PELATIHAN PENANGANAN TANAH PROBLEMATIK PADA STRUKTUR JALAN VOL1
PELATIHAN PENANGANAN TANAH PROBLEMATIK PADA STRUKTUR JALAN VOL-1 PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN, DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH Medan, 27 – 30 Agustus 2018 1
8 jam pembelajaran x 4 = 24 jam pembelajaran ? ? ? 2
Sumatera Utara Aeklatong 3
PERLU MEMPERHATIKAN KETENTUAN DAN LAIK FUNGSI JALAN (LFJ) 4
Perencanaan Penanganan Tanah Problematik dalam mendukung Timbunan Jalan KETENTUAN PERUNDANGAN-UNDANGAN DAN PERATURAN-2 JALAN KETENTUAN GEOMETRIK DAN ALINYEMEN JALAN UTK KESELAMATAN, KENYAMANAN BERLALULINTAS KETENTUAN DALAM MEWUJUDKAN LAIK FUNGSI JALAN (LFJ), KUALITAS KONSTRUKSI (KUAT SESUAI UMUR RENCANA) PERLUBERDASARKAN INVESTIGASI LAPANGAN DAN LABORATORIUM 5
Peraturan terhadap jalan Berkeselamatan (PERUNDANG-UNDANGAN) � Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 : Pemerintah berkewajiban memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. 2. Penyelenggara jalan harus menjamin keselamatan pengguna dan menghindari terjadinya kecelakaan. 3. Jalan yang berkeselamatan yang Laik Fungsi Jalan (LFJ). 1. Harus dilakukan melalui audit jalan yang terukur 2. Audit jalan dilakukan oleh penyelenggara jalan 1. secara teknis 2. administrasi 6
Ketentuan Jalan � Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 pasal 1 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 pasal 1 bahwa : � jalan adalah prasarana transportasi darat atau infrastruktur jalan dan bagian dari infrastruktur umum juga mencakup: Semua bagian jalan, Termasuk bangunan pelengkap dan Perlengkapan lainnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, 7
Ketentuan Jalan � Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 pasal 1 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 pasal 1 bahwa : � Jalan adalah infrastruktur (bagian dari konstruksi bangunan) untuk umum yang berada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air. � Jalan adalah Infrastruktur umum terdiri dari: Jalan dan Jembatan Terowongan Irigasi dan saluran Perumahan seperti rusunawa � jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel tidak termasuk. 8
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan agar Laik Fungsi q q Fungsi : Kelas jalan dan peruntukannya; Bagian jalan : Lebar perkerasan dan bahu jalan serta batas ROW Dimensi jalan ditentukan berdasarkan q Persyaratan geometrik jalan, alinyemen jalan dan grade & curve q Muatan sumbu terberat dan jenis kendaraan (MST-berat tonase), q Kapasitas jalan : volume lalu lintas dan density jalan (kecepatan kendaraan dan kondisi jalan serta karekteristik lalu lintas) Struktur : konstruksi Jalan (thd Umur Rencana) terdiri: q Konstruksi jalan; q Keandalan dan Umur Rencana q Stabilitas dan Kekuatan Konstruksi bangunan pelengkap jalan (jembatan dan terowongan); q Perlengkapan jalan (perambuan dan ketentuan yang menunjang keselamatan jalan); Tata Ruang Wilayah dan Permukiman Kelestarian lingkungan 9 q q q
Fungsi Jalan prasarana umum untuk memperlancar assessibilitas dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pertumbuhan sektor usaha, maka : 1. Harus dapat diakses dengan nyaman, cepat dan SLIDING aman 2. Dapat melayani dalam jangka waktu lama sesuai umur disain dengan hambatan yang minimal 3. Dapat menampung pertumbuhan volume lalu lintas dan memadai dengan kecenderungan pola beban yang meningkat sesuai umur disain FLOODING rencananya 10
Penilaian Kondisi Fungsional dan Struktural q RAINFALL YEARLY q PERUBAHAN LINGKUNGAN q DEGRADASI TANAH/BATUAN 1. 2. Kondisi fungsional : kerataan dan kekesatan permukaan perkerasan, diukur dengan IRI Kondisi struktural menyangkut kemampuan dalam mempertahankan kondisi fungsionalnya (dinyatakan dalam satuan waktu terhadap deformasi / lendutan). 1. Deformasi memanjang (FWD – Benkelman) dan melintang jalan (straight egde) 2. Kekuatan dan Daya dukung perkerasan 3. Stabilitas Perkerasan dan Badan Jalan 11
Laik Fungsi Jalan Laik Fungsi teknis Laik Fungsi administrasi Sumber: Sisca V Pandey, FT Universitas Diponegor Jl. Hayam Wuruk No. 5 -7 Semarang, Phone/Fax: (02 8311946/8311802. 1) Status Jalan 2) Kelas Jalan 3) Kepemilikan Tanah untuk Ruang Milik Jalan (RUMIJA) 4) Leger (arsip) jalan 5) Dokumen AMDAL 12
Peraturan terhadap jalan Berkeselamatan (PERUNDANG-UNDANGAN) � Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2010 : � Prosedur Uji Laik Fungsi Jalan secara : Laik Fungsi Teknis kondisi stabilitas jalan keseluruhan terhadap umur rencana Laik Fungsi Administratif sebagai tanggung jawab penyelenggara jalan � Pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan memberikan hasil audit bagi pengguna jalan. � Hasil audit menunjukkan Jalan tidak / belum laik fungsi maka fungsi jalan belum layak dioperasikan sehingga jalan harus ditutup untuk dilakukan perbaikan. � Laik Fungsi Jalan merupakan upaya untuk mewujudkan jalan yang berkeselamatan dalam memenuhi UU jalan. 13
14
Review Perencanaan Geometrik terhadap Alinyemen jalan Alinemen Horisontal: Alinemen (Garis Tujuan) horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari : Garis lurus (Tangent), merupakan jalan bagian lurus. b. Lengkungan horisontal yang disebut tikungan yaitu : a. b. c. Full – Circle Spiral – Circle – Spiral – Spira Pelebaran perkerasan pada tikungan. d. Kebebasan samping pada tikungan sehingga perlu ruang jarak pandang c. 15
Review Perencanaan Geometrik terhadap Alinyemen Jalan Alinemen Vertikal: adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil Alinyemen Vertikal dan Horizontal menggambarkan tinggi rendahnya level ketinggian jalan (final grade) terhadap muka tanah asli, perlu Galian atau Timbunan? ? ? Dampak: Galian dan Timbunan Memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga: alinyemen dan gradien jalan b. Untuk mewujudkan jalan yang ber-kesealamatan: Aman, Nyaman dan Kuat c. Komposisi volume perbandingan CUT - FILL a. 16
Review kualitas ---- Perencanaan Lapis Perkerasan Jalan a. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis Komponen dengan Satuan perkerasan yang dipakai adalah sebagai berikut : a. Flexible Pavement a. Lapis Permukaan (Surface Course) : Laston MS 744 b. Lapis Pondasi Atas (Base Course) : Batu Pecah Kelas A CBR 100% c. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) : Sirtu Kelas A CBR 70 % b. Rigid Pavement a. Perekerasan Beton mutu tinggi K-350 tebal 28 – 30 cm b. Lantai kerja atau Lean Concrete beton B-100, tebal 10 – 15 cm c. Sistim segmental dengan dowel penghubung b. Dampak: tergantung subgrade atau lapisan tanah dasar dibawahnya (lapisan tanah/batuan setempat) akan 17
Analisa biaya yang diperlukan Berhubungan Dengan Konstruksi Jalan 18
GEOMETRIK JALAN DAN KETENTUAN GRADE YANG DISYARATKAN Galian dan Timbunan Jalan 19
View of Road Condition Galian Tinggi Timbunan = galian volumenya sama untuk Longitidinal section. Spec BM : < 2 km Kondisi jaringan jalan thd perencanaan geometrik yang disyaratkan 20
Ketentuan Fungsi Jalan thd Beban Kendaraan (MST) dan Dimensinya 21
Perencanaan Pekerjaan Jalan pada Galian – dalam hubungannya dengan geometrik jalan 22
Perencanaan Pekerjaan Jalan pada Galian – dalam hubungannya dengan geometrik jalan Kondisi jalan seperti apa 23
Evaluasi Jalan dalam menunjang aspek Berkesealamatan (geomembrane) Geometrik bagian tikungan dan lurus 1. Tikungan luar dan tikungan dalam 2. Bagian lurus 3. Adakah pelebaran nya dan kondisi ? 24
Perencanaan Pekerjaan Jalan pada Galian – dalam hubungannya dengan geometrik jalan 25
Perhatikan Galian dan Timbunan Uji Kuat Geser UU dan CD Uji Kuat Geser UU dan CU 26
Perencanaan Pekerjaan Jalan pada Galian – dalam hubungannya dengan geometrik jalan Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 27
Prinsip Galian dan sudut lereng 5 – 6 m 28
INVESTIGASI GEOTEKNIK 29
DESKRIPSI DAN KLASSIFIKASI TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN
PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM A. KLASIFIKASI : Berat jenis, berat isi, kadar air, saringan dan hidrometer, batas-batas atterberg B. KEKUATAN Triaksial, geser langsung, kuat tekan bebas, pemadatan dan CBR C. PEMAMPATAN Konsolidasi
Pengujian Laboratorium untuk mendukung analisa kemantapan jalan � Uji berhubungan dengan Klasifikasi � Klasifikasi : ASTHOO – CASSAGRANDE CLASIFICATION USCS– GROUP INDEX Analisa gradasi saringan Analisa gradasi hidrometer � Indeks testing : uji batas konsistensi atterberg � Uji berhubungan dengan kekuatan tanah � � PL: plastik limit LL: liquid limit PI: Plastisitas tanah SL: susut tanah m/c: kadar air tanah Kepadatan CBR Uji parameter geser : Triaxial, UCS dan Direct Shear Uji berhubungan dengan durability atau keawetan dan keandalan konstruksi � � Uji perilaku tanah Uji konsolidasi dan permeabilitas tanah Uji sifat kimia dan fisik tanah Nilai kepadatan tanah DR : density Relative
Jenis pengujian di Laboratorium q klasifikasi q Uji batas Atterberg (LL, PL PI dasn SL) q Kadar air q Berat jenis Kekuatan q Compaction dan CBR q UCS, direct shear (geser langsung), Triaxial Durabilitas / kinerja q Konsolidasi q Kekerasan dan bentuk / sifat butiran (utk jalan) q Sifat kimia dan fisik tanah/agregat batuan q q q Analisa saringan + Hidrometer
Klasifikasi tanah/agregat Dapat membedakan jenis-jenis tanah � Mengetahui klasifikasi tanah menurut AASHTO dan USCS � Sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah a. Klasifikasi tanah menurut USCS (Unified Soil Classification System ) b. Klasifikasi tanah menurut AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials ) �
Pengujian Analisa Saringan Nomor ayakan yang digunakan untuk klasifikasi ● Saringan 12 s/d ½ inc � Saringan NO 4 (4, 75 mm) � Saringan NO 40 (0, 425 mm) � Saringan NO 200 (0, 074 mm) � Untuk tanah yang lolos saringan No 4 dilakukan uji hidrometer (cara pengendapan) 35
Jenis dan Ukuran Butir Tanah Jenis Tanah Ukuran butir (mm) a. Berangkal (Boulders) ≥ 300 b. Kerakal (Cobbles) 150 – 300 c. Kerikil (Gravel) 5, 0 - 150 d. Pasir (Sand) 0, 074 – 5, 0 e. Lanau (Silt) 0, 002 – 0, 074 ≤ 0, 002 f. Lempung (Clay) 36
Pengujian Analisa Saringan 37
Alat Pengujian Analisa Saringan dan Hidrometer (2) 38
Cara melakukan Hidrometer Masukan tanah ke tabung gelas Masukan hidrometer ke tabung gelas 39
INDEK PLASTISITAS (PI) = LL- PL 2. Pengujian Batas-batas ATTERBERG a. Batas Cair LL (SNI) b. Batas Plastis PL (SNI) c. Indek Plastisitas (PI) = LL- PL Masukan tanah ke mangkok Alur membagi dua bagian SNI 03 -1967 -1990 40
Pengujian Batas-batas ATTERBERG 41
Cara melakukan Batas Plastis Buat bola tanah Masukan tanah dalam cawan Geleng s/d. diameter batang (3, 2 mm) Uji kadar airnya 42
Grafik Plastisitas 43
KLASIFIKASI TANAH USCS dan AASHTO (SNI 03 -6797 -2002)
Kalsifikasi
Ukuran butiran tanah
KLASIFIKASI TANAH USCS dan AASHTO (SNI 03 -6797 -2002) 47
Batas-batas Atterberg � � Indeks plastisitas (IP) = LL – PL Suatu angka yang dapat dipakai sebagai petunjuk keadaan tanah ditempat aslinya adalah indeks kecairan (IL) atau dapat digunakan juga indeks konsistensi (Ic) � Indeks kecairan (IL) = � Indeks Konsistensi (Ic) = 48
Aplikasi Hasil Pengujian Batas Atterberg (6) 49
Kualitas Konstruksi � � � Kelas jalan Beban kendaraan Kekuatan struktur jalan 50
Perannan Lapisan Tanah Dasar terhadap struktur perkerasan jalan Padat Tidak padat/ bermasalah Kerusakan perkerasan Jalan akibat Pemadatan (Meningkatkan Daya Dukung) 51
Kondisi Struktural jalan BEBAN KENDARAAN (MST – AXLE LOAD) akibat Beban Berlebih (Beban Lalu-Lintas – over loading) berdampak kerusakan Jalan Muatan Sumbu Terberat (MST) 52
Klas Jalan menurut ketentuan Fungsi vs Kekuatan Struktur Jalan • • • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan PP 43/1993, Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan 53
Pedoman dan Manual dalam Membangun Jalan di Atas Tanah Problematik
Terima Kasih vol 1 Eddie Sunaryo 0817223248 - 082127257722 55
- Slides: 55