PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT A PENDAHULUAN Aplikasi konsepkonsep bakat
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
A. PENDAHULUAN • Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada lapangan pendidikan • Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT • Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Taiwan) dan di Indonesia • Anak berbakat • Identifikasi anak berbakat • Model identifikasi • Layanan pendidikan anak berbakat
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia D 1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS. D Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk mengidentifikasi anak berbakat. D Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia D Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat: a. Tingkat Nasional b. Tingkat Swasta Untuk penjaringan anak berbakat dengan: a. Akselerasi b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia D Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. D Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini: a. Gifted dalam kemampuan umum b. Gifted dalam bakat akademik c. Gifted dalam talent khusus
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia D Indonesia. 1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu 1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat. Prosesnya: 1. Penjaringan umum 20 -25 % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ. 2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar. 1989, UU No. 2/1989 (Sisdiknas) ps 8: ”Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak Berbakat § Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty) § Gifted (berbakat): 1. memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2. memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali. § Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat) (sumber: Chaplin, 1995).
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat § Penjaringan Anak Berbakat. A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994). B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120 -137 (moderately gifted) C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat § Penyaringan Anak Berbakat Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang. Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)
- Slides: 10