark, Whose worth’s unknown, although his height be taken. Love’s not Time’s fool, though rosy lips and cheeks Within his bending sickle’s compass come; Love alters not with his brief hours and weeks, But bears it out even to the edge of doom. If this be error, and upon me prov’d I never writ, nor no man ever lov’d.
Puisi dari segi bentuk • Contoh pada slide sebelumnya adalah soneta karangan William Shakespeare. Pola yang digunakan adalah struktur rima a-b-b-a dengan larik 4 -4 -4 -2.
Puisi dari segi isi Dari segi isi ada beberapa contoh isi yang beragam, misalnya: • Ode; Puisi berisi pujian-pujian untuk tokoh atau pahlawan. Banyak pada era romantik di Inggris abad 19. • Epitaf: biasanya dituliskan di batu nisan • Elegi: isinya berupa ungkapan duka cita/ kerinduan/kehilangan, dsb.
Diskusikan analisis kata 1. Apakah ada penekanan kata dalam puisi tersebut? Jika ada tunjukan dan jelaskan 2. Apakah ada prefix dan suffix/ imbuhan yang mempengaruhi bangun kata dalam kalimat puisi tersebut? jika ada tunjukkan dan jelaskan. 3. Apakah denotasi dan konotasi yang muncul pada kata yang “penting” dalam puisi tersebut?
Sonnet 116 Let me not to the marriage of true minds Admit impediments. Love is not love Which alters when it alteration finds, Or bends with the remover to remove. O, no! it is an ever-fixed mark, That looks on tempests and is never shaken; It is the star to every wand’ring bark, Whose worth’s unknown, although his height be taken. Love’s not Time’s fool, though rosy lips and cheeks Within his bending sickle’s compass come; Love alters not with his brief hours and weeks, But bears it out even to the edge of doom. If this be error, and upon me prov’d I never writ, nor no man ever lov’d.
- Jelaskan yang dimaksud dengan struktur batin puisi
- Nada puisi karangan bunga
- Grimasen adalah
- Pengkajian sistem hematologi
- Skala nyeri
- Komunikasi terapeutik pada tahap pengkajian
- Pengkajian gawat darurat abcdefghi
- Contoh asuhan keperawatan gawat darurat
- Isi pikir
- Contoh pengkajian luka
- Tugas pertemuan 9 metode perancangan program
- Rata rata diagram
- Policy asimilasionis adalah
- Pertemuan multikultural
- Denah ruang pertemuan
- Logo pertemuan