PEMERIKSAAN LABORATORIUM DALAM PENUNJANG DIAGNOSTIK FISIOTERAPI Pertemuan 8
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DALAM PENUNJANG DIAGNOSTIK FISIOTERAPI Pertemuan 8 Eko Wibowo. S. Ft, M. Fis
INVESTIGATIONS CONNECTIVE TISSUE DISEASES (Caroline Gordon • Wolfgang L Gross, 2011) Penyakit jaringan ikat. Connective tissue disease menunjukkan kombinasi tanda dan gejala penyakit autoimun terutama lupus, scleroderma, dan polimiositis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM • Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam pengelolaan pasien dengan Connective Tissue Diseases karena mereka membantu dalam menegakkan diagnosis, menilai aktivitas penyakit, kerusakan organ dan mengevaluasi perkembangan penyakit • CBC pemeriksaan darah lengkap (CBC) mengukur angka sel darah merah dan sel darah serta hemoglobin. Tes tersebut dapat mengungkap anemia, infeksi, bahkan kanker darah. A biochemical profile.
CBC (COMPLETE BLOOD COUNT) Tes CBC mengukur beberapa komponen darah untuk mengetahui kelainan/penyakit pada pasien, dan merupakan bagian dari pemeriksaan Darah Rutin (Routine Blood Screening) Komponen-komponen yang diukur antara lain : Jumlah Sel Darah Putih / Leukocyte Count / White Blood Count (WBC). Secara normal, darah putih akan meningkat bila terjadi infeksi di tubuh. Dapat juga meningkat tanpa disertai infeksi yakni pada pasien Leukemia.
CBC (COMPLETE BLOOD COUNT) Diff. Count / Leukocyte Cell Type / WBC Differential. Terdapat 5 tipe utama dari sel darah putih yaitu Neutrophils (Netrofil), Lymphocytes (Limfosit), Monocytes (Monosit), Eosinophils (Eosinofil) dan Basophils (Basofil). Kelima komponen ini memiliki peran dalam proses imun/kekebalan tubuh. Jumlah dari masing komponen memberikan informasi penting dalam mendiagnosa kondisi pasien.
CBC (COMPLETE BLOOD COUNT) Jumlah Sel Darah Merah / Erythrocyte count / Red Blood Count (RBC). Sel darah merah berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam darah. Indeks Sel Darah Merah / Erythrocyte Indices : - Mean Corpuscular Volume (MCV) yaitu ukuran dari sel darah merah. - Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) yaitu jumlah hemoglobin dalam satu sel darah merah. - Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) yaitu konsentrasi hemoglobin dalam satu sel darah merah
CBC (COMPLETE BLOOD COUNT) Hematocrit (HCT) / Packed Cell Volume. Tes Hematokrit mengukur volume (%) HCT yang diangkut sel darah merah dalam darah si pasien. Hemoglobin / Hb / Hgb. Tes Hb mengukur jumlah hemoglobin dalam darah. Hb merupakan bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen. Jumlah Trombosit / Thromocyte Count / Platelet. Merupakan bagian sel darah yang berfungsi dalam pembekuan darah.
Pemeriksaan lekosit, eritrosit dan trombosit TUJUAN TES Untuk screening : · Anemia · Infeksi · Leukemia · Resiko pendarahan · Asma · Reaksi Alergi · Penyebab memar/lebam · Penyebab kelelahan/fatigue · Polisitemia/eritrositosis/kelebihan darah merah · Kehilangan darah
PENANGANAN PASIEN Perlu diperoleh informasi apakah pasien: · Sedang/telah mengkonsumsi obat-obatan seperti : Golongan Antibiotik, Golongan Steroid, Meprobamate, Golongan Tiazid, Golongan Kinidin, atau obat-obat Kemoterapi · Memiliki level Trigliserid tinggi, yang akan mempengaruhi tes Hemoglobin. · Ada pembengkakan limfa, yang akan mengurangi jumlah trombosit · Dalam keadaan hamil · Memiliki kebiasaan merokok · Dalam keadaan stress · Habis beraktifitas/olah raga sebelum pemeriksaan
PEMAHAMAN HASIL TES Hasil tes dapat diperoleh dengan cepat. Laporan hasil tes antara lain sebagai High, Normal atau Low, tergantung kontrol tes. Nilai rujukan/normal jumlah Lekosit : · Dewasa (Pria/Wanita) : 4. 100 – 10. 900 per m. L · Anak (1 – 15 th) : 4. 500 – 13. 000 per m. L · Bayi (1 bl – 1 th) : 5. 000 – 17. 500 per m. L · Bayi baru lahir : 13. 000 – 38. 000 per m. L
PEMAHAMAN HASIL TES Nilai rujukan/normal Diff. Count (komponen sel darah putih) : · Netrofil : 50 – 70 % · Band Netrofil : 0 – 3 % · Limfosit : 25 – 40 % · Monosit : 2 – 8 % · Eosinofil : 0 – 5 % · Basofil : 0 – 1 %
PEMAHAMAN HASIL TES · · Nilai rujukan/normal jumlah Eritrosit : Pria : 4. 400 – 5. 900 per m. L Wanita : 3. 800 – 5. 200 per m. L Anak (1 – 15 th) : 4. 100 – 5. 800 per m. L Bayi : 4. 300 – 6. 300 per m. L
PEMAHAMAN HASIL TES Nilai rujukan/normal Hematokrit : · Pria : 40 – 52 % · Wanita : 35 – 48 % · Anak (1 – 15 th) : 33 – 48 % · Bayi (1 bl – 1 th : 31 – 45 % · Bayi baru lahir : 45 – 65 %
PEMAHAMAN HASIL TES · · · Nilai rujukan/normal jumlah Hemoglobin : Pria : 13, 2 – 17, 3 gr/d. L Wanita : 11, 7 – 15, 5 gr/d. L Anak (1 – 15 th) : 11, 0 – 16, 0 gr/d. L Bayi (1 bl – 1 th) : 10 – 15 gr/d. L Bayi baru lahir : 17 – 21 gr/d. L
PEMAHAMAN HASIL TES Nilai rujukan/normal Indeks Eritrosit : · MCV Dewasa : 80 – 100 £L Anak (1 – 15 th) : 78 – 102 £L Bayi : 92 - 101 £L · MCH Dewasa : 26 – 34 pg Anak (1 – 15 th) : 25 – 35 pg Bayi : 31 - 37 pg · MCHC Dewasa / Anak (1 – 15 th) : 31 – 36 g/d. L Bayi : 29 - 36 g/d. L · RDW Dewasa / Anak (1 – 15 th) : 11, 6 – 14, 8 % Bayi : 14, 9 – 18, 7 %
PEMAHAMAN HASIL TES Nilai rujukan/normal jumlah Trombosit: · Usia 2 bulan - Dewasa : 150. 000 – 500. 000 per m. L · Usia 1 minggu – 2 bulan : 200. 000 – 400. 000 per m. L · Bayi baru lahir < 1 minggu : 150. 000 – 340. 000 per m. L Catatan : Normal bagi Wanita Hamil 1. Jumlah Lekosit : 1) Trimester pertama: 6. 600 – 14. 100 per m. L; 2) Trimester kedua: 6. 900 – 17. 100 per m. L; 3) Trimester ketiga: 5. 900 – 14. 700 per m. L; 4) Postpartum: 9. 700 – 25. 700 per m. L. 2. Hematokrit range : 1) Trimester pertama: 35 – 46 %; 2) Trimester kedua : 30 – 42 %; 3) Trimester ketiga : 34 – 44 %; 4) Postpartum : 30 – 44 %. 3. Hemoglobin range : 1) Trimester pertama: 11, 4 – 15 g/d. L; 2) Trimester kedua: 10 – 14, 3 g/d. L; 3) Trimester ketiga: 10, 2 – 14, 4 g/d. L; 4) Postpartum : 10, 4 – 18 gr/d. L
Indikasi Jumlah Lekosit · · · Bila TINGGI bisa mengindikasikan : Peradangan/Inflamasi Infeksi Leukemia Kerusakan jaringan Stress Gizi buruk Luka bakar Lupus Gagal ginjal Rheumatoid Arthritis TBC Masalah pada kelenjar Tiroid
Indikasi Jumlah Lekosit Bila RENDAH bisa mengindikasikan : · Pecandu alkohol · Lupus · Cushing Syndrome (gangguan hormon Kortisol dalam darah) · AIDS · Anemia Aplastic · Pembengkakan limfa · Infeksi virus · Malaria · Pasien sedang menjalani Kemoterapi
Indikasi Jumlah Eritrosit : · · · Bila TINGGI bisa mengindikasikan : Gangguan pernafasan Pecandu alkohol Polisitemia vera atau polisitemia spurious Perokok Gangguan ginjal Dehidrasi Luka bakar Keringat banyak Mual/muntah Diare Terpapar karbonmonoksida Pasien mengkonsumsi obat golongan diuretika
Indikasi Jumlah Eritrosit : Bila RENDAH bisa mengindikasikan : · Anemia · Penyakit Addison (gangguan endokrin kronis) · Penyakit sel bulan sabit · Peradangan Anus · Kanker · Peptik Ulcer (borok lambung) · Keracunan timbal · Pemotongan limfa · Anemia pernisiosa · Pendarahan menstruasi hebat
Indikasi Jumlah Trombosit : Bila TINGGI bisa mengindikasikan : · Pendarahan · Kanker · Masalah pada sumsum tulang belakang · Defisiensi/kekurangan zat besi
Indikasi Jumlah Trombosit : Bila RENDAH bisa mengindikasikan : · Resiko pendarahan · Trombositopenia purpura yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) · Kehamilan · Pembengkakan limfa
Indikasi Nilai MCV Bila TINGGI bisa mengindikasikan : · Defisiensi/kekurangan asam folat · Defisiensi/kekurangan Vitamin B 12
Indikasi Nilai MCV Bila RENDAH bisa mengindikasikan : · Defisiensi/kekurangan zat besi · Thalassemia
A biochemical profile Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi melalui sifat-sifat fisiologinya. [1] Proses biokimia erat kaitannya dengan metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang menghasilkan energi maupun yang menggunakan energi untuk sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan seluler, seperti pergerakan. [1] Suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat morfologinya saja, sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. [2] Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen bakteri yang tidak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pegamatan fisiologis yang memadai mengenai kandungan organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. [3] Karakterisasi dan klasifikasi sebagian mikroorganisme seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik maupun biokimia. [4]
Acute phase reactant Reaktan fase akut adalah satu dari serangkaian protein khusus yang dibuat dan disekresikan oleh hati selama sakit, khususnya selama fase inflamasi. Ada seluruh rangkaian reaktan fase akut dan mereka dibagi menjadi protein fase akut positif dan reaktan fase akut negatif. Reaktan fase akut yang positif adalah yang disekresi selama peradangan sedangkan yang lain disekresikan selama fungsi normal. Kita cenderung berpikir tentang sistem kekebalan tubuh sebagai serangkaian sinyal yang memicu sel-sel darah putih untuk membunuh dan membersihkan bakter : Namun, imunologi lebih kompleks dari itu. Ada serangkaian protein yang membantu menghancurkan
usually the ESR or CRP Erythrocyte Sedimentation Rate and C-Reactive Protein adalah satu tes laboratorium tertua yang masih digunakan. Kedua tes darah digunakan untuk mendeteksi peradangan di dalam tubuh. Peradangan dapat hadir sebagai baik akut (misalnya, dari cedera atau infeksi) atau kronis. Beberapa sel terlibat dalam pelepasan mediator inflamasi, yang bergabung untuk menghasilkan rasa sakit pada persendian, otot, cakram, ligamen, tendon, fasia, dll.
Testing of urine, and microscopy of urine. Tes urin biasanya sering digunakan untuk mengetahui jenis penyakit tertentu yang berkembang dalam tubuh. Tes urin juga dilakukan untuk mengetahui sejumlah zat asing yang ada dalam tubuh. Dengan demikian tes urin memang diperlukan untuk berbagai tujuan yang berbeda. Tes urin akan menjelaskan bagaimana kondisi tubuh termasuk jika seseorang mengalami kelainan tertentu.
Tujuan Testing of urine, and microscopy of urine. Urin adalah satu hasil dari sisa metabolisme atau sampah yang harus keluar dari tubuh. Urin juga mengatur jumlah cairan dalam tubuh. Zat yang keluar bersama urin memang harus keluar dari tubuh atau bisa menjadi sumber penyakit untuk tubuh. Bahkan semua zat yang harus dikeluarkan dari tubuh bersama urin mengandung racun, obat, zat dari makanan serta minuman. Jadi pemeriksaan urin dilakukan untuk mengetahui kelainan atau kondisi pada sistem kemih. Selain itu, tes urin juga diperlukan untuk mengetahui berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme.
Tes Urin Strip (Cepat) Tes urin strip adalah satu jenis tes urin yang dilakukan dengan cepat. Strip khusus yang digunakan dalam tes akan dicelupkan ke dalam sampel urin selama beberapa detik. Hasil warna indikator yang berbeda akan bisa dilihat dari perubahan. Semua jenis tes ini bisa dilakukan dengan mudah dan pengambilan sampel urin juga harus dilakukan dengan benar. Tes urin ini bisa dilakukan di rumah, rumah sakit, klinik, dan laboratorium. Fungsi tes urin cepat adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui salah satu kondisi yang menggambarkan penyakit pada bagian bawah perut. b. Untuk mengetahui kondisi atau penyakit yang menyerang pada bagian punggung. c. Untuk mengetahui kondisi penyakit pada saluran kemih. d. Melihat kondisi kesehatan urin jika mengandung darah. e. Untuk mengetahui kadar gula dalam urin (khusus untuk
Penilaian Tes urin Cepat Ada beberapa penilaian yang didapatkan dari tes urin cepat. Semua penilain yang dilakukan seharusnya menunjukkan nilai negative (jadi jika dalam tes ada nilai positif maka bisa menjadi indikasi penyakit tertentu). Berikut ini beberapa jenis standar penilaian dalam tes urin cepat. Penilaian Nilai Rujukan : Nilai p. H 5 -7 Gula negatif Nitrit negatif Keton negatif Bilirubin negatif Urobilinogen negatif Sel darah putih negatif Sel darah merah negatif
Arti Nilai Positif dalam Pengujian Dari pengujian cepat ini maka bisa didapatkan beberapa hasil penilaian yang sesuai dengan nilai yang ditunjukkan. Berikut ini adalah beberapa indikasi penyakit yang bisa dilihat dari nilai positif atau temuan dalam tes urin : Penyakit batu kemih – Jika dalam pengujian menunjukkan hasil kurang dari 5 atau lebih dari 7. Nilai dibawah 5 berarti ada infeksi yang terjadi pada bagian saluran kemih dan membutuhkan perawatan yang lebih khusus. Peradangan ginjal – Jika tingkat protein yang ditemukan dalam tes urin cepat terlalu tinggi (positif). Diabates – Jika hasil tes menunjukkan adanya keton yang berarti urin mengandung gula. Infeksi bakteri dalam darah – Jika hasil tes menunjukkan adanya sel darah putih dan nitrit.
Immunology testing. Investigasi yang berkaitan erat dengan sistem daya tahan tubuh juga termasuk di dalam imunoserologi ini. Jenis penyakit autoimun pun menjadi salah satu yang perlu diinvestigasi pada bidang ilmu ini. Penyakit autoimun merupakan jenis kondisi di mana sistem daya tahan tubuh dapat berubah dan justru melakukan perlawanan terhadap jaringan tubuh sendiri.
Immunology testing. Diketahui ada sejumlah panel umum yang memang sudah biasa digunakan pada proses tes imunoserologi, yakni antara lain: PMS atau Penyakit Menular Seksual Rematik Torch Hepatitis Infeksi lain.
Immunology testing. Antibodi monoklonal kerap dipergunakan untuk terapi kanker, namun lebih dari itu, antibodi ini juga baik digunakan untuk proses pendeteksian bermacam zat. Penggunaan antibodi sebagai reagensia juga bakal sangat membantu dalam prosedur pendeteksian tersebut. Justru hal ini dianggap sebagai pendukung diagnosa dari penyakit infeksi karena reaksi antigen antibodi dianggap sangat spesifik.
Metode Imunoserologi Sejumlah metode imunoserologi : Reaksi Aglutinasi Pada reaksi ini biasanya dilaksanakan untuk antigen yang tak larut atau yang larut namun memiliki ikatan dengan sel atau partikel. Ada suatu agregat yang dapat terbentuk oleh antigen yang bereaksi dengan antibodi dan aglutinasi adalah hasil penampakan yang bisa dilihat.
Metode Imunoserologi Sejumlah metode imunoserologi : Reaksi Presipitasi Untuk metode kedua ada presipitasi di mana reaksi ini dilaksanakan dengan tujuan agar kadar antibodi pada serum bisa diketahui. Terjadinya presipitasi adalah dikarenakan reaksi antara antigen yang larut dengan antibodi dan kemudian membentuklah kompleks yang bentuknya berupa anyaman. Reaksi Fiksasi Komplemen Kadar antibodi yang rendah dapat ditentukan oleh reaksi ini. Biasanya, penentuan hanya untuk kadar
Metode Imunoserologi Sejumlah metode imunoserologi : Reaksi Netralisasi Reaksi ini juga diketahui sebagai sebuah reaksi antara antibodi dan antigen dengan tujuan untuk mencegah adanya efek berbahaya seperti keberadaan eksotoksin virus maupun bakteri. Antitoksin adalah senyawa yang diketahui mampu membuat toksin menjadi netral dan sel hospeslah yang memroduksi antibodi spesifik tersebut. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) Metode ini termasuk yang paling luas dan terdapat 2
Metode Imunoserologi Sejumlah metode imunoserologi : RIA (Radioimmuno Assay) Metode ini kerap digunakan untuk pengukuran konsentrasi antigen maupun antibodi yang kadarnya rendah. Untuk itulah, metode ini termasuk sangat baik untuk proses pendeteksian kelainan tubuh dari awal. Reaksi Imunofluoresensi Metode ini adalah kombinasi antara antibodi dan juga zat warna fluoresein sehingga akhirnya warna pendaran dapat muncul saat dicek melalui mikroskop menggunakan sinar UV. Metode ini cukup sensitif, cepat
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji ASTO/ASO Pengujian atau pemeriksaan ini adalah satu jenis pemeriksaan imunoserologi yang bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum dengan cara pemurnian kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pencampuran antara suspensi latex dengan serum yang kadarnya ditingkatkan, lalu kemudian terjadilah aglutinasi yang terjadi dalam waktu 2 menit. Untuk reagen, pada jenis pemeriksaan ini menggunakan kontrol (+) di mana di dalamnya terkandung antibodi ASO, lalu juga kontrol (-) di mana di dalamnya tak terdapat antibodi ASO. Tak hanya itu, diketahui ada
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji CRP Satu lagi jenis tes atau pemeriksaan imunoserologi yang bisa Anda kenali pula untuk tujuan, prinsip, serta alat pemeriksaan dan cara kerjanya. Tujuan dari pelaksanaan jenis pemeriksaan ini adalah untuk memudahkan pendeteksian ada tidaknya infeksi kerusakan jaringan serta inflamasi. Untuk metode, pemeriksaan ini menggunakan jenis metode kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan jenis ini adalah aglutinasi pasif terbalik di mana antibodi CRP sudah melapisi latex dan target yang dideteksi pada pemeriksaan ini adalah antigen CRP yang ada pada serum dengan level atau
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji RPR Pemeriksaan jenis imunoserologi lainnya adalah uji RPR yang penggunaannya bertujuan untuk menguji flokulasi non treponemal supaya dapat ditentukan adanya reagen antibodi yang ada pada serum. Pada pemeriksaan ini, metode yang dipakai diketahui adalah slide test dan memiliki prinsipnya sendiri dalam tata pelaksanaan dari pemeriksaan ini. Prinsip dari pemeriksaan RPR ini adalah adanya pencampuran antara tetrasiklin, kolesterol dan cardiolipin dalam reagen yang dijumpai pula partikel karbon bersama reagen antibodi pada serum. Jika
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji RF Jenis pemeriksaan lainnya lagi adalah uji RF di mana tujuan dari adanya tes ini adalah khusus untuk mendeteksi Rheumatoid Factor dalam serum dan dilakukan secara kualitatif. Untuk metodenya, pemeriksaan ini lebih mengkhususkan penggunaan dengan aglutinasi latex. Prinsipnya pun dikenal berbeda dari jenis pemeriksaan yang sudah disebutkan sebelum ini. Prinsip dari pemeriksaan RF ini adalah pemurnian partikel latex di mana gamma globulin manusia menjadi lapisannya saat suspensi latex dicampur bersama serum
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji Anti HCV Uji atau pemeriksaan jenis lainnya adalah pemeriksaan Anti HCV di mana metode yang digunakan lebih dengan imunokromatografi. Pada pemeriksana ini, prinsipnya adalah penggunaan rekombinan HCV protein yang dijadikan sebagai viral antigen. Reagen yang diketahui adalah buffer HCV/HCV.
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji Hbs. Ag Pemeriksaan jenis ini sama dengan jenis pemeriksaan yang disebutkan sebelumnya di mana metode yang digunakan adalah imunikromatografi. Prinsip yang digunakan adalah adanya reaksi dari serum yang sudah diteteskan ke bantalan sampel terhadap partikel yang berlapisan anti HBs atau yang juga dikenal dengan sebutan antibodi. Selanjutnya, campuran ini bakal bergerak di sepanjang strip membran dan kemudian terjadi keterikatan dengan antibodi tertentu. Nantinya kemudian diketahui
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji Widal Jenis pemeriksaan ini juga dikenal dengan istilah pemeriksaan semikuantitatif dengan metode tabung. Prinsip yang ada pemeriksaan ini lebih kepada reaksi dari antibodi Salmonella paratyphi dan Salmonella typhi dan pada serum sampel terhadap antigen yang ada di reagen widal. Aglutinasi adalah bentuk reaksi yang bisa dilihat.
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji HCG Tujuan dari pemeriksaan jenis ini adalah untuk mendeteksi kehamilan yang mengandalkan tes serologi. Metode pada pengujian ini adalah kuantitatif dengan prinsip reaksi hambatan aglutinasi antara HCG pada urine selama hamil memakai lateks di mana dikatakan dengan HCG secara kimiawi dan diaglutinasi oleh antibodi HCG. Penggumpalan tidak akan terjadi ketika HCG bebas pada urine dan penetralan antibodi.
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji Anti HAV Pada jenis pemeriksaan imunoserologi satu ini, diketahui bahwa metode yang digunakan adalah semi autometik dan autometik atau manual. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pendeteksian antibodi virus hepatitis A dengan enzim immunoassay yang berdasar pada prinsip pengikatan antibodi.
Jenis Pemeriksaan Imunoserologi Uji Anti HAV Pada jenis pemeriksaan imunoserologi satu ini, diketahui bahwa metode yang digunakan adalah semi autometik dan autometik atau manual. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pendeteksian antibodi virus hepatitis A dengan enzim immunoassay yang berdasar pada prinsip pengikatan antibodi.
TERIMAKASIH DAN SELAMAT BEL
- Slides: 50