Pengendalian Mikroba STERILISASI Mengapa Mikroba harus dikendalikan Agar
Pengendalian Mikroba STERILISASI
• Mengapa Mikroba harus dikendalikan ? Agar tidak menimbulkan kerugian : - Pada linkungan - Pada Makanan - Pada tubuh m. h Pengendalian mikroba dilakukan sesuai kebutuhan : dihambat atau dibunuh
• Steril = bebas dari kehidupan • Sterilisasi = membebaskan suatu bahan, alat atau tempat dari organisme hidup. • Sterilisasi secara kimia disebut disinfeksi, zatzatnya disebut disinfektan, sedangkan disinfektan yang khusus untuk bakteri disebut bakterisid.
• Bakteriostatik = zat yang menghambat multiplikasi bakteri bersifat sementara. • Disinfeksi = unsur kimia yang digunakan untuk mematikan mikroba spora tidak mati. • Perbedaan antiseptik dan disinfektan = antiseptik pada jaringan hidup, diinfektan untuk benda mati.
• Cide (sid) = akhiran yang menunjukkan bahan/ zat yang dipakai mampu membunuh. Baterisid, virusid, sporosid. • Statik = akhiran yang dipakai untuk menunjukkan zat yang digunakan mampu mencagah pertumbuhan (tidak membunuh) bakteriostatik, fungistatik.
Sejarah • Beberapa ratus tahun yang lalu, bangsa Arab telah mengenal bahwa membakar luka dengan logam yang membara dapat mencegah infeksi, walaupun penderita akan memperoleh luka parut untuk selama hidupnya.
• Pada tahun 1537, seorang ahli bedah Prancis Ambroise Pare mengobati luka tembak dengan pembalut yang dibasahi dengan kuning telur, terpentin dan bahan lain.
• Konsep antibakteri kemudian diterapkan oleh Ignatz Semmelweis dan Joseph Lister. Semmelweis melihat bahwa insiden demam puerpuralis dalam bangsal obstetri yang dikelola oleh dokter lebih tinggi dibandingkan yang dikelola oleh bidan. Hal ini disebabkan karena para dokter kurang memperhatikan mencuci tangan mereka. Ia menganjurkan untuk mempergunakan chlorinated lime untuk mencuci tangan. Joseph Lister menggunakan asam karbol untuk mencegah infeksi akibat pembedahan.
Beberapa Tehnik dalam sterilisasi : A. Cara Pemanasan 1. Pembakaran • Cara pembakaran adalah cara sterilisasi yang paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Tetapi hanya terbatas pada alat-alat yang tahan api.
2. Pemanasan Kering • Pemanasan kering dilakukan dengan menggunakan oven yang panasnya antara 150 -160 o. C. Cara ini memerlukan waktu minimal 1 jam. Cocok untuk sterilisasi barang-barang yang terbuat dari logam, bahan powder, dll.
3. Pemanasan Basah • Pemanasan basah dapat dilakukan dengan cara merebus alat atau bahan yang akan disterilkan. Waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit setelah mendidih, sedangkan untuk mematikan spora bakteri bisa sampai 1 -2 jam. • Selain dengan merebus, dapat pula dilakukan dengan dikukus (alat tak langsung terkena air).
• Cara lainnya dengan menggunakan tekanan tinggi, dengan menggunakan alat yang namanya autoclaf. • autoklaf, adalah cara sterilisasi panas yang digabungkan dalam keadaan lembab dan tekanan yang tinggi. Cara ini dapat membunuh semua mikroorganisme karena suhu sekitar 121 o. C, dan tekanan 1 atm. Sistem kerja sterilisasi autoklaf adalah panas lembab, sehingga waktu yang dibutuhkan hanya 10 -15 menit. Sterilisasi ini dapat digunakan utk semua media dan alat.
4. Pasteurisasi adalah suatu metode sterilisasi untuk media atau bahan yang tidak tahan terhadap panas tinggi. Pada dasarnya cara pasteurisasi tidak membunuh semua mikroorganisme dalam satu waktu, tetapi lebih ditujukan untuk membunuh dulu mikroba patogen seperti M. tuberculosis. Cara kerja metode ini memanaskan bahan antara 63 -66 o. C selama 30 menit. Setelah proses tersebut bahan disimpan dan esoknya diulang dengan cara yang sama.
5. Ultra High Temperature (UHT), adalah suatu cara sterilisasi dengan menggunakan suhu yang sangat tinggi di atas 100 o. C, dalam waktu yang sangat singkat kurang dari 1 menit. Cara ini biasa digunakan untuk bahan atau media yang sangat tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi, karena mengandung kandungan gula yang tinggi seperti misal sari buah.
B. Cara Kimiawi 1. Yodium • Larutan yodium, baik dalam air maupun dalam alkohol, bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai entiseptik kulit sebelum proses pembedahan. • Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti amoeba yang menyebabkan disentri. • Pada konsentrasi yang tepat, Yodium tidak mengganggu kulit, namun penggunaan tinctura iodii mewarnai jaringan dan meyebabkan iritasi lokal pada kulit, dan kadang-kadang reaksi alergi.
2. Klorin • Sudah sejak lama klorin dikenal sebagai deodoran disinfektan yang sangat baik, dan dijadikan standar pengolahan air minum. • Di rumah sakit dipakai untuk mendisinfeksi ruangan-ruangan, permukaan-permukaan non bedah. Senyawa yang sering digunakan adalah halazon atau parasulfone dichloramidobenzoic acid yang pada konsentrasi 4 -8 mg/L dapat mendisinfeksi air yang mengandung Salmonella typhii dalam waktu 30 menit.
3. Alkohol • Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Alkohol akan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan merupakan pelarut lemak. • Ada tiga jenis yang digunakan, yaitu methanol, etanol dan isopropanol. Menurut ketentuan, semakin tinggi berat molekulnya, semakin meningkat pula daya bakterisidnya. • Yang dipergunakankan dalam praktek adalah larutan alkohol 70% dalam air. Sudah menjadi kebiasaan kita dalam praktek untuk menceplukan alat-alat seperti gunting, pisau, pinset, ose dll ke dalam alkohol kemudian membakarnya.
4. Fenol • Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan Lister di dalam ruang bedah sebagai germicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah. • Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya.
5. Peroksida • Hidrogen Peroksida (H 2 O 2) merupakan antiseptik yang efektif dan non toksik. Terbukti bahwa H 2 O 2 10% bersifat virusid dan sporosid. Larutan 3% biasa dipakai untuk mencuci dan mendisinfeksi luka karena mikroba-mikroba anaerob terutama sangat peka terhadap oksigen. 6. Deterjen • Deterjen merupakan senyawa organik, yang karena strukturnya, dapat berkaitan dengan air dan dengan molekul-molekul organik nonpolar. Molekul deterjen memiliki satu ujung hidrofilik yang dapat bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat. Oleh kareanya, molekul deterjen akan menempel pada permukaan bahan orgnik dengan ujung hidrofiliknya mengarah ke air.
7. Formaldehid • Formaldehid (8%) dapat diakai sebagai zat untuk sterilisasi dan efektif untuk proses disinfeksi tingkat tinggi, akan tetapi formaldehid ini bersifat toksik kuat. Oleh sebab itu penggunaannya harus berhati-hati termasuk agar tidak terhirup uapnya. 8. Glutaraldehid • Gluteraldehid, misalnya cidex dapat dipakai sebagai zat untuk sterilisasi dan efektif sebagai desinfektan. Seperti formaldehid, penggunaannya harus hati-hati termasuk penggunaan ruang yang berventilasi, menggunakan sarung tangan dan jangan terpercik larutan ini.
C. Penggunaan Saringan / Filter • - Filtrasi, microfilter : 2, 5 - 3μ/0, 22 - 0, 45 μ • - Prinsip : Cairan lewat saringan berpori (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum). Bakteri tertahan pada saringan • - Virus tidak tersaring. • - Bahan tidak tahan panas atau mudah menguap: • Vitamin, antibiotik, enzim
D. Pengeringan • Bakteri vegetatif tidak tahan kekeringan, tergantung jenis bakterinya. E. Pembekuan • Secara mendadak sampai -30 o. C. F. Sinar Ultra Violet • membunuh mikroba pada permukaan interior Safety Cabinet • sterilisasi ruangan
G. Radiasi • Gelombang elektromagnetik mempunyai berbagai macam pengaruh pada bakteri tergantung kekuatan energinya. Energi rendah menstimulir pertumbuhan, energi tinggi mutasi gen, mematikan bakteri. Sinar Gamma dan sinar x dipergunakan mensterilkan bahan plastik dan karet. H. Energi Suara : Ultrasonik
Kriteria desinfeksi yang ideal: • • • Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, p. H, temperatur dan kelembaban Tidak toksik pada hewan dan manusia Tidak bersifat korosif Tidak berwarna dan meninggalkan noda Tidak berbau/ baunya disenangi Bersifat biodegradable Larutan stabil Mudah digunakan dan ekonomis Aktivitas berspektrum luas
MIC (minimum inhibitory concentration) • Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan antimikrobial agen dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. • Metode ini mencari konsentrasi mikrobial agen terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Tehnik MIC 1. Tube dillution technique 2. Agar diffusion method Kedua teknik ini akan menghasilkan zona hambat yang ditandai dengan cairan bening atau lingkaran bening pada permukaan agar
- Slides: 27