PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERTA RANDABUNGA 942012039 MARMINI ESTININGSIH
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH • BERTA RANDABUNGA 942012039 • MARMINI ESTININGSIH 942012021
FAKTA KURIKULUM 94 DAN SEBELUMNYA BELUM DIPERHATIKAN KURIKULUM 2004 MULAI MENDAPAT PERHATIAN DI INDONESIA KURIKULUM 2004 TERMASUK LIFE SKILL KURIKULUM 2006 DIKEMBANGKAN
DI LUAR NEGERI • Penelitian mulai tahun 1927 • berkembang teori, model , disain , strategi dan teknik dan evaluasi pembelajaran Greeno ( 1978 ) : • Menguji program dengan Logo dan CAI • mencari perbedaan perilaku siswa dalam interaksi – interaksi koopeatif , konflik Nastasi , dkk ( 1990 ) • Memberikan rambu-rambu dalam merancang pembelajaran dan memfasilitasi komunikasi dalam lingkungan belajar yang bersifat online Mc Lellan ( 2004 )
SIGNIFIKASI KECAKAPAN PEMECAHAN MASALAH • DIPENGARUHI BEBERAPA ALIRAN PSIKOLOGI ALIRAN GESALT KAUM BEHAVIORIS GREENO ALIRAN PEMROSESAN INFORMASI
Pemecahan masalah dikonseptualisasikan sebagai proses pengorganisasian kognitif Kelemahankurangdapat dikembangkan menjadi satuan teori yang padu ALIRAN GESALT
KAUM BEHAVIORIS Pemecah masalah yang berhasil bila mampu memberikan respon yang semula tidak mungkin Peningkatan kemungkinan memberikan respon yang tidak biasa. Menampilkan beragam respon Lebih menekankan pada perlunya pemecah masalah ( problem solver )
Hasil : • Berhasil mengidentifikasi kondisi yang menghambat maupun yang mendukung pemecahan masalah • Kurang menyajikan analisa substantif tentang unsur-unsur kinerja pemecahan masalah
• Menghasilkan analisa ALIRAN PEMROSESAN rinci tentang kinerja INFORMASI pemecahan masalah Information Processing Theories • Menyajikan penafsiran teoritis termasuk asumsi-asumsi khusus tentang unsur proses kognitif yang terlibat dalam kinerja pemecahan masalah
Peringkat Kompleksitas Ketrampilan Intelektual Model Gagne • PROBLEM SOLVING (ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI) Yang membutuhkan sebagai prasyaratan-prasyaratan • ATURAN-ATURAN/RULES (TERMASUK KONSEP-KONSEP TERDEFENISI) • Yang memerlukan prasyaratan-prasyaratan • KONSEP-KONSEP KONKRIT/CONCRETE CONCEPTS • Yang memerlukan sebagai prasyaratan-prasyaratan • DISKRIMINASI-DISKRIMINASI
Gagne dan Briggs ( 1979 ) • Dalam memecahkan masalah para pebelajar akan memperoleh aturan yang lebih tinggi tingkatnya atau lebih kompleks • Mensyaratkan : • agar pebelajar merecall beberapa aturan yang lebih sederhana yang dipelajari sebelumnya • Menguasai konsep konkrit • Mempelajari beberapa diskriminasi atau pembedaan
Aplikasi ( application ) Penerimaan ( reception ) Tantangan ( challenge ) Perluasan ( extension) TAKSONOMI PERANCANGAN PEMBELAJARAN ( HOKANSON &HOOPER 2004 ) Penciptaan ( eneration )
Penerimaan ( reception ) • menerima informasi-informasi dari guru • Hakikat pembelajaran : transmisi /pemindahan informasi Penerimaan ( reception ) • melakukan penerapan Menjawab pertanyaan (, Membuat kesimpulan , Melakukan prosedur tertentu ) • : transer terbatas , pengetahuan dibangun melalui pengualangan Perluasan ( extension • menerapkan prinsip-prinsip yang te. Lah dipelajari • Jawaban bersifat konvergen hanya satu jawaban benar • transfer yang meluas
PENCIPTAAN (ENERATION ) TANTANGAN ( CHALENGE • Pebelajar membangun atau menciptakan solusi atas persoalan yang lebih kompleks • Jawaban atas persoalan bersifat divergen , terdapat sejumlah kemungkinan jawaban • Pebelajar mencari masalah sendiri dan memecahkan sendiri • Pebelajar membangun dan menciptakan solusi atas persoalan kompleks yang disajikan atau yang dicarinya sendiri
PENGERTIAN MASALAH Greeno (1978 Aliran gesalt : Teori pemrosesan Kaum Behavioris : informasi situasi dimana masalah terjadi bila : suatu keadaan terdapat respon yang ketika pengetahuan diperlukan untuk kesenjangan yang tersimpan mencapai beberapa atau ketidak dalam memori tujuan tertentu sejalanan antar belum siap dipakai kurang kuat untuk digunakan representasidinbadingkan dalam memecahkan representasi respon yang lain. masalah. kognitif
GAGNE • Masalah timbul jika tujuan yang akan dirumuskan belum tahu cara mencapainya Newell dan Simon masalah adalah situasi di mana seseorang menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui cara mencapainya
• Steinberg : • kita terlibat problem solving jika kita harus mengatasi hambatan – hambatan dalam menjawab pertanyaan atau mencapai tujuan. • BERKAITAN DENGAN PEMBELAJARAN • suatu keadaan di mana terdapat kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan pengetahuan si pemecah masalah atau si pebelajar.
RAGAM MASALAH problems of inducing structure Greeno problems of transformation Problems of arrangement
berkenaan dengan Membangun struktur problems of inducing structure Mensyaratkan kemampuan kognitif Tugas pemecah masalah : menemukan pola hubungan
situasi tertentu , tujuan , rangkaian prosedur, perubahan situasi problems of transformation Tugas pemecah masalah : menemukan urutan pelaksanaan prosedur ketrampilan untuk membuat perencanaan sesuai metode analisa tujuan dan sarana.
Masalah penataan/pengaturan Problems of arrangement structure Masalah yang mengandung sejumlah unsur mengatur atau menata unsur-unsur itu sesuai dengan kriteria yang ada.
linguistic problems ill-defined problems QIN , dkk ( 1995 ) well-defined problems non linguistic problems
PENGERTIAN PEMECAHAN MASALAH Marzano , dkk : Problem Solving adalah satu bagian dari proses berfikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan masalah Anderson (1983 ) : semua perilaku yang diarahkan kepada tujuan sebagai problem solving Palumbo ( 1990 ) : Fungsi dari stimulus menjadi input melalui ingatan , diproses melalui memori kerja dan disimpan bersama asosiasi dan peristiwa dalam memori jangka panjang
Girl ( 2202 ) Fuchs, dkk ( 2003 ) • proses yang melibatkan penerapan pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai tujuan • pemecahan masalah sebagai bentuk transfer belajar
Para pendidik Palumbo : Representasi masalah • tindakan untuk mengingat kembali aturan dan menerapkan langkah menuju jawaban yang benar • Wilayah memori • Lingkungan tugas : serangkaian pengetahuan, informasi , fakta yang diperlukan dalam memecahkan masalah
IDENTIFY LOOK DEFINE Bransfod dan Stein ( 1993 ) : IDEAL ACT EXPLORE
PEMECAHAN MASALAH : ILL STRUCTURED • Menggunakan “think -alloud “ untuk menguji proses kognitif dan metakognitif • Ruang masalah lebih luas , ada banyak cakupan masalah. • Proses : a. Esensi persoalan b. Satu tujuan yang paling baik c. Membangun solusi
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH Model Pemrosesan Informasi • Novak • Newell dan Simon • Shavelson • Larkin dan Reinard Model Jenis Tahapan • • • John Dewey Ausubel and Robinson Gagne Reif dan Heller Kelompok Frazer
• Mensyaratkan pemrosesan , penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi Novak ( 1977 ) : • informasi dikoding secara simbolis dan disimpan dalam ingatan • mengorganisasikan, mengubah , memproses , menyimpan dan memanggil kembali Newell dan Simon ( 1972 ) Larkin dan Rainard : mengembangkan model kerja manusia berbasiskan infomasi oleh komputer • Informasi dibangun dalam memory kerja , pohon reprsentasi yang memuat hal yang diketahui dan yang tidak diketahui Shavelson
5 tahap pemecahan masalah menurut Dewey kesadaran akan kesulitan indentifika si masalah, Menghubu ngkan psetting masalah itu dengan struktur kognitif Mengkaji hipotesa dan merumusa kn kembali jika diperlukan Memaduk an solusi yang baik dalam strukutr kognitif
MODEL PEMECAHAN MASALAH OLEH AUSEBEL DAN ROBINSON Masalah disajikan mencek solusinya menghubungkan masalah itu dengan struktur kognitifnya dan memahami masalahnya. mengajukan solusi-solusi
MODEL PEMECAHAN MASALAH OLEH CAGNE (1977) diperhadapkan pada masalah melakukan verifikasi atas hipotesa membatasi dan memebedakan sifat pokok dari situasi merumuskan hipotesa yang mungkin dapat diterapkan
MODEL PEMECAHAN MASALAH OLEH REIF DAN HELLER (1982) CASEY DAN FRAZER (1984) • Mendiskripsikan kembali problem asli ke dalam bentuk yang menunjang upaya pencarian solusi • Mencari solusi • Mengukur solusi • Mengorganisasikan • Memecahkan • Mencek dan Menerapkan
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH OLEH PAKAR/AHLI DAN PEMULA Pakar/ahli Pemula • Menggunakan strategi ke depan ( working –forward – strategy ) • pengetahuan dalam unit besar • Mengenali bahwa problem tertentu dapat dipecahkan menggunakan formula yang diketahui • Memecahkan masalah dengan strategi kerja mundur (working backward strategy ) • Memecahkan masalah dengan rumus yang kecil • Melalui banyak langkah
Gee and Land masalah illstructured tuntutan kognitif meta kognitif jejaring informasi ( schema ).
PENGERTIAN MASALAH Greeno (1978 Wineburg’s ( 1988 ) Mc. Cormick, 1987). pengetahuan Pengaturan tentang kognisi tentang kapan dan kognisi meliputi di mana ia harus mencakup 3 : Pengetahuan dan menggunakan kesadaran strategi-strategi ( komponen : seseorang perencanaan, berpikir ) yang telah bagaimana ia dimilikinya (Pressley evaluasi, dan berpikir, kapasitas : monitoring dan hambatan
6. PENELITIAN DI BIDANG PEMECAHAN MASALAH Swanson dkk (1990) : Melakukan menguji kemungkinan adanya perbedaan kualitatif antara guru baru dengan yang sudah menjadi pakar dalam protocol ‘think-aloud’ • Dalam pembelajaran non-directif : • elaborasi heuristic dan pernyataan-pernyataan strategi, • sedang dalam pembelajaran directif mental mirip dengan para guru baru.
Ross dkk (2002 ) • melakukan penelitian tentang dampak penilaian sendiri oleh pelajar kelas 5 -6 terhadap prestasi pemecahan masalah mereka dalam pelajaran matematika. • Hasilnya memang menunjukkan bahwa kelompok yang diberi perlakuan berprestasi lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, walaupun dampak dari perlakuan itu kecil
Ku & Sulivan (2002) • melakukan penelitian tentang dampak dari pembelajaran yang dipribadikan (personalized instruction) terhadap prestasi dan sikap para pelajar kelas 4 di Taiwan dalam mengerjakan soal cerita matematika. • Pemberian pembelajaran dilakukan dengan pemanfatan nama-nama makanan, olahraga, toko, sejenisnya yang paling favorit di kalangan pelajar dalam merumuskan soal-soal cerita matematika
. Hasil penelitian ini memperkuat temuan sebelumnya tentang pentingnya pembelajaran yang dirancang secara pasti untuk mengajarkan aturan-aturan pemecahan
Chiu (2004) melakukan penelitian untuk menguji bagaimana dampak model ‘intervensi guru’ yang dilakukan selama pembelajaran kooperatif terhadap ‘ waktu keterlibatan pelajar dalam tugas ‘ ( time on task ) dan pemecahan masalah.
META ANALISIS PENELITIAN TENTANG PROBLEM SOLVING Salah satu karya penelitian yang menggunakan metode meta analisis terhadap hasil-hasil penelitian tentang problem solving adalah yang dilakukan pada tahun 1984 oleh Zhining Qin, David W. Johnson, dan Robert. Johnson.
Untuk keperluan itu diambil 45 dari 800 penelitian tentang pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kompetitif yang berlangsung antara tahun 1926 s/d tahun 1993. Ke 45 penelitian ini menghasilkan 63 temuan tentang prestasi belajar dalam pemecahan masalah.
Variabel bebas dalam penelitian ini mencakup tiga kategori besar yaitu : • Pembelajaran kooperatif v. s pembelajaran kompetitif • Jenis atau tipe tugas pemecahan masalah = bersifat kebahasan (linguistic ) atau bukan kebahasan (non linguistic) dan terbatasi dengan baik (well-defined) atau tak terbatasi dengan baik (ill-defined),
• Dimensi-dimensi penelitian lain yang mencakup : o Usia subyek penelitian (muda=anak pra sekolah, SD dan SMP atau tua = pelajar SMU, Mahasiswa dan orang dewasa ) o Tahun publikasi o Lamanya penelitian o Kualitas metodologi=tingkat keacakan sampel, kejelasan kondisi control penelitian
Hasil dari meta analisis yang dilakukan oleh Qin dkk secara garis besar adalah sebagai berikut : • Terdapat 33 temuan penelitian yang dihasilkan oleh penelitian berkualitas metodologi tinggi, 16 berkualitas metodologi sedang dan 14 berkualitas metodologi rendah.
6. 1. META ANALISIS PENELITIAN TENTANG PROBLEM SOLVING • Rata-rata hitung besaran dampak keseluruhan variabel bebas menunjukkan bahwa upaya kooperatif menghasilkan kualitas pemecahan masalah lebih tinggi disbanding upaya-upaya kompetitif (ES = 0. 55). hal ini berarti bahwa rata-rata orang yang berada dalam kondisi kooperatif lebih baik dalam memecahkan masalah ketimbang 72. 55 orang yang berada dalam kondisi komperatitif
META ANALISIS PENELITIAN TENTANG PROBLEM SOLVING • Kondisi kooperatif menghasilkan pemecahan masalah yang lebih efektif dalam keempat jenis masalah (masalah yang bersifat kebahasan/linguistic, bukan kebahasan / non linguistic, terbatas dengan baik/well-defined, dan tak terbatas dengan baik/ill-defined) • Perbedaan antara usia subyek penelitian, model publikasi dan keacakkan sampel serta lamanya penelitian tidak signifikan.
6. 2 PENELITIAN PEMACAHAN MASALAH • Sujimat (2000) memotret pembelajaran memecahkan masalah matematika di sekolah dasar se Kota Malang. Dari eksplorasinya, Sujimat menemukan : q Separuh lebih guru memiliki pemahaman tentang pemecahan masalah matematika, dengan baik dan kurang baik q Hampir seluruh guru memiliki sikap yang baik dan sangat baik terhadap pembelajaran pemecahan masalah matematika
q Sebagian besar guru telah melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan baik dan sangat baik q Faktor yang menunjang pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah tersedianya soal-soal cerita dalam buku paket mata pelajaran matematika dan tersediannya waktu untuk melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah matematika.
q Hanya sebagian kecil dari soal-soal yang ada yang merupakan soal pemecahan masalah matematika q Ada perbedaan pemahaman dan pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah matematika antar guru yang berpendidikan SPG, D 2, D 3/Sarjana muda dan SI
• Tidak ada perbedaan pemahaman, sikap dan pelasksanaan pembelajaran pemecahan masalah matematika antar guru yang berbeda -beda lama masa kerjanya
Prayoga (2000) mencoba mencari gambaran tentang proses pemecahan masalah soal ceritera yang dilakukan pelajar kelas 3 sekolah dasar yang berkategori kemampuan tinggi, sedang dan kurang dengan menggunakan metode protocol. Temuan dari penelitian yang kemudian ditulis menjadi disertasi itu adalah :
q Pelajar kategori kemampuan tinggi selalu memperoleh jawaban benar lebih tinggi ketimbang pelajar kategori kemampuan sedang dan rendah q Pelajar kategori kemampuan sedang kadang memperoleh jawaban benar lebih tinggi kadang lebih rendah disbanding pelajar kategori kemampuan rendah
• Pelajar kategori kemampuan tinggi selalu memperoleh prosentase lebih rendah dalam memberikan jawaban salah ketimbang pelajar kategori kemampuan sedang dan rendah
q Pelajar kategori kemampuan tinggi selalu lebih cepat dalam memperoleh jawaban benar dari pada pelajar kategori kemampuan rendah q Pelajaran kategori kemampuan tinggi selalu menggunakan jumlah baris protocol lebih sedikit dalam memperoleh jawaban benar daripada pelajaran kategori kemampuan sedang dan rendah
q Pelajar kategori kemampuan sedang kadang menggunakan jumlah baris protocol lebih sedikit dalam memperoleh jawaban yang benar dari pada pelajar kategori kemampuan rendah q Pelajaran kategori kemampuan tinggi dapat memilih model matematika dengan tepat, beragam dan dapat menggunkan kaidah matematika, sedang pelajar kategori kemampuan rendah kadang-kadang melakukannya
q Pelajar kategori kemampuan tinggi selalu memperoleh jawaban dengan mensubstitusikan angka ke dalam soal, sedangkan pelajar kategori kemampuan rendah tidak selalu melakukannya. q Pelajar kategori kemampuan sedang kadang memperoleh jawaban salah lebih tinggi kadang lebih rendah dibandingkan pelajar kategori kemampuan rendah
Peneliti Waras (2003) menguji pembelajaran berbasis proyek (PBP) sebagai alternatif potensial untuk meningkatkan kecakapan akademik, kecakapan teknikal dan kecakapan pemecahan masalah, hasilnya tampak bahwa :
HASIL PENELITIAN q Kecakapan akademik (Pemahaman konsep & prinsip ) permesinan mahasiswa yang mengikuti PBP lebih tinggi dari pada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pelatihan. q Kecakapan teknikal (keterampilan mengoperasikan mesin) mahasiswa yang mengikuti PBP ditemukan lebih rendah dari pada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pelatihan
q Kecakapan pemecahan masalah permesinan mahasiswa yang mengikuti PBP lebih tinggi dari pada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pelatihan q Pencapaian kecakapan akademik model pembelajaran tidak berinteraksi dengan gaya belajar, akan tetapi PBP lebih akomodatif terhadap gaya belajar aktif-reflektif maupun sikuensial-global disbanding pembelajaran dengan metode pelatihan
q Pencapaian kecakapan akademik model pembelajaran tidak berinteraksi dengan gaya belajar, akan tetapi PBP lebih akomodatif terhadap gaya belajar aktif-reflektif maupun sikuensial-global disbanding pembelajaran dengan metode pelatihan
• Pencapaian kecakapan teknikal model pembelajaran tidak berinteraksi dengan gaya belajar, akan tetapi PBP tidak lebih akomodatif terhadap gaya belajar disbanding pembelajaran dengan Metode pelatihan
q Pencapaian kecakapan pemecahan masalah model pembelajaran tidak berinteraksi dengan gaya belajar, akan tetapi PBP lebih akomodatif terhadap gaya belajar aktifreflektif maupun sikuensial global dibanding pembelajaran dengan metode pelatihan.
Penelitian Sulisworo (2004) dimaksudkan untuk menguji keefektifan proses pembelajaran dan usaha pemecahan masalah untuk meningkatkan kinerja individual dalam pemecahan masalah kompleks.
HASIL PENELITIAN : q q Kinerja pemecahan masalah kompleks secara individu berturut-turut dari yang tertinggi : proses pembelajaran berbasis proyek (skor rata-rata 12. 2750), proses pembelajaran berbasis proyek dengan upaya pemecahan masalah secara kompetitif (skor rata-rata 11. 1667), proses pembelajaran klasikal dengan upaya pemecahan masalah secara kolaboratif (skor rata-rata 10. 7250), proses pembelajaran klasikal dengan upaya pemecahan masalah secara kompetitif (skor rata-rata 9. 7381).
q Terdapat perbedaan signifikan antara proses pembelajaran berbasis proyek dan proses pembelajaran klasikal, demikian juga antara upaya pemecahan masalah secara kolaboratif dan kompetetif. Namun tidak ada interaksi signifikan antar keduanya. q Pembelajaran berbasis proyek berpengaruh lebih baik pada kinerja pemecahan masalah kompleks secara individu dibanding proses pembelajaran klasikal karena tujuan pembelajaran, aktivitas yang diselenggarakan, motivasi pembelajar dan pengelolaan informasi.
q Upaya pemecahan masalah secara kolaboratif tidak memberikan pengaruh lebih baik pada kinerja pemecahan masalah kompleks secara individu disbanding upaya pemecahan masalah secara kompetitif karena faktor persepsi belajar, motivasi yang tumbuh, dan tingkat saling ketergantungan yang tinggi antara mahasiswa dalam kelompok.
q Tidak ada interaksi yang cukup siginifikan antara proses pembelajaran dengan usaha pemecahan masalah.
6. 2 PENELITIAN PEMACAHAN MASALAH Penelitian lain dilakukan oleh Demitra (2004) yang menggali pengaruh pendekatan pengajaran (pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran regular) dan tipe masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika ill defined dan well defined. Penelitian ini menunjukkan bahwa :
q Ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika tipe ill-defined pada pebelajar yang diajarkan dengan pendekatan pengajaran problem based learning (PBL) dan pembelajaran regular. PBL lebih efektif untuk mengembangkan skema pengetahuan pebelajar memecahkan masalah matematika yang bertipe ill-defined.
q Tidak ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika tipe well-defined pada pebelajar yang diajarkan dengan pendekatan pengajaran problem based learning (PBL) dan pembelajaran regular. q Ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika tipe ill-defined pada pebelajar yang diajarkan dengan menggunakan masalah tipe illdefined dan well-defined.
q Tidak ada perbedaan kemampuan pemecahaan masalah matematika tipe well-defined pada pebelajar yang diajarkan dengan menggunakan masalah tipe ill-defined well defined. q Ada interaksi antara pendekatan pengajaran dan tipe masalah matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika tipe ill-defined. q Ada interaksi antara pendekatan pengajaran dan tipe masalah matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika tipe well-defined.
- Slides: 72