PENDEKATAN TERPADU PENGANTAR q Dalam ilmu administrasi dikenal

  • Slides: 20
Download presentation
PENDEKATAN TERPADU

PENDEKATAN TERPADU

PENGANTAR q Dalam ilmu administrasi dikenal bermacam teori yang berhubungan dengan kekuasaan, motivasi, perilaku,

PENGANTAR q Dalam ilmu administrasi dikenal bermacam teori yang berhubungan dengan kekuasaan, motivasi, perilaku, kepemimpinan, pertumbuhan organisasi , . . dll q Kebanyakan teori-teori tersebut diurai sebagai konsep yang berdiri sendiri yang tidak ada hubungannya satu sama lain q Pendekatan terpadu adalah usaha memadukan berbagai teori administrasi ke dalam pendekatan kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchad

Perpaduan Teori Motivasi Jenjang Kebutuhan, dengan TKS Sari teori Motivasi Jenjang Kebutuhan Maslow: 1.

Perpaduan Teori Motivasi Jenjang Kebutuhan, dengan TKS Sari teori Motivasi Jenjang Kebutuhan Maslow: 1. Manusia adalah mahluk yang berkeinginan. Dia selalu ingin, dan ingin lebih banyak. Proses ini tiada mengenal henti. 2. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka akan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku, dan akan digantikan oleh kebutuhan yang belum terpenuhi. 3. Kebutuhan manusia tersusun dalam 5 tingkatan, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi yaitu : physiological need, safety need, social need, esteem need dan self actualization need 9/30/2020 3

Tingkatan Kebutuhan Maslow 1. 2. 3. 4. 5. Kebtuhan fisik ( Physiological needs), Kebutuhan

Tingkatan Kebutuhan Maslow 1. 2. 3. 4. 5. Kebtuhan fisik ( Physiological needs), Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar, yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan ini akan muncul mengutama lebih dahulu dibanding kebutuhan yang lain. Kebtuhan rasa aman ( Safety needs), terdiri dari kebutuhan yang bersifat materiil (mis. sandang, rumah), semi materiil (mis. JHT, asuransi), dan non materiil (mis. tempat kerja aman, bebas PHK). Kebutuhan sosial ( Social needs), yaitu kebutuhan menerima dan diterima dalam kelompok. Kebutuhan penghargaan (esteem needs) adalah Actualisasi dir kebutuhan untuk menghormati dan dihormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, Penghargaan pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, dll Sosial Kebutuhan aktualisasi diri ( Self actulization Rasa aman needs), yaitu kebutuhan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. fisiologis 9/30/2020 Motivasi (contens Theory) M. Judi Mukzam 4

Sari Teori Kepemimpinan Situasional (TKS) n TKS menempatkan tingkat kematangan bawahan, sebagai faktor situasional.

Sari Teori Kepemimpinan Situasional (TKS) n TKS menempatkan tingkat kematangan bawahan, sebagai faktor situasional. 1. 2. 3. 4. n TKS menggunakan perpaduan dua gaya dasar yaitu Perilaku Tugas dan Perilaku Hubungan. 1. 2. 3. 4. n Tingkat kematangan rendah (M 1 Tingkat kematangan rendah ke madya (M 2) Tingkat kematangan madya ke tinggi (M 3) Tingkat kematangan tinggi (M 4) Gaya 1 Telling (tugas tinggi, hubungan rendah). Gaya 2 Selling, (tugas tinggi, hubungan tinggi). Gaya 3 Participating, (Hubunga tinggi, tugas rendah) Gaya 4 Delegating, (tugas rendah, hubungan rendah) Perpaduan antara teori motivasi Maslow dan TKS digambarkan di Tabel 11. 1

Tabel 11. 1: Perpaduan Teori Motivasi Maslow dan TKS Kebutuhan yang Mengutama Tingkat Kematangan

Tabel 11. 1: Perpaduan Teori Motivasi Maslow dan TKS Kebutuhan yang Mengutama Tingkat Kematangan bawahan Gaya Kepemimpinan Kebutuhan Fisik Keb. Rasa Aman M 1 (Rendah) M 2 (Rendah ke Madya) G 1 (Telling) atau G 2 (Salling) Kebutuhan sosial M 2 ke M 3 (Madya) Keb. Penghargaan Keb. Aktualisasi Diri G 2 (Salling) atau G 3 (Participating) M 3 (Madya ke tinggi) G 3 (Participating) atau G 4 (Delegating) M 4 (Tinggi) G 4 (Delegating)

Perpaduan Teori Kekuasaan, dan TKS �Terdapat lima sumber kekuasaan, yaitu: 1. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate

Perpaduan Teori Kekuasaan, dan TKS �Terdapat lima sumber kekuasaan, yaitu: 1. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power) 2. Kekuasaan Imbalan (Reward power) 3. Kekuasaan Memaksa (Coercive Power) 4. Kekuasaan Keahlian (Expert Power) 5. Kekuasaan Referensi (Referent Power) �Perpaduan antara teori kekuasaan, dan teori kepemimpinan situasional, digambarkan di Tabel 11. 2

Tabel 11. 2 : perpaduan Teori Kekuasaan dan TKS Teori Kepemimpinan Situasional Kematatangan Gaya

Tabel 11. 2 : perpaduan Teori Kekuasaan dan TKS Teori Kepemimpinan Situasional Kematatangan Gaya kepemimpinan Rendah Telling (M 1) (G 1) Kekuasaan yang Digunakan Kekuasaan Paksaan Rendah ke Madya (M 2) Salling (G 2) Kekuasaan Imbalan Madya (M 2 ke M 3) Madya ke Tinggi (M 3) Tinggi (M 4) Salling atau Participating (G 2 dan G 3) Participating (G 3) Delegating (G 4) Kekuasaan Legitimasi Kekuasaan Referensi Kekuasaan Keahlian

Perpaduan Teori Pertumbuhan Organisasi, dengan TKS �Larry E. Greiner dalam Sutarto (1991: 186) menyatakan

Perpaduan Teori Pertumbuhan Organisasi, dengan TKS �Larry E. Greiner dalam Sutarto (1991: 186) menyatakan bahwa pertumbuhan organisasi bergerak melalui lima tahap evolusi dan masing-masing diakhiri dengan masa kritis � Lima tahapan pertumbuhan dapat dijelaskan sebagai beriku; 1. Pertumbuhan melalui kreativitas 2. Pertumbuhan melalui pengarahan 3. Pertumbuhan melalui pendelegasian 4. Pertumbuhan melalui koordinasi 5. Pertumbuhan melalui kerjasama

Gambar: Tahapan Pertumbuhan Organisasi Besar Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap

Gambar: Tahapan Pertumbuhan Organisasi Besar Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Krisis ? ? Krisis Birokrasi Krisis Pengawasan Ukuran Organisasi Pertumbuhan melalui Koordinasi Pertumbuhan melalui Pendelegasian Krisis Otonomi Krisis kepemimpinan Pertumbuhan melalui Kerjasama Pertumbuhan melalui Pengarahan Pertumbuhan melalui kreativitas Kecil Bayi Remaja Dewasa

Tahap Pertama: Pertumbuhan Lewat Kreativitas �Tahap dimana organisasi baru berdiri, organisasi dikuasai oleh pendiri

Tahap Pertama: Pertumbuhan Lewat Kreativitas �Tahap dimana organisasi baru berdiri, organisasi dikuasai oleh pendiri dan perhatian terarah pada upaya menciptakan dan menjual produk tertentu dan juga kemampuan bertahan untuk menghadapi persaingan. �Organisasi tumbuh dan masalah manajemen muncul karena organisasi tidak dapat lagi di urus lewat komunikasi informal dan pengabdian. �Pada saat seperti ini munculah Krisis Kepemimpinan. �Krisis ini dipecahkan dengan mencari tipe pemimpin diterima pendiri dan mampu mengendalikan organisasi

Tahapan Kedua: Pertumbuhan Melalui Pengarahan Dalam tahap kedua organisasi mulai ditata menjadi bagian -bagian

Tahapan Kedua: Pertumbuhan Melalui Pengarahan Dalam tahap kedua organisasi mulai ditata menjadi bagian -bagian dengan hirarki wewenang, beban tugas yang jelas. Pimpinan mengambil tanggung jawab pengarahan sedang manajer pada jenjang lebih rendah diperlakukan sbg pelaksana yang tidak banyak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Akibatnya para manajer jenjang bawah menuntut lebih otomom, yang mengarah pada Krisis Otonomi. Krisis otonomi dipecahkan dengan pelimpahan wewenang yang lebih besar.

Tahapan Ketiga: Pertumbuhan Melalui Pendelegasian �Pada tahap ini sebagian wewenang telah didelegasikan, dan mulai

Tahapan Ketiga: Pertumbuhan Melalui Pendelegasian �Pada tahap ini sebagian wewenang telah didelegasikan, dan mulai terasa disentralisasi struktur organisasi. �Pimpinan lebih fokus pada pemikiran strategis, sementara operasional dipercayakan pada manajer yg lebih rendah. �Keadaan ini memunculkan krisis baru, karena pemimpn puncak merasa kehilangan kontrol, yang pada ujungnya munculah Krisis Pengawasan. �Krisis ini biasanya dipecahkan dengan sentralisasi struktur organisasi dan melaui teknik-teknik koordinasi yang baru.

Tahapan Keempat: Pertumbuhan Melalui Koordinasi �Tahap koordinasi ditandai dengan penggunaan sistem formal untuk mencapai

Tahapan Keempat: Pertumbuhan Melalui Koordinasi �Tahap koordinasi ditandai dengan penggunaan sistem formal untuk mencapai koordinasi vertikal maupun horizontal. �Organisasi telah menjadi lebih besar dan kompleks dengan berbagai program formal dan prosedur kerja yang baku. �Dalam keadaan demikian munculah krisis keempat yaitu krisis birokrasi, yang terjadi karena organisasi menjadi terlalu birokratis. �Manajer menengah menjadi kurang inovatif. Organisasi menjadi kaku dan terlalu besar untuk dikelola malalui aturan dan program formal.

Tahapan Kelima: Pertumbuhan Melalui Kolaborasi �Suasana baru akan tumbuh bila mampu melewati krisis birokrasi,

Tahapan Kelima: Pertumbuhan Melalui Kolaborasi �Suasana baru akan tumbuh bila mampu melewati krisis birokrasi, yaitu munculnya semangat kerjasama/ kolaborasi. �Karyawan telah menyadari bahwa birokrasi yang berlebihan akan menghambat kegiatan. �Kontrol sosial dan disiplin diri menggantikan pengawasan formal. . �Untuk mencapai kerjasama yang baik, maka sering dibentuk tim. �Titik kritis pada tahap ini belum diketahui bentuknya, karrena organisasi telah mempunya mekanisme penyesuaian yang otomatis.

Tabel 11. 1: Perpaduan Teori Pertumbuhan Organisasi dan TKS Tahap Pertumbuhan Organisasi Tahap pengarahan

Tabel 11. 1: Perpaduan Teori Pertumbuhan Organisasi dan TKS Tahap Pertumbuhan Organisasi Tahap pengarahan Tahap koordinasi Tahap kerjasama Tahap pendelegasian Tingkat Kematangan bawahan M 1 M 2 M 3 M 4 Gaya Kepemimpinan Situasional G 1 (Telling) G 2 (Selling) G 3 (Participating) G 4 (Delegating)

1. 2. 3. 4. Pada tahap pertumbuhan melalui pengarahan dg tingkat kematangan masih rendah

1. 2. 3. 4. Pada tahap pertumbuhan melalui pengarahan dg tingkat kematangan masih rendah (M 1), ini sejalan dengan gaya kepemimpinan “telling” Pada tahap pertumbuhan melalui koordinasi dg tingkat kematangan bawahan berada di tingkat rendah ke tingkat madya (M 2), ini sejalan dengan gaya kepemimpinan “selling” Pada tahap pertumbuhan melalui kerjasama dg tingkat kematangan bawahan berada pada tingkat madya ke tinggi (M 3), ini sejalan dengan gaya kepemimpinan “participating” Pada tahap pertumbuhan melalui pendelegasian dg tingkat kematangan bawahan tinggi (M 4), ini sejalan dengan gaya kepemimpinan “delegating”

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

Perpaduan Teori Kekuasaan, dan TKS �Bahwa bawahan yang tingkat kematangan masih rendah (M 1)

Perpaduan Teori Kekuasaan, dan TKS �Bahwa bawahan yang tingkat kematangan masih rendah (M 1) maka gaya kepemimpnan yang tepat adalah gaya “telling” , dan akan lebih berhasil jika disertai dengan penggunaan kekuasaan paksaan. �Para bawahan yang tingkat kematangannya pada tingkar rendah ke madya (M 2) maka gaya kepemimpnan yang tepat adalah gaya “selling” dan akan lebih berhasil jika disertai dengan penggunaan kekuasaan imbalan.

�Jika para bawahan berada pada tingkat kematangan madya (M 2 dan M 3) maka

�Jika para bawahan berada pada tingkat kematangan madya (M 2 dan M 3) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya “Selling” dan “Participating” dan gaya ini akan lebih berhasil jika disertai dengan penggunaan kekuasaan legitimasi. �Para bawahan dengan tingkat kematangan pada tingkat madya ke tinggi (M 3) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya “Participating” dan akan lebih berhasil jika disertai dengan penggunaan kekuasaan referen. �Para bawahan dengan tingkat kematangan tinggi (M 4) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya “Delegating” dan akan lebih berhasil jika disertai dengan penggunaan kekuasaan ahli (expert power).