PENDAHULUAN PADA PENELITIAN BAB 1 MK METODE PENELITIAN
PENDAHULUAN PADA PENELITIAN (BAB 1) MK METODE PENELITIAN RP 14 -1322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ITS SEMESTER GENAP 2017/2018
Minimal tersusun dari bagian berikut: Ø Ø Ø Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Sasaran Penelitian Lingkup Penelitian
1. 1 Latar Belakang • Keterkaitan antar paragraf • Penjelasan per paragraf: Gagasan pokok dan pendukung • Terdapat permasalahan yang diangkat disertai fakta yang layak • Terdapat konsep dasar dan urgensi terkait pendekatan yang digunakan • Terdapat pengutipan yang layak dari referensi
Keterkaitan (Poin) Antar Paragraf 1. Permukiman di Indonesia; 2. Permukiman kumuh sebagai permasalahan di bidang permukiman; 3. Gambaran permasalahan: permukiman kumuh di Kota Surabaya dan wilayah studi kasus; 4. Gambaran data kekumuhan; 5. Urgensi peningkatan kualitas kawasan kumuh;
Penjelasan per paragraf • Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota berkembang di dunia termasuk Indonesia. Pada tahun 2015, kawasan kumuh di Indonesia telah mencapai luas 38, 341 Ha atau sekitar 10% dari total luas kawasan permukiman. Tercatat pula angka backlog perumahan mencapai 11, 4 juta rumah tangga, ….
Permasalahan dan Fakta • Salah satu kawasan kumuh prioritas adalah permukiman nelayan yang berada di Pantai Utara Surabaya, tepatnya di Kedungcowek, Kecamatan Bulak. Terdapat 342 unit bangunan terindikasi tidak teratur, 151 unit bangunan tidak sesuai persyaratan teknis. sepanjang 2, 680 meter jalan lingkungan tidak dilengkapi saluran samping kebakaran, ….
§ Hal-hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian adalah masalah atau peluang (opportunity) di mana pendefinisiannya harus jelas, baik keluasannya maupun kedalamannya. § Masalah diartikan sebagai suatu situasi di mana suatu fakta yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi dari suatu yang diharapkan. § Contoh statement masalah: 1. Adanya kemacetan di sepanjang koridor Jalan Pasar Kembang yang mengakibatkan turunnya kinerja jalan di wilayah tersebut. 2. Banyaknya pertumbuhan UMKM di lingkungan pemukiman mengakibatkan pengolahan limbah sampah industri tidak tersedia, sehingga perlu disediakan fasilitas UMKM (pembinaan).
• Setelah yang dipermasalahkan diketahui, selanjutnya dibuat suatu rumusan masalah yang tujuannya agar peneliti maupun pengguna hasil penelitian mempunyai persepsi yang sama dengan penelitian yang dihasilkan, paling tidak jika ditinjau dari pertanyaan-pertanyaan yang berpola kepada 5 W+1 H. • Rumusan masalah menjelaskan langsung pada poin inti permasalahan • Pertanyaan penelitian: sebagai pertanyaan dasar dari sebuah riset. sebagai instrumen untuk mengecek kembali apakah temuan riset sudah sesuai dengan pertanyaan awal
Tujuan: § Eksplorasi (masih meraba-raba) § Deskripsi (menjelaskan lebih lanjut) § Prediksi (menjelaskan sebab-akibat) § Eksplanasi (mengkonfirmasikan teori) § Aksi (aplikasi ke tindakan) §. . . dengan mempertimbangkan status permasalahan. Lingkup Penelitian: Untuk membatasi “beban” penelitian atau membuat penelitian tersebut lebih spesifik.
Sub Bab Kriteria Latar Belakang Eksistensi fakta empiris dalam latar belakang, didukung dengan data/informasi yang up to date dan sumber referensi yang valid Rumusan Masalah Kebenaran perumusan masalah dan pertanyaan penelitian Tujuan dan Sasaran Kebenaran perumusan tujuan dan sasaran penelitian; Kesesuaian antara tujuan dan sasaran dengan topik/judul Ruang Lingkup lingkup wilayah, lingkup pembahasan dan lingkup substansi Manfaat Penelitian manfaat teoritis dan manfaat praktis Hasil yang Diharapkan terjelaskan dengan baik dan relevan terhadap judul yg diusulkan
Contoh berikut diambil dari proposal yang disusun oleh: Rahmawati, Pamungkas, Navitas (2013) untuk penelitian SETAPAK Asia Foundation.
§ TOPIK: § Tata kelola hutan dan lahan (TKHL) di Indonesia : § Sub Topik (Ide Untuk Judul): § Pengelolaan hutan lestari § Ekonomi karbon rendah berkelanjutan § Pengelolaan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
§ Contoh Judul : § Pengelolaan Resiko Kebakaran Hutan melalui Peningkatan Ketahanan Masyarakat di Kalimantan Timur; § Strategi Penataan Ruang Berbasis Ekonomi Karbon Rendah Berkelanjutan di Riau; § Pengembangan Wilayah Industri dengan Pendakatan Analisis Dampak GRK di. . .
Latar belakang Pemahaman yang berkembang saat ini bahwa kelemahan dalam TKHL berdampak terhadap masalah alih fungsi hutan secara ilegal dan tidak terencana, degradasi pada lahan-lahan sensitif seperti lahan gambut dan daerah aliran sungai, meluasnya konflik perebutan lahan, meningkatkan bahaya bencana alam seperti banjir, hilangnya pendapatan negara akibat korupsi dan penggelapan pajak, rusaknya keanekaragaman hayati, hilangnya mata pencarian bergantung pada hutan, kemiskinan pada kelompok petani kecil, serta dampak sosial ekonomi lainnya. Masalah tersebut berhubungan dengan penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan (land use, land use change and forestry - LULUCF) juga, bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang besar di Indonesia, dan menjadi tertinggi ketiga di dunia.
§ Frekuensi dan intensitas bencana kebakaran hutan semakin meningkat sebagai dampak perubahan iklim (Parry, 2007). Dampak kebakaran hutan terhadap lingkungan adalah perubahan kualitas fisik, kimia gambut, terganggunya proses dekomposisi tanah gambut, rusaknya siklus hidrologi, dan suksesi atau perkembangan populasi dan komposisi vegetasi juga akan terganggu (Tacconi, 2003). Di lain pihak, eksposur terhadap bahaya kebakaran pun semakin meningkat seperti jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan wilayah perkotaan. Kedua kondisi ini menyebabkan risiko bencana kebakaran akan diprediksi semakin meningkat. Adaptasi sebagai upaya pengurangan risiko memiliki spektrum yang luas. Seringkali, fokus adaptasi masyakarat terhadap kebakaran bersifat reaktif. Sebagai contoh xxxxxx (insert kasus kita) Kebakaran yang terjadi di Kalimantan Timur antara tahun 1997 -1998 mengakibatkan kerugian hingga 23 juta m 3 hutan jati yang ditaksir secara nominal kurang lebih dua triliun US dollar (Hinrichs dalam Goldammer et al, 2001). Hal ini belum termasuk kerugian atas hilangnya keanekaragaman hayati dan produk non-jati lainnya. Faktor utama penyebab kebakaran yang terjadi merupakan hal yang sangat kompleks, namun salah satu faktor penyebab adalah kurang maksimalnya fungsi kelembagaan pengelolaan bencana kebakaran. Akibatnya, ketahanan masyarakat terhadap kebakaran sangat rendah ditandai oleh banyaknya korban, kerugian materi dan lamanya waktu pemulihan. Melalui konsep integrasi di Gambar 1, penelitian ini akan mampu melakukan prioritasi adaptasi eksisting yang efektif, mengusulkan adaptasi-adaptasi baru yang berpotensi efektif dan juga mengintegrasikan pola kebijakan publik dengan partisipasi masyarakat. Oleh karenanya, melalui model ini, masyarakat akan diberikan solusi efektif pengurangan risiko kebakaran.
§ Pamungkas et al. (2011) mengusulkan pengelolaan resiko bencana melalui integrasi konsep kerentanan, adaptasi, dan ketahanan masyarakat. Kerentanan adalah keadaan masyarakat yang dinamis dan sistemik dalam merespon bencana tertentu (Pamungkas et al. , 2009). Keadaan masyarakat ini tergantung ruang dan waktu. Untuk menilai kerentanan ini, kerentanan dibagi menjadi kerentanan fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial (Panduan pengenalan karakteristik bencana di Indonesia dan mitigasinya, 2005; Modul penilaian resiko, 2005; dan Davidson dalam Suganda, 2000). Adaptasi dapat diartikan secara umum sebagai segala tindakan stakeholders dalam pengurangan dampak bencana (Biesbroek et al. , 2009; Smit & Wandel, 2006). Adapun ketahanan diartikan sebagai hasil dari tindakan yang diambil dalam mengurangi resiko bencana (Masten, Best dan Garmezy dalam Glantz dan Sloboda, 1999). Ketiga konsep yang berpengaruh diatas diintegrasikan sebagaimana pada Gambar 1. Berdasarkan diagram tersebut, kerentanan adalah kondisi masyarakat dalam merespon bahaya kebakaran. Kondisi ini dapat berubah sesuai dengan pola adaptasi yang ada di masyakarat. Perubahan dari satu kondisi kerentanan ke kondisi berikutnya dapat memberikan gambaran ketahanan masyarakat terhadap bahaya kebakaran.
§ Pertanyaan Penelitian Kunci § Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tingkat kerentanan masyarakat dan pola adaptasi terhadap bencana kebakaran hutan di wilayah studi? § Bagaimana perumusan model ketahanan masyarakat dalam bencana kebakaran hutan berdasarkan tingkat kerentanan dan pola adaptasi yang efektif di wilayah studi? § Bagaimana strategi pengurangan tingkat resiko kebakaran hutan di wilayah studi?
TERIMA KASIH d_rahmawati@urplan. its. ac. id
- Slides: 22