Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Nurul Khasanah M Psi
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Nurul Khasanah, M. Psi. , Psikolog
Definisi Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran & Rizzo, dalam Mangunsong 2014).
Definisi • Anak-anak yang memiliki disabilitas namun dapat diterima dalam sistem pendidikan umum, yaitu suatu pendidikan yang dirancang khusus untuk membantu siswa berkebutuhan khusus mencapai potensi pembelajaran mereka (Friend, 2011). • Terdapat 13 kategori disabilitas yang dapat menerima pelayanan pendidikan khusus, yaitu: kesulitan belajar spesifik, disabilitas fisik, gangguan bicara dan bahasa, gangguan kesehatan yang lain, ketidakmampuan belajar, Autism, gangguan emosional, traumatic brain injury, buta/tuli, multiple disabilities, gangguan penglihatan, keterlambatan perkembangan, dan gangguan pendengaran.
Sejarah • Sebelum Kristus, anak 2 cacat disia-siakan & diperlakukan dengan buruk. • Masa Renaissance & Reformasi penyandang cacat diperlakukan sebagai orang yang kemasukan roh jahat, sehingga mereka diikat & dipasung. • Abad 16, RS di Paris menyediakan penanganan bagi penderita gangguan emosional. Manual abjad pertama bagi orang tuli dikembangkan. • John Locke menjadi orang pertama yang membedakan antara keterbelakangan mental & gangguan emosional. • Abad ke 18, Jean Marc Itard (WN Prancis) mulai meneliti metode pendidikan anak luar biasa. Penelitiannya tentang kasus “anak serigala” yang tidak berbusana & beradab. Hasil penelitian sebagai awal melatih anak cacat mental. • Penelitian Itard, memengaruhi tokoh lain di Amerika yang mendapat kasus seperti: Hellen Keller, Laura. • Selanjutnya, berdiri Sekolah Perkins untuk anak buta di Boston Massachusetts, American Association on Mental Deficiency.
Sejarah • Tes Inteligensi Binet dikembangkan & dipublikasikan tahun 1908 untuk menemukenali anak cacat mental. • Metode Maria Montessori diterbitkan tahun 1912. • 1950 -1970 terjadi kasus-kasus yang dibawa sampai ke Pengadilan akibat orang tua yang anaknya diperlakukan tidak adil dalam pendidikan. • Tahun 1975 Pemerintah Amerika mengeluarkan UU No 94 -142: The Education for All Handicapped Children Act. • Tahun 1990 di Chapter 11, Section 504 tentang The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) pendidikan individu berkebutuhan khusus mendapat perhatian yang terarah.
ABK di Indonesia q. Landasan Yuridis: • UUD 1945 Pasal 31, • UU No. 20 tahun 2003; Pasal 32 ayat 1, ayat 2. • Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3; Pasal 5 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4. q. Istilah masih berubah: penyandang cacat, handicap, anak luar biasa, berkebutuhan khusus, & difable (different ability)
Istilah-Istilah • Impairment (kerusakan), biasanya dikaitkan dengan kondisi medis atau organis, adanya penyakit atau kerusakan dari suatu jaringan. Misal, Cerebral Palsy, Down Syndrom, tuli. • Disability (kekhususan), konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh. Misal: tidak ada tangan atau kelumpuhan membuat seseorang menggunakan kursi roda. • Handicapped (ketidakmampuan), konsekuensi sosial atau lingkungan dari kekhususan. Misal: anak buta tidak mampu melakukan perjalanan jauh dibandingkan anak normal, tetapi ia dapat melakukan perjalanan di daerah yang sudah dikenalnya.
Istilah-Istilah • Prinsip normalisasi: kehidupan sehari-hari seperti anak normal. • Mainstreaming: siswa berkebutuhan khusus mengikuti pelajaran seperti anak reguler. • Integrasi: kehadiran ABK di sekolah normal, walaupun belajar di sekolah khusus. Misal: pagi di kelas khusus, siang hari dengan siswa umum. • Inklusif: sekolah menyediakan kebutuhan bagi semua individu yang ada di dalam komunitasnya, tanpa memandang tingkat kemampuan & ketidakmampuan.
- Slides: 8