PENGANTAR DISKUSI PEMUDA ADAT DALAM KONTEKS PEMAJUAN KEBUDAYAAN
PENGANTAR DISKUSI PEMUDA ADAT DALAM KONTEKS PEMAJUAN KEBUDAYAAN Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementarian Pendidikan dan Kebudayaan
Pemuda Adat Dalam perspektif Kuantitatif, Pemuda pada suatu Komunitas/Masyarakat merujuk pada keberadaan Sumber Daya Manusia pada rentang Usia tertentu, yang dianggap Produktif, Aktif, Dinamis dan mampu melakukan Mobilitas. Sudut pandang Kualitatif, Pemuda pada Komunitas/Masyarakat merujuk pada keberadaan Sumber Daya Manusia yang (diharapkan) mampu menjalankan suatu peran bagi Komunitas/Masyarakat: Ø Sebagai Penerus Eksistensi. Pemuda merupakan agen transisi bagi nasib keberlanjutan masyarakat. Baik dari segi jumlah warga, keberlanjutan identitas budaya dan kualitas kehidupan masyarakat. Ø Sebagai Kreator dan Konsumen Budaya. Pemuda merupakan agen transisi bagi nasib peradaban masyarakat. Pemuda melakukan kreasi, inovasi, adaptasi dan perubahan kebudayaan pada masyarakat sesuai jaman dan lingkungan. Ø Sebagai Penyaring Budaya. Pemuda merupakan agen transisi bagi nasib identitas budaya (nilai, norma) pada masyarakat. Pemuda mampu mempelajari, memilah-memilih, menjembatani keterpaduan aspek-aspek internal-eksternal, horisontal-vertikal, Keberadaan (Kuantitatif dan Kualitatif) Pemuda pada Masyarakat Adat tidak jauh berbeda dengan pemuda pada masyarakat yang lain. Dalam lingkup Pemajuan Kebudayaan, Pemuda Adat memiliki beberapa hal yang lebih spesifik, yang membedakan dengan yang lain: Ø Pemuda Adat memiliki Latar Belakang (lahir, tumbuh dan berkembang dalam) Ekosistem sumber Keragaman Kebudayaan. Ø Pemuda Adat memiliki Modal Kultural berupa Obyek Pemajuan Kebudayaan: Tradisi Lisan; Manuskrip; Adat Istiadat; Ritus; Pengetahuan Tradisional; Teknologi Tradisional; Seni; Bahasa; Permainan Rakyat; dan Olahraga
Terhadap Latar Belakang dan Modal Kultural tersebut, Pemuda Adat memiliki kewajiban untuk melakukan Pemajuan Kebudayaan pada Ekosistem Kebudayaan Masyarakat Adat secara langsung. 1. Pelindungan: Menjaga keberlanjutan kebudayaan dengan cara inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan, dan publikasi Obyek Pemajuan Kebudayaan yang ada di komunitas; 2. Pengembangan: Menghidupkan ekosistem kebudayaan dalam komunitas serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan Kebudayaan yang dimiliki oleh komunitas; 3. Pemanfaatan: Mendayagunakan Objek Pemajuan Kebudayaan yang dimiliki oleh komunitas untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional; 4. Pembinaan: Memberdayakan sumber daya manusia, lembaga dan Pasal 24: a) Menjaga nilai keluhuran dan kearifan Objek Pemajuan Kebudayaan; b) Menggunakan Objek Pemajuan Kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari; c) Menjaga keanekaragaman Objek Pemajuan Kebudayaan; d) Menghidupkan dan menjaga ekosistem Kebudayaan untuk setiap Objek Pemajuan Kebudayaan; dan e) Mewariskan Objek Pemajuan Kebudayaan kepada generasi berikutnya.
Pemuda Adat Kembali ke “Asal” Gerakan Kembali ke “Asal” bukan merupakan jalan “Sunyi” atau jalan “Orang yang Kalah”. Pemuda dari berbagai latar belakang, secara mandiri kembali ke desa atau pulang kampung. Gerakan Kembali ke “Asal” bukan jalan “Tabu” atau “Tidak Bermakna”. Pemuda dari berbagai latar belakang, kembali ke adat, kembali ke desa, pulang kampung, untuk memberikan sesuatu bagi lingkungan asalnya. Gerakan Kembali ke “Asal” merupakan kesadaran yang tumbuh sebagai respon untuk menciptakan keseimbangan, sesuai dengan perkembangan jaman saat ini. Ø Pola pikir pada pekerjaan ekstraksi dan jasa, yang seolah semakin melupakan peran penting pekerjaan yang menghasilkan bahan pangan. Ø Ekspansi sedentasi dan industri ekstraksi mendesak kondisi dan keseimbangan alam dalam batas wajar. Ø Nasib Masyarakat Adat yang semakin ditinggalkan. Justru menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara mendasar dibangun atas dasar keragaman budaya.
Pemuda Adat, Pendidikan (Masyarakat) Adat dan, Pemberdayaan Masyarakat Adat Pada beberapa Masyarakat Adat, Pemuda Adat yang kembali ke “Asal”, Masyarakat Adat, Bagi Pendidikan merupakan cara pertama dan utama dalam upaya: 1. Mewariskan (transmisi dan internalisasi) pengetahuan tradisional; 2. Mengembangkan (inovasi, kreasi) teknologi tradisional; 3. Menjawab kerentanan secara mandiri dan berdaulat; 4. Menciptakan strategi adaptasi komunal yang sesuai adat dan kebutuhan (perubahan lingkungan, wabah, bencana alam, dll); 5. Melestarikan eksistensi telah menggerakkan Pendidikan (bagi Masyaarakat) Adat di wilayah masing -masing: 1. Pendidikan pada masyarakat adat berjalan sesuai dengan kondisi di masing-masing masyarakat adat. • Transmisi pengetahuan dasar. • Transmisi pengetahuan (terapan) kontekstual. 2. Ruang pendidikan yang dijalankan bersifat mandiri, dan atau diinisiasi oleh lembaga-lembaga non pemerintah. • Menjadi satu dengan lembaga pendidikan. • Melengkapi (ekstrakulikuler) pada lembaga pendidikan. • Diluar lembaga pendidikan. 3. Tenaga pengajar dalam proses pendidikan pada masyarakat adat bersifat sukarela (nirlaba, non profit) • Internal masyarakat adat. • Lembaga non pemerintah. • Guru yang berlatar belakang masyarakat adat.
- Slides: 6