PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN HENDAR NURYAMAN S P M
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN HENDAR NURYAMAN, S. P. , M. P PRODI AGRIBISNIS FP UNSIL
Pertanian dalam Pembangunan • Sektor pertanian merupakan sektor prioritas dalam pembangunan, seperti yang diamanatkan dalam GBHN yang menetapkan “prioritas pembangunan diletakkan dalam bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian, pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan”.
Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi (Kuznets, 1964; Todaro, 2000) : Pertanian sebagai penyerap tenaga kerja Kontribusi terhadap pendapatan Kontribusi dalam penyediaan pangan Pertanian sebagai penyedia bahan baku Kontribusi dalam bentuk kapital Pertanian sebagai sumber devisa
TAHAP-TAHAP PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah. 2. Penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sector komersial tetapi masih memakai modal dan teknologi yang rendah. 3. Pertanian modern yang produktivitasnya tinggi karena memakai modal dan teknologi yang tinggi pula.
Klasifikasi Sektor Pertanian Tanaman pangan (padi, beras, jagung, umbian, sayur, buah, tanaman bahan makanan lainnya) Tanaman perkebunan (karet, tebu, kelapa, minyak kelapa, sawit, tembakau, kopi, teh, cengkeh, pala & lada) Kehutanan (Kayu & hasil hutan lainnya) Peternakan (peternakan, pemotongan hewan, unggas & hasil-hasilnya) Perikanan
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Kelayakan Ekonomi (economical viability Ramah Lingkungan (ecological sound & Friendly) Kriteria Berbasis Pengetahuan yang Holistik, Komprehensif, Multidisiplim. Adil Secara Sosial (socially just) Cocok/ Selaras dengan budaya setempat (cultural appropriate)
Paradigma Pembangunan Pertanian • Pertanian Industrial = linear • Pertanian Berkelanjutan = cyclic
Definisi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (sustainable agriculture development): “ Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang melalui pengelolaan dan konservasi atau pelestarian sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin pemenuhan kebutuhan manusia secara berkesinambungan untuk generasi masa kini dan masa yang akan datang ”.
Pembangunan dan Konservasi SDA Dalam pertanian berkelanjutan, konservasi menyatu. Karena sumberdaya yang hilang, sukar untuk dipulihkan kembali. Dalam perspektif ekologi yang lebih luas, konservasi biodiversiti merupakan sebuah tujuan. Konservasi dan pembangunan satu sama lain penting dan tidak terpisahkan/saling berkaitan tetapi tidak mudah. Bagaimanapun juga proses pemeliharaan ekologi bukan hanya tugas utama perorangan atau organisasi, melainkan memerlukan kombinasi kegiatan perorangan, nasional dan internasional.
Keterkaitan dengan Alam, Sosial, Ekonomi dan Budaya Ada tiga syarat pertanian berkelanjutan dalam sistem usahatani yaitu : produktivitas, kelayakan sosial ekonomi, budaya dan pemeliharaan sumberdaya jangka panjang. Merupakan kritik terhadap revolusi hijau, dimana di Indonesia berkaitan erat dengan program intensifikasi (Demas, Bimas, Insus, Supra Insus), dirancang dari pemerintah pusat sehingga mengabaikan variasi SDA lingkungan, kelembagaan setempat (indigenous institution), teknologi petani (indigenous technology) dan kearifan lokal (indigenous wisdom).
Input Eksternal Rendah Utamanya berdasarkan penggunaan input lokal, yakni dari lahan dan lingkungan sekitarnya) Sesedikit mungkin memanfaatkan pasokan yang diperoleh melalui pertukaran atau pembelian.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Control (IPC) berasas untuk memperkecil penggunaan pestisida dengan meningkatkan diversitas dan kesinambungan kehidupan dalam sistem usahatani. PHT bersifat dinamik dan locational. Merupakan proses yang selalu berubah dalam sistem interaksi yang komplek antara hama, lingkungan, keadaan sosial dan ekonomi. PHT bukan teknologi, melainkan proses pemecahan masalah hama yang dilakukan oleh petani berdasarkan pengalaman, hasil belajar, dan hasil penelitian sendiri, dengan sangat memperhatikan pengaruh pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan, keberlanjutan ekosistem pertanian dan ekonomi.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Integrated Crop Management (ICM) adalah upaya holistik berkelanjutan mengintegrasikan sumberdaya lahan, air, tanaman, OPT (organsme penggangu tanaman) dan iklim sesuai dengan kemauan dan kemampuan petani (Indradewa, 2011) PTT menekankan partisipasi petani yang menempatkan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani sebagai subjek, dalam menyikapi kemajuan teknologi dengan memperhatikan keanekaragaman lingkungan pertanian dan kondisi petani sehingga teknologi menjadi mudah diterima petani. PTT disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi. Petani dapat menentukan atau memilih kombinasi teknologi tergantung pada potensi lahan dan kemampuan petani. Ada 2 komponen teknologi, dasar/relatif/umum (varietas unggul bibit bermutu, populasi tanaman, pemupukan, dan irigasi dan drainase. Pilihan/spesifik lokasi (penyiapan lahan, bahan organik, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan penanganan panen dan pascapanen.
SRI (Sistem of Rice Intensification) pertama kali ditemukan di Madagaskar (1983 -1984) oleh seorang pastur jesulit yang hidup bersama petani lebih dari 30 th (Indradewa, 2011). Di Indonesia, SRI diperkenalkan pada tahun 1987 (pertama kali diluar madagaskar) Dalam SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan mesin. Semua potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Perbedaan SRI dengan PTT adalah SRI (tanpa bahan kimia, punya paket teknologi, kebutuhan pupuk organik sangat besar (10 ton/ha)), jarak tanam lebar, umur bibit sangat muda (7 -14 hari). PTT (Menggunakan bahan kimia (pupuk kimia, pestisida dan herbisida), teknologi menyesuaikan, kebutuhan pupuk organik sedikit).
Multifungsionalitas Pertanian Pengertian : ü “Multifungsinality is a haracteristic of the production process that can have implication for achieving multiple societal goals” (OECD, 2001). ü De Vries (2000) menyatakan bahwa multifungsinalitas merupakan barang-barang positif nonpangan dan nontradable yang memiliki manfaat , antara lain komunitas pedesaan yang hidup layak, lingkungan, ketahanan pangan, nilai tataguna lahan, kualitas dan keamanan pangan, kesehatan ternak dsb. Dapat memberikan nilai tambah sektor lain dapat mempengaruhi keberlanjutan pertanian dimasa datang.
Dasar teori : ü Adalah adanya joint product pertanian berupa eksternalitas. Berbeda dengan diversifikasi (aktifitas ganda), multifungsionalitas (hanya satu aktifitas). Pertanian punya ciri sebagai barang publik (publik goods) yang dapat dinikmati oleh semua orang tanpa membayar, dapat menikmati manfaat tanpa menyadari (Prihtanti, 2014). ü Multifungsionalitas pertanian menghasilkan output ganda berupa komoditas dan non komoditas secara bersama, dan output komoditas menunjukkan ciri eksternalitas, keterkaitan antara peran ekonomi, sosial dan lingkungan dari aktifitas pertanian.
Keterkaitan Peran dan Fungsi Sektor Pertanian (De Vries, 2000) Sosial Gender, Budaya, Sosial, Tradisi Budidaya dan Komersialisasi Pangan tradisional Pendapatan, Pemasaran, Perdagangan Produksi Pangan Pengukuran jasa lingkungan Diversifikasi Pemanfaatan lahan Tanah, Air, Iklim, Biodiversitas Ekonomi Lingkungan
Multifungsionalitas Pertanian dapat Digambarkan Sebagai : 1) Penghasil bahan pangan 2) Penyedia kesempatan kerja 3) Sumber PAD (pajak) 4) Mencegah urbanisasi (melalui kesempatan kerja) 5) Sarana tumbuhnya kebudayaan tradisional 6) Sarana tumbuhnya gotong royong 7) Sumber pendapatan masyarakat 8) Saran refreshing, dan 9) Sarana priwisata
Pembangunan Pedesaan Pembangunan Pertanian Proses kenaikan kesejahteraan penduduk sepanjang waktu Pembangunan Pedesaan Berbagai Kegiatan dan tindakan, baik perorangan, Organisasi Maupun kelompok yang secara Bersama Membangun Kemajuan Wilayah pedesaan
Permasalahan Sektor Pertanian Kualitas SDM pertanian masih rendah Masalah kesempatan kerja & kesejahteraan Penurunan kualitas SDA dan terbatasnya lahan Masalah daya saing dan persaingan tidak sehat Kemampuan petani dalam mengakses sumber pembiayaan masih rendah q Belum adanya lembaga keuangan yang khusus membiayai sektor pertanian q q q
PERMASALAHAN PETANI DAN PERTANIAN INDONESIA PASAR DAN TATA NIAGA INFORMASI KEPEMILIKAN LAHAN KEBIJAKAN PETANI NASIB PETANI INDONESIA BIROKRASI MODAL ORGANISASI TANI KETERAMPILAN MENTALITAS TEKNOLOGI
Strategi pembangunan pertanian q Peningkatan produktivitas yang didukung dengan teknologi melalui penelitian & penemuan baru q Menumbuhkembangkan industri pengolahan hasil pertanian q Meningkatkan nilai, volume dan keragaman produk pertanian q Mengembangkan kawasan agroindustri q Membentuk lembaga keuangan/perbankan yang khusus melayani sektor pertanian
PEMERINTAH PERGURUAN TINGGI PENGUSAHA SAPROTAN PEDAGANG SAPROTAN LEMBAGA PENELITIAN PENGUSAHA PERTANIAN PETANI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT LEMBAGA PENYULUHAN AGROINDUSTRI PENGEPUL EKSPORTIR SUPER MARKET KONSUMEN TENGKULAK BURUH TANI PERBANKAN PEDAGANG PASAR IMPORTIR DIAGRAM POLA INTERAKSI PELAKU PERTANIAN INDONESIA
Hatur Nuhun. . . !!!
- Slides: 24