PENGENALAN PEMELIHARAAN JLN JBT TANGGAP DARURAT Latihan Dasar
PENGENALAN PEMELIHARAAN JLN JBT & TANGGAP DARURAT Latihan Dasar Teknik 2018 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 29/10/2021
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diharapkan mampu mengenal pemeliharaan jalan 2
INDIKATOR KEBERHASILAN. Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu : • Mengenal peraturan perundangan pemeliharaan jalan; • Mengenal dasar, tujuan dan lingkup pemeliharaan jalan; • Mengenal kondisi jalan, dan penilaian kondisi jalan; • Mengenal jenis kerusakan jalan aspal dan jalan beton; • Mengenal faktor penyebab kerusakan jalan; • Mengenal penanganan tanggap darurat jalan 3
LATAR BELAKANG • Konstruksi jalan merupakan investasi modal yang cukup besar shg pemeliharaannya harus diprioritaskan karena jika diabaikan akan membutuhkan biaya rekonstruksi yang sangat besar; • Karakteristik jalan mengalami penurunan kondisi seiring dengan bertambahnya umur pelayanan; • Untuk memperlambat laju kecepatan penurunan kondisi dan untuk mempertahankan kondisi pada tingkat yang layak, maka jalan perlu dipelihara secara terus menerus; • Disadari bahwa pemeliharaan jalan bukan pekerjaan mudah; • Penyelenggara jalan pemeliharaan jalan, melaksanakannya dituntut untuk memahami tugas dan mampu merencanakan dan
PERATURAN PERUNDANGAN Undang No. 38/2004 tentang Jalan Ø Jalan adalah Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Ø Pasal 30 Ayat (1) b. penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan; Undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ø Penyelenggara Jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki Jalan yang rusak yang dapat mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas. Ø Preservasi sebagai kegiatan untuk menjaga kondisi jalan, termasuk didalamnya 29/10/2021 5 adalah pemeliharaan , rehabilitasi dan rekonstruksi jalan
I. PENDAHULUAN (con’t) Peraturan Pemerintah RI No. 34/2006 tentang Jalan Pasal 97 1) Penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya. 2) Pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan. 3) Pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi. 4) Pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan rencana pemeliharaan jalan. 29/10/2021 6
PENGERTIAN DASAR PEMELIHARAAN JALAN Pemeliharaan Jalan merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan jalan, untuk mempertahankan kondisi tetap berfungsi secara optimal melayani lalu lintas selama umur rencana. Pemeliharaan jalan : pemeliharaan perkerasan, bahu jalan, tebing (slope), saluran, bangunan struktur serta perlengkapan jalan. Lingkup Pemeliharaan jalan : pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan rehabilitasi.
Tipikal Ruang Jalan PP 34/2006 UU 38 Tahun Sumber: 2004 &Penjelasan PP 34 Tahun 2006 Tentang Jalan BAGIAN – BAGIAN JALAN (pasal 33) D 5 m A x d c a b b 1, 5 m B d c C B Catatan : A = Bangunan di luar Ruwasja C = Ruang Milik Jalan (Rumija) B = Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) D = Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) a = jalur lalu lintas b = bahu jalan c = saluran tepi d = ambang pengaman x = b+a+b = badan jalan
TUJUAN UMUM PEMELIHARAAN JALAN. a) Mempertahankan kondisi agar jalan tetap berfungsi. Untuk menjaga jalan digunakan sepanjang tahun guna melayani kebutuhan sosial ekonomi masyarakat setempat. Jalan putus/ tertutup, mengakibatkan terisolasinya masyarakat setempat, berdampak masalah sosial ekonomi dan bahkan keamanan/ integritas suatu daerah. Terbukanya jalan sepanjang waktu, kepentingan sosial ekonomi tetap berjalan lancar.
b) Mengurangi tingkat kerusakan jalan. Jalan untuk melayani lalu lintas akan mengalami penurunan kondisi seiring dengan waktu; Penurunan terus berlanjut sampai kondisi jalan rusak/ rusak berat dan tidak dapat digunakan kembali, kecuali direhabilitasi/ dikembalikan kondisinya seperti kondisi semula. Dengan pemeliharaan, laju kerusakan jalan dapat dikurangi sehingga jalan dapat melayani lalu lintas sesuai dengan umur rencananya. Penyelenggara jalan sangat berkepentingan agar umur pelayanan sesuai dengan umur rencananya.
c) Memperkecil biaya operasi kendaraan (BOK). Besarnya BOK ditentukan : jenis kendaraan, geometri jalan, dan kondisi dari jalan. Pemeliharaan jalan yang baik, tingkat kerataan dapat dipertahankan dan biaya operasi kendaraan tidak meningkat. Hasil penelitian menyebutkan, peningkatan ketidakrataan IRI 2, 5 m/km ke 4, 0 m/km, akan menaikan biaya operasi kendaraan sebesar 15%, kenaikannya sampai 10 m/km, BOK meningkat menjadi 50%. Jalan yang semakin rusak menyebabkan ketidakrataan tinggi , konsekuensi keausan ban kendaraan dan meningkatnya konsumsi bahan bakar (Richard Robinson dkk, 1998).
Hubungan tk pelayanan, umur rencana, jenis penanganan jalan 12
STRATEGI PEMELIHARAAN Agar pemeliharaan jalan menghasilkan kinerja jaringan jalan sesuai ( SPM ) Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan, Pendanaan yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif dengan hasil yang optimal, Ditetapkan beberapa strategi dengan membagi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan Rehabilitasi.
UNSUR-UNSUR JALAN YANG HARUS DIPELIHARA • • Perkerasan jalan Bahu jalan Sistem drainase Perlengkapan jalan Bangunan struktur Fasilitas jalan Lahan pada Rumija Unsur-unsur lain dari jalan
LINGKUP KEGIATAN PEMELIHARAAN 1. Pemeliharaan rutin meliputi pekerjaan perbaikan dan perawatan yang dilaksanakan secara terus menerus sepanjang tahun pada ruas jalan dlm kondisi mantap, seperti penambalan permukaan, pemotongan rumput, pembersihan saluran dan pekerjaan perbaikan guna menjaga agar jalan dalam kondisi mantap 2. Pemeliharaan Berkala meliputi pekerjaan penanganan terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dlm desain. Pekerjaan ini terdiri dari overlay pada permukaan jalan aspal termasuk perbaikan lapis permukaan 3. Rehabilitasi meliputi pekerjaan perbaikan dan pemulihan kondisi jalan yang kerusakannya tidak diperhitungkan dalam desain dan terjadi pada suatu bagian / lokasi tertentu dari ruas jalan , contoh kerusakan akibat bencana alam, banjir, longsor, dll
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN • Kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan-2 yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap; • Jalan mantap adalah jalan dengan kondisi baik atau sedang sesuai umur rencana yang diperhitungkan serta mengikuti suatu standar tertentu; • Jalan Baik, jika nilai RCI = 6, 5 -10 ; IRI =1 - 4 • Jalan Sedang, jika nilai RCI = 4, 5 - 6, 4 ; IRI = 5 – 8. 16
PEMELIHARAAN RUTIN (Pasal 18) • Lapis perkerasan jalan berpenutup aspal maupun semen, seperti penambalan lubang (patching), laburan aspal, pengisian celah/retak permukaan (sealing); • Perkerasan Jalan tanpa penutup (Jalan kerikil/tanah, seperti pembentukan kembali permukaan (GO); • Bahu jalan, seperti pengisian material bahu jalan yang tergerus dan pemotongan rumput; • Drainase jalan, seperti pembersihan saluran, agar tetap berfungsi baik saat musim hujan; • Rumaja dan Rumija, pemotongan semak, rumput dll; • Bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan. 17
PEMELIHARAAN BERKALA • Pemeliharaan jalan yang dilakukan pada periode tertentu sesuai dengan umur rencana pelayanannya, • Sifatnya mengembalikan kondisi jalan ke kondisi semula seperti ketika direncanakan.
PEMELIHARAAN BERKALA • Perbaikan permukaan perkerasan (lubang, retak, amblas dll); • Pembentukan dan/atau pelapisan ulang permukaan perkerasan campuran aspal); • Pengecatan marka jalan pada pelapisan ulang permukaan dan perbaikan pada rambu lalulintas dan perlengkapan jalan/fasilitas jalan. • Perbaikan dan /atau pembuatan sistem drainase • Perbaikan/perataan (grading operation) pada bahu jalan. • Pengecatan ulang seluruh konstruksi jembatan (pada jembatan konstruksi baja), pelapisan permukaan pada lantai kendaraan, pemeliharaan perletakan/landasan, penggantian siar muai (sambungan siar muai) • Pekerjaan grouting pada konstruksi beton yang retak. • Penggantian lantai kayu dan jalur roda kendaraan. • Pembersihan menyeluruh jembatan (agregat,
REHABILITASI • Penanganan setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, • Berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, • Agar penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.
REHABILITASI • • • • Koreksi terhadap perubahan bentuk penampang badan jalan, termasuk penambalan, levelling dan peninggian permukaan (raising). Pelapisan ulang lapisan struktural dan lapisan permukaan pada permukaan perkerasan lama. Pengecatan marka jalan pada pelapisan ulang permukaan dan perbaikan-perbaikan pada rambu lalulintas dan perlengkapan jalan/fasilitas jalan. Perbaikan tebing dan /atau pembenahan sistem drainase, terutama didaerah rawan bencana tanah longsor dan banjir. Melakukan relokasi alinyemen jalan terhadap badan jalan yang hilang akibat longsoran. Melakukan penggantian jembatan pada jembatan yang runtuh dan melakukan pemasangan jembatan sementara pada jembatan yang runtuh Perbaikan bangunan pengaman aliran sungai. Perbaikan pagar pengaman jembatan. Penggantian komponen jembatan yang rusak atau hilang Perkuatan struktur bangunan bawah atau bangunan atas jembatan. Pembersihan insidensial ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan akibat kejadian tak terduga. Upaya-upaya insidensial untuk memulhkan secepatnya kondisi jalan akibat kejadian tak terduga Pengendalian lalulintas selama pelaksanaan rehabilitasi jalan/jembatan.
Permen PU No. 13/2011 Bb VII Ps 6 • Penanganan Pemeliharaan Jalan dilakukan secara preventif dan reaktif; • Penanganan preventif, membatasi jenis, tingkat, sebaran kerusakan, menunda kerusakan lebih lanjut, mengurangi jumlah kegiatan pemeliharaan rutin, melindungi perkerasan dari pengaruh beban dan lingkungan dan mempertahankan kondisi jalan dalam tingkatan baik dan sedang sesuai dengan rencana; • Penanganan reaktif/korektif bertujuan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi
PRESERVASI JALAN • Program menggunakan institusi/organisasi dan strategi jangka panjang; • Untuk dapat meningkatkan kinerja perkerasan dengan menggunakan biaya yang efisien & efektif ; • Untuk dapat mempertahankan kondisi jalan sampai pada umur rencana ; • Serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan berlalu lintas bagi pengguna jalan.
PROGRAM PRESERVASI JALAN YANG EFEKTIF • Diutamakan pada Jalan Mantap (dengan kondisi baik/sedang), • Sebelum menunjukkan kerusakan pada permukaan jalan, dengan cara melakukan penangan an secara selektif pada saat yang tepat, • Dengan biaya yang efisien untuk memper tahankan kemantapan Kondisi jalan.
UU NO. 22 THN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN. • Pasal 23 Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan dan/atau peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
UU No. 22 Thn 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dana Preservasi Jalan Pasal 29 (1) Untuk mendukung pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar, kondisi Jalan harus dipertahankan; (2) Untuk mempertahankan kondisi Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlukan Dana Preservasi Jalan. (3) Dana Preservasi Jalan digunakan khusus untuk kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi Jalan. (4) Dana Preservasi Jalan dapat bersumber dari Pengguna Jalan dan pengelolaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KONDISI JALAN a) Definisi • Kondisi Jalan adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kinerja jaringan jalan secara umum. • Kinerja jaringan jalan dapat dinyatakan secara kualitatif, yaitu: baik; sedang; rusak ringan dan rusak berat, • Secara kuantitatif dengan mengukur kekasaran permukaan jalan (roughness) dan gabungan dengan kerusakan permukaan jalan (surface distress), • Berupa kedalaman alur (rut depth) yaitu penurunan akibat jejak roda kendaraan, retak (cracks) dan lubang (potholes) 29/10/2021 28
b) Penurunan Kondisi Jalan • Indikasinya adalah kerusakan jalan, baik kerusakan fungsional maupun kerusakan struktural, yang dapat dilihat dari bentuk dan proses terjadinya, • Kerusakan tersebut mempengaruhi nilai kekasaran pada perkerasan dan kerusakan jalan lainnya, • Akhirnya menyebabkan terganggunya kenyamanan berkendaraan (riding quality) dan meningkatnya biaya operasi kendaraan dan kemungkinan jalan tersebut tidak dapat berfungsi 29/10/2021 29 lagi.
SURVEI KONDISI DAN SURVEI EVALUASI JALAN Survei Kondisi Jalan • Untuk menentukan kondisi perkerasan pada waktu tertentu, • Menilai secara kualitatif kondisi pekerasan saat survei, bukan mengevaluasi kekuatan perkerasan, Survei evaluasi Jalan • Untuk menentukan kelayakan/kemantapan struktural perkerasan, dan mencari jawaban mengapa perkerasan kondisinya seperti sekarang, • Evaluasi perkerasan masa layanan, hal penting dalam pemeliharaan perkerasan, dimana Kondisi perkerasan ditinjau dari sudut penetapan kriteria perencanaan, dan untuk melaksanakan pemeliharaan, serta program prioritasnya. • Informasi yang diperoleh untuk menetapkan : macam studi, penilaian prioritas dan program pemeliharaan, • Survei kondisi sangat berguna untuk persiapan analisis struktural secara detail, dan untuk rehabilitasi, • • Jika area – area secara baik direferensikan dalam stasiun-stasiun, maka area yang membutuhkan pengumpulan data yang lebih intensif dapat didefinisikan 29/10/2021 Survei evaluasi mempertimbangkan lebih banyak faktor, seperti: jenis perkerasan, tebal perkerasan, kualitas material perkerasan, lalu lintas dan Iain-lain. • Survei evaluasi lebih melibatkan banyak faktor daripada survei kondisi, karena dilakukan lebih detail. 30
PENILAIAN KINERJA JALAN (PAVEMENT PERFORMANCE) Ada 3 kriteria dalam menilai kinerja perkerasan : (1) Keruntuhan/kegagalan (distress) (2) Kemampuan pelayanan ruas jalan (sevice ability) (3) Evaluasi kekuatan struktur perkerasan (1) Distress atau keruntuhan terbagi dlm : (a) Keruntuhan struktural : kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas. (b) Keruntuhan fungsional : suatu kondisi kerusakan dimana kenyamanan dan keamanan dari pengguna jalan terganggu dan biaya operasional kendaraan meningkat.
(2) Kemampuan pelayanan ruas jalan (service ability) (a) Present Serviceability Index (PSI), dikembangkan oleh AASHTO Road Test. Metode ini berbasiskan pada kekasaran permukaan aspal dan surface distress (rutting, cracking, patching), (b) Metode lainnya berbasiskan pada kekasaran permukaan jalan yang dinyatakan dalam International Roughness Index (IRI). Dikembangkan oleh International Road Roughness Experiment Brazil tahun 1982, disponsori World Bank. Present Serviceability Index (PSI) AASHTO Road Test melakukan pengukuran terhadap kondisi fisik perkerasan
International Roughness Index (IRI). Nilai roughness (kekasaran permukaan) diukur dengan menggunakan alat roughometer, sa!ah satunya adalah alat National Association of Australian State Road Authorities (NAASRA) meter. World Bank (WB) merekomendasikan untuk semua jenis alat roughness menggunakan satu variabel roughness yaitu IRI (International Roughness Index). IRI menggambarkan skala kekasaran permukaan jalan dimana skala 0 untuk permukaan yang rata, skala 6 untuk kekasaran sedang, dan skala 12 untuk tingkat kekasaran permukaan jalan yang sangat tinggi, dimana banyak lubang dan tambalan, dan skala 20 untuk kekasaran yang sangat tinggi pada jalan tanpa perkerasan.
(3) Evaluasi Kekuatan Struktur Perkerasan - Ditentukan dengan 2 cara yaitu destruktif test dan non destruktif test, - Destruktif Test → dengan membuat test pit perkerasan jalan lama → buat sampel benda uji → diuji di laboratorium, - Non destruktif Test dengan menilai deformasi beban dari struktur perkerasan dengan alat yang diletakkan diatas permukaan jalan, Benkelman Beam; Falling Weight Deflectometer (FWD) atau LWD
Pemeriksaan Kekuatan Perkerasan – Falling Weight Deflectometer – Benkelman Beam 35
PENENTUAN NILAI RCI DITINJAU BERDASARKAN JENIS PERMUKAAN DAN KONDISI SECARA VISUAL JENIS PERMUKAAN KONDISI DITINJAU SECARA VISUAL NILAI RCI 1. Jalan tanah dengan drainase yang jelek dan semua tipe permukaan yang tidak diperhatikan sama sekali Tidak bisa dilalui 0– 2 2. Semua tipe perkerasan yang tidak diperhatikan sejak lama (4 -5 tahun atau lebih) Rusak berat banyak lubang dan seluruh daerah perkerasan 2 -3 3. P. M lama dst……. . (lihat pada hal. 11) P. M lama Latasbum lama batu krikil Rusak bergelombang banyak lubang 3 -4 4. P. M setelah pemakaian 2 tahun Latasbum lama batu krikil Agak rusak kadang-kandang ada lubang permukaan tidak rata 4 -5 5. Pen. Macadam baru. Latasbum baru, Lasbutag setelah pemakaian 2 tahun Cukup tidak ada atau sedikit sekali lubang permukaan jalan agak tidak rata 5 – 6 6. Lapis tipis lama dari Hotmix, Latasbum baru, Lasbutag baru Baik 6 -7 7. Hotmix setelah 2 tahun. Hotmix tipis diatas P. M Sangat baik umumnya rata 7 -8 8. Hotmix baru (Latas, Laston) (Peningkatan dengan menggunakan lebih dari 1 lapis). Sangat rata dan teratur 9 -10 Catatan : Pm Penetrasi Macadam
II. JENIS PERKERASAN Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku (Flexible Pavement) (Rigid Pavemet) Bahan Pengikat Aspal Bahan Pengikat Semen Aspal Lean concrete LPA LPB Tanah dasar 29/10/2021 Beton Semen Notes: ü Flexible : Asphaltic Concrete ü Rigid : Cement Concrete 37
III. JENIS PENANGANAN JALAN 1. Pemeliharaan Rutin 2. Pemeliharaan Periodik 3. Rekonstruksi / Peningkatan Pemeliharaan Rutin (routine maintenance) Ø Penanganan pemeliharaan rutin digunakan pada jalan mantap, yaitu jalan dengan kondisi baik dan kondisi sedang. Ø Survey dilakukan dengan menggunakan Manual Survei Kondisi Jalan untuk Pemeliharaan Rutin; Ø Penentuan teknologi Pemeliharaan Rutin mengacu kepada Manual Perbaikan Standar untuk Pemeliharaan Rutin. Ø Penyusunan rencana kerja sebagai panduan pelaksanaan dan perencanaan program tahun mendatang; Ø Penyusunan Nilai IKU (Indikator Kinerja Utama) sebagi input Kontrak 29/10/2021 Kinerja 38
III. JENIS PENANGANAN JALAN (con’t) Pemeliharaan Periodik (periodic maintenance) Ø Dilakukan pada Jalan dengan Kondisi Rusak Ringan; Ø Umumnya pada kondisi jalan yang tidak mengalami kerusakan secara struktural Ø Perlu dilakukan survei detail, yaitu survei fungsional dan struktural (disesuaikan dengan kebutuhan perencananaan DED) Rekonstruksi / Peningkatan Ø Dilakukan pada Jalan dengan kondisi Rusak Berat Ø Umumnya pada kondisi jalan yang mengalami kerusakan secara struktural Ø Perlu dilakukan survei detail, yaitu survei fungsional dan struktural (disesuaikan dengan kebutuhan perencananaan DED) 29/10/2021 39
KERUSAKAN JALAN (1) Kerusakan Struktural Kerusakan struktur jalan, sebagian atau keseluruhan, menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu mendukung beban lalu lintas, perlu perkuatan struktur perkerasan atau perbaikan kembali lapisan perkerasan yang ada. (2) Kerusakan Fungsional Menyebabkan terganggunya fungsi jalan, dimana berhubungan atau tidak dengan kerusakan struktural. Kerusakan fungsional, perkerasan masih mampu menahan beban, namun tidak memberikan tingkat kenyamanan dan keamanan yang diinginkan. Untuk itu lapisan permukaan perkerasan harus dirawat agar permukaan kembali baik.
PENYEBAB KERUSAKAN (1) Faktor Lalu Lintas Ditentukan antara lain oleh beban kendaraan, distribusi beban kendaraan pada lebar perkerasan, pengulangan beban lalu lintas dan lain sebagainya. Damage Factor (daya rusak) kendaraan biasanya dinyatakan terhadap daya rusak kendaraan standar beban 8, 16 ton. Untuk kendaraan dengan beban lainnya, daya rusak kendaraan tersebut terhadap daya rusak kendaraan beban standar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
dimana: P = Beban sumbu. DF Faktor = daya rusak kendaraan (Damage Factor) atau sering disebut dengan faktor ekivalensi. Persamaan tersebut di atas menunjukkan bahwa daya rusak suatu beban as meningkat secara eksponensial apabila beban ditambah. Sehingga apabila suatu beban as tunggal dinaikkan dari 8. 160 kg menjadi 16320 kg (kurang lebih 2 kalinya) maka kerusakkan pada jalan yang akan terjadi adalah menjadi 16 kalinya. Dengan adanya pertambahan volume beban lalu lintas yang ekponensial tersebut maka akan mempercepat terjadinya kerusakan dan umur rencana dari perkerasan tidak akan tercapai.
q Konfigurasi Beban Standar untuk beberapa konfigurasi sumbu sbb : 5. 3 Ton Single Axle, Single Wheel 8. 16 Ton Single Axle, Dual Wheels 18. 0 Ton Double Axles, Dual Wheels 21. 0 Ton Triple Axles, Dual Wheels 43
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN (VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA) q adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan ini tidak linier, melainkan exponensial sbb: 4 Beban Sumbu Kendaraan VDF = Beban Sumbu Standar P 4 P=6 T, VDF = 1. 6425 5. 3 P 8. 16 4 P=10 T, VDF = 2. 2555 44
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN (VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA) VDF = P 15 4 = P 8, 16 4 X 0, 266 P=18 T, VDF = 2. 0362 VDF = P 18 4 = P 8, 16 4 X 0, 028 P=21 T, VDF = 2. 3248 q Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel menjadi 2 kali Beban Standar, akan mengakibatkan pertambahan daya rusak sebanyak 16 kali. Jika Beban sumbu menjadi 3 kali, maka daya rusak menjadi 81 kali. 45
(2) Faktor Non Lalu Lintas Faktor non lalu lintas, memberikan pengaruh yang besar dalam kerusakan jalan. Faktor non lalu lintas tersebut adalah: bahan perkerasan, pelaksanaan pekerjaan, dan lingkungan (cuaca). Terjadinya kerusakan akibat faktor-faktor non lalu lintas ini dapat disebabkan oleh: (i) (iii) (iv) (vi) Kekuatan tanah dasar dan material perkerasan; Pemadatan tanah dasar dan lapis perkerasan; Faktor pengembangan dan penyusutan tanah dasar; Kedalaman muka air tanah; Curah hujan; Variasi temperatur sepanjang tahun.
V. RINGKASAN PENYEBAB KERUSAKAN Ø Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repitisi beban. Ø Air, yang dapat berasal dari air hujan, system drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat sifat kapilaritas. Ø Material konstruksi perkerasan, dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh mekanisme pengolahan bahan yang tidak baik. Ø Iklim tropis, suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi. Ø Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, dimungkinkan disebabkan oleh system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya yang memang jelek dan proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik. 29/10/2021 47
Mekanisme Kerusakan • Akibat beban kendaraan, pada setiap perkerasan terjadi tegangan dan regangan. lapis • Pengulangan beban mengakibatkan retak lelah pada lapis beraspal serta deformasi pada semua lapisan. • Cuaca mengakibatkan lapis beraspal menjadi rapuh (getas) sehingga makin rentan terhadap terjadinya retak dan disintegrasi (pelepasan). • Bila retak sudah mulai terjadi, luas dan keparahan retak akan berkembang cepat hingga akhirnya terjadinya lubang.
• Adanya retak memungkinkan air masuk ke perkerasan sehingga mempercepat deformasi dan memungkinkan penurunan kekuatan geser dan perubahan volume. • Deformasi kumulatif pada jejak roda terjadi dalam bentuk alur pada permukaan, sedangkan perbedaan deformasi mengakibatkan ketidakteraturan bentuk atau distorsi profil yang dikenal sebagai ’ketidakrataan’ (roughness). • Besarnya ketidakrataan ini menunjukkan gambaran kondisi perkerasan, dan biasanya digunakan menghitung biaya operasi kendaraan.
JENIS KERUSAKAN ASPAL A. Retak (Cracking) Ø Retak adalah suatu gejala kerusakan/pecahnya permukaan perkerasan sehingga menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan di bawahnya. Ø Retak merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/parah suatu kerusakan. Ø Sesuai polanya, kerusakan berupa retak dapat dikelompokkan menjadi beberapa type: Retak buaya (crocodile crack) Retak yang mempunyai celah lebih besar atau sama dengan 3 mm; saling berangkai membentuk serangkaian kotak kecil menyerupai kulit buaya. 29/10/2021 50
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Retak Bercabang/Berliku (Meandering Cracks) Sesuai dengan namanya retak ini berbentuk tidak beraturan berkelok seperti meander. Retak ini umumnya terdiri atas satu celah. 29/10/2021 Retak Memanjang (Longitudinal Cracks) Sesuai dengan namanya, retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar. 51
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Retak Memanjang (Longitudinal Cracks) Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar. 29/10/2021 Retak Diagonal (Diagonal Cracks) Sesuai dengan namanya, retak ini berbentuk diagonal pada perkerasan jalan. Penyebab Utama : Perambatan dari retak susut yang terjadi pada lapisan perkerasan dibawahnya 52
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Retak Blok (Block Cracks) Retak ini berbentuk blok pada perkerasan jalan. Retak ini umumnya terjadi pada lapisan tambahan (overlay), yang menggambarkan pola retakan perkerasan di bawahnya. Ukuran blok umumnya lebih dari 200 mm x 200 mm. Penyebab utama : Perambatan dari retak susut yang terjadi pada lapisan perkerasan dibawahnya 29/10/2021 Retak Bulan Sabit (Slipage Cracks) Istilah lain yang biasanya digunakan untuk menyebutkan jenis retak ini adalah retak parabola atau shear cracks. Bentuk retak ini menyerupai lengkung bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil yang disertai beberapa retak. Retak ini kadang terjadi bersamaan dengan terjadinya kerusakan sungkur (shoving) 53
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) B. Perubahan Bentuk (Deformation) Kerusakan perkerasan jalan yang berupa perubahan bentuk ini (Deformation) dikenal juga dengan istilah Distorsion. Kerusakan ini menyebabkan perubahan bentuk permukaan perkerasan dari bentuk aslinya. Perubahan bentuk ini dapat terjadi akibat dari beban lalu lintas, pengaruh lingkungan/cuaca dan lemahnya tanah dasar Kerusakan berupa deformasi dapat dibedakan atas : alur (rutting), keriting (corrugation), sungkur (shoving), amblas (deppression) dan jembul (upheavel). 29/10/2021 54
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Rutting (Alur) Istilah lain yang digunakan untuk menyebutkan jenis kerusakan ini adalah longitudinal ruts, atau channels/rutting. Bentuk kerusakan ini terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan dan berbentuk alur. 29/10/2021 Keriting (corrugation) : salah satu kerusakan deformasi plastis pada lapisan permukaan perkerasan yang tidak memenuhi spesifikasi, berbentuk gelombang arah memanjang, akibat beban statis atau gaya rem kendaraan. 55
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Penurunan/ ambles (depression) Bentuk: permukaan turun dengan kedalaman lebih besar dari 2 cm, kadang terdapat retak. Sifat: dapat menampung air, mengurangi kenyamanan berkendaraan, dapat membahayakan pengguna jalan, dapat berkembang menjadi berlubang (pot holes). Penyebab: penurunan pada lapisan di bawah permukaan baik pada subbase maupun pada subgrade akibat kurangnya kepadatan pada lapisan tersebut. 29/10/2021 Sungkur (Shoving) Kerusakan ini membentuk jembulan pada lapisan aspal. Kerusakan biasanya terjadi pada lokasi tertentu dimana kendaraan berhenti pada kelandaian yang curam atau tikungan tajam. Kerusakan umumnya timbul di salah satu sisi jejak roda 56
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) C. Cacat Permukaan (Surface Defect) Kerusakan ini sering disebut dengan istilah Disintegration. Kerusakan ini terjadi sebagai akibat pecahnya lapisan permukaan menjadi fragmen kecil Lubang (Potholes) Berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan meresapkan air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat retakan, atau di daerah yang drainasenya kurang baik 29/10/2021 Delaminasi (Delamination) Istilah lain: peeling, surface lifting, atau seal break. Kerusakan ini terjadi pada perkerasan yang telah dilapis ulang (overlay), dapat setempat atau meluas. Bentuk kerusakan yang terjadi adalah terkelupasnya lapisan permukaan yang ada (hasil overlay) dengan lapisan permukaan 57 yang lama
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Pelepasan Butir (Ravelling) Dikenal juga dengan istilah Fretting. Kerusakan ini berupa terlepasnya sebagian butiran agregat pada permukaan perkerasan yang umumnya terjadi secara meluas. Kerusakan ini biasanya dimulai dengan terlepasnya material halus dahulu yang kemudian akan berlanjut terlepasnya material yang lebih besar (material kasar 29/10/2021 Pengelupasan Butir (Stripping) Istilah lain dari jenis kerusakan ini adalah Scabing atau Pop outs. Jenis kerusakan ini hampir sama dengan Ravelling, yang membedakannya adalah pada Stripping pelepasan tersebut hanya pada butir materialnya 58
VI. JENIS KERUSAKAN (con’t) Pengausan (Polished Agregate) Yaitu kerusakan pada permukaan perkerasan aspal dimana pada permukaan tersebut butiran agregat terlihat ‘telanjang’ dan permukaan agregat nya menjadi halus/licin atau kadang terlihat ‘mengkilap’. 29/10/2021 Kegemukan (bleeding) naiknya aspal ke permukaan karena kelebihan kadar aspal, sehingga permukaan perkerasan jalan terlihat licin, mengkilat, dan bila dilalui roda kendaraan akan tampak bekas roda ban. 59
Tab Jenis Kerusakan Perkerasan lentur (aspal) MODUS JENIS Retak Retak Retak Deformasi Cacat Permukaan CIRI Memanjang searah sumbu jalan Melintang tegak lurus sumbu jalan Tidak berhubungan dgn pola tdk jelas Membentuk parabola atau bulan sabit Membentuk poligon, spasi jarak > 300 mm Membentuk poligon, spasi jarak < 300 mm Alur Keriting Amblas Sungkur Penurunan sepanjang jejak roda Penurunan regular melintang, berdekatan Cekungan pada lapis permukaan Peninggian lokal pada lapis permukaan Lubang Delaminasi Pelepasan butiran Pengausan Kegemukan Tambalan Gerusan tepi Penurunan tepi Tergerusnya lapisan aus di permukaan perkerasan berbentuk seperti mangkok. Terkelupasnya lapisan tambah pd perkerasan lama. Lepasnya butir-butir agregat dari permukaan Ausnya batuan sehingga menjadi licin Pelelehan aspal pada permk perkerasan Perbaikan lubang pada permkn perkerasan Lepasnya bagian tepi perkerasan Penurunan bahu jalan dari tepi perkerasan Cacat Tepi Perkrasn memanjang melintang tidak beraturan selip blok buaya
IX. PERKERASAN KAKU Ø Struktur terdiri dari pelat beton semen menerus atau bersambung terletak diatas lapis pondasi atau tanah dasar Ø Pelat beton sangat kaku, menyebarkan beban pada bidang yang luas sehingga tegangan pada lapisan dibawahnya rendah Ø Daya dukung pekerasan beton terutama didapat dari pelat beton bukan dari lapisan pondasi Jenis Perkerasan Beton Semen Ø Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan ( 4 – 5 Meter) Ø Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan ( 8 – 15 meter) Ø Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan ( sesuai kemampuan pelaksanaan) Ø Perkerasan beton semen pra-tegang 29/10/2021 61
JENIS-JENIS PERKERASAN KAKU - Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed unreinforced/plain concrete pavement); - Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed reinforced concrete pavement); - Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuously reinforced concrete pavement); - Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed concrete pavement).
IX. PERKERASAN KAKU (con’t) Keuntungan Perkerasan Beton Semen Ø Ketebalan konstruksi yg lebih tipis dibanding jalan aspal untuk lalu lintas dan tanah dasar yg sama Ø Cocok untuk daerah dgn kelandaian yg curam dan beban statis misalnya terminal dan persimpangan Ø Tidak terlalu peka terhadap beban berlebih Ø Tidak terlalu peka terhadap keterlambatan pemeliharaan Ø Mempunyai kekesatan yg tinggi Ø Biaya pemeliharaan selama umur rencana yg rendah Ø Bisa digunakan untuk pelapisan ulang Kendala Pada Perkerasan Beton Semen Ø Diperlukan waktu untuk pembukaan lalu lintas Ø Masalah penurunan kekesatan permukaan Ø Kurangnya kenyamanan Ø Kesulitan dalam perbaikan pelat, bila ada kerusakan 29/10/2021 63
IX. PERKERASAN KAKU (con’t) Keuntungan Perkerasan Beton Semen Ø Ketebalan konstruksi yg lebih tipis dibanding jalan aspal untuk lalu lintas dan tanah dasar yg sama Ø Cocok untuk daerah dgn kelandaian yg curam dan beban statis misalnya terminal dan persimpangan Ø Tidak terlalu peka terhadap beban berlebih Ø Tidak terlalu peka terhadap keterlambatan pemeliharaan Ø Mempunyai kekesatan yg tinggi Ø Biaya pemeliharaan selama umur rencana yg rendah Ø Bisa digunakan untuk pelapisan ulang Kendala Pada Perkerasan Beton Semen Ø Diperlukan waktu untuk pembukaan lalu lintas Ø Masalah penurunan kekesatan permukaan Ø Kurangnya kenyamanan Ø Kesulitan dalam perbaikan pelat, bila ada kerusakan 29/10/2021 64
X. KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU A. KERUSAKAN PADA STRUKTUR PERKERASAN Blow up (Buckling) Pergerakan pelat beton keatas/kebawah pada seluruh lebarnya karena hilangnya dukungan tanah dasar atau kurangnya ruang cadangan untuk muai susut pada sambungan antar pelat beton semen Perbaikan : ü Seluruh pelat diganti ü tanah dasar diganti dan di tambal material yang disukai untuk mengembalikan kekuatan 29/10/2021 semula Rusak Sudut (Corner Break) Bagian sudut dari pelat beton yang paling lemah adalah sudut dan tepi pelat, retak ini akan menyebar ke arah lebih parah Perbaikan Kalau masih sedikit bisa diisi dengan sealant atau material joint, kalau terlalu besar dibongkar dan diganti dengan yang baru. 65
X. KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU Dowel rusak Faulting (pelat sama tinggi bersebelahan tidak Pelat beton tidak sama fungsi dengan kedudukan pelat beton sebelahnya biasanya terjadi pada sambungan tanpa dowel. Biasanya pelat berikutnya lebih tinggi dari pelat depannya. 29/10/2021 Perbaikan: ganti yg baru Retak sambungan (joint transfer cracks) Retak yang terjadi akibat dowel (joint tranfer system) tidak berfungsi baik (bengkok, tidak lancar bergerak) atau karatan Perbaikan: ganti yg baru 66
X. KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU Kerusakan Tambalan Beton semen yang terlepas (spalling) biasanya ditambal dengan beton aspal, bukan saja tampak kurang baik tapi juga sering gampang rusak. Perbaikan: Ditambal dengan material yang lebih kuat (super joint, friction). 29/10/2021 Retak Membelah Pelat (limer cracking) Retak yang melintang atau membujur pelat, berawal dari satu, bertambah secara bertahap. Perbaikan : Ditambal lagi dengan material yang lebih kuat (super joint, friction). 67
X. KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU Perbaikan : Grooving (kurang efektif cepat menjadi licin kembali). Lapis dengan beton aspal tipis (15 s/d 30 mm) dengan spesifikasi aspal modifikasi Titik lembek tinggi dan kelengketan tingggi dan gradasi terbuka, menggunakan tack coat jenis non ionic. Permukaan Licin (polished surface) Permukaan beton semen setelah sekian lama dioperasikan menjadi licin karena terasah oleh roda/ban lalulintas disamping mutu agregat dan campuran semennya juga mungkin menjadi penyebabnya 29/10/2021 68
A. KERUSAKAN PADA PENDUKUNG STRUKTUR PERKERASAN Pumping (air terperas keluar) Perbaikan; ü Segera diisi dengan material penambal celah yang sesuai dan terbukti handal. ü Apabila masih terjadi juga, perbaikan diulang dengan diawali grouting (ansemen) pada celah. Biasanya terjadi awalnya pada sambungan pelat, akibat terobosan air disambungan (material penutup celah kurang berfungsi) mencapai subgrade, tanah dasar menjadi lumpur dan terperas keluar akibat gaya hidrostatik dari beban lalulintas 29/10/2021 ü Apabila tidak berhasil juga, perlu dibongkar dan diulang kembali pengecoran pelat beton setelah memperkuat tanah dasar. Kerusakan Pada persambungan 69
FUNGSI DRAINASE PADA PERKERASAN 1) 2) 3) 4) Membuang air di permukaan struktur jalan. Menurunkan muka air tanah. Mereduksi tekanan hidrostatis. Mencegah erosi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Inspeksi Periodik Saluran Drainase Permukaan 2. Membersihkan Parit Samping 3. Menutup Area Genangan 4. Memeriksa Aliran Air Lewat Gorong-gorong
SELESAI
- Slides: 72