PELAKSANAAN SURVEY TOPOGRAFI Persiapan bahan peralatan dan administrasi
PELAKSANAAN SURVEY TOPOGRAFI
Persiapan bahan, peralatan dan administrasi Persiapan bahan/data penunjang: � Peta topografi skala 1: 25. 000 � Peta tata guna tanah skala 1: 50. 000 � Data koordinat existing disekitar lokasi proyek. Persiapan peralatan: � Alat ukur sudut – teodolit � Alat ukur jarak – EDM (Electronic Distance Measurement) dan ETS(Electronic Total Station) � Alat ukur sipat datar – waterpass � Alat GPS (Global Positioning System) Persiapan administrasi: � Surat tugas, surat pengantar dan lainnya.
1. PEMASANGAN PATOK BM � � � Patok BM terbuat dr BETON dg Ukuran 10 x 75 cm atau PIPA PRALON dg ukuran 4’ inchi yg diisi adukan beton diatasnya dipasang BAUT; Dipasang ditempat AMAN, dan. MUDAH TERLIHAT; Patok BM dipasang di kedua ujung sungai, minimal 2 – 4 patok, mudah terlihat, aman, tidak berubah. . Patok BM ditanam ± 70 cm dg Kuat, yg tampak ± 20 cm, warna KUNING, ada Lambang BINA MARGA, NOTASI, dan NOMOR; Difoto sbg DOKUMENTASI , buat sketsa lokasi pemasangan utk memudahkan mencari. Tiap pemasangan BM disertai pemasangan patok CP pada perpotongan dengan jalan eksisting. guna pengukuran azimuth arah dalam staking out.
1. PEMASANGAN PATOK POLIGON Patok POLIGON terbuat dr KAYU dg Ukuran diameter 5 cm panjang 50 cm , diberi nomor, paku dan dicat; � Dipasang ditempat AMAN, dan MUDAH TERLIHAT; �
Pemasangan monumen Ada beberapa jenis ‘monumen’ yang harus dipasang di lokasi pengukuran sebagai titik-titik ikat yaitu: BM (Bench Mark), CP (Control Point) dan Patok Kayu pengukuran.
Pemasangan monumen Ada beberapa jenis ‘monumen’ yang harus dipasang di lokasi pengukuran sebagai titik-titik ikat yaitu: BM (Bench Mark), CP (Control Point) dan Patok Kayu pengukuran.
3. Pengikatan ke patok BPN/BIG: desain jaring pengamatan D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
2. PENGUKURAN TITIK KONTROL HORIZONTAL Sistem POLIGON � Semua ttk BM merupakan ttk poligon � Alat yg digunakan dg ketelitian baca dlm DETIK; ( T 2/EDM) �
Pengukuran kerangka kontrol horisontal dilakukan dengan metoda poligon terikat sempurna, yaitu terikat pada dua titik referensi yang koordinatnya sudah diketahui. Ada tiga metoda yang biasa digunakan yaitu: Pengukuran poligon dengan sistem koordinat lokal. Pengukuran poligon dengan sistem poligon terikat sepihak. 3. Pengukuran poligon terikat pada dua titik referensi GPS. 1. 2.
1. Pengukuran poligon dengan sistem koordinat lokal § § § Cara ini dilakukan bila tak ada titik referensi atau pengukuran posisi dengan GPS. Hasil pengukuran langsung dihitung dengan perhitungan poligon terbuka. Perhitungan lebih mudah karena tak ada reduksi dan koreksi proyeksi, permukaan bumi dianggap datar. Pada saat stake out, koordinat titik dapat dipakai sebagai titik referensi. Koordinat hasil pengukuran tidak dapat dimasukkan ke dalam sistem koordinat nasional (misalnya koordinat UTM atau TM 3°).
2. Pengukuran poligon dengan sistem poligon terikat sepihak § § § Cara ini dilakukan bila hanya ada satu koordinat referensi yg ada di lapangan. Pengukuran dilakukan dg sistem kring tertutup (diawali dan diakhiri di titik yg sama). Perhitungan lebih mudah karena tak ada reduksi dan koreksi proyeksi, dianggap datar. Pd saat stake out, koordinat titik dpt dipakai sebagai titik referensi. Koordinat hasil pengukuran tidak dpt dimasuk kan ke dalam sistem koordinat nasional (misalnya koordinat UTM atau TM 3°).
3. Pengukuran poligon dengan sistem poligon terikat dua titik referensi GPS Cara ini paling disarankan. Perlu reduksi hasil pengukuran berupa sudut, jarak dan azimut ke bidang referensi elipsoide (karena titik referensinya menggunakan GPS). § Perlu koreksi proyeksi pd saat penggambaran karena digambarkan pada bidang datar. § Pd saat stake out, koordinat titik harus dikembalikan ke koordinat di permukaan bumi fisik (geoid). Lebih rumit perhitungannya. § Koordinat hasil pengukuran dpt dimasukkan ke dalam sistem koordinat nasional (misalnya koordinat UTM atau TM 3°). § §
Pengukuran kerangka kontrol horisontal Hal-hal yang perlu diperhatikan: § Pengukuran poligon dilakukan dg melewati semua BM dan CP yg terpasang di lapangan. § Pengukuran GPS dianjurkan setiak jarak 5 Km dan setiap 5 Km azimut dikontrol dg pengamatan matahari. § Pengukuran poligon menggunakan teodolit atau ETS (electronic total station) yg mempunyai bacaan terkecil 1”. § Jarak diukur …….
Pengukuran kerangka kontrol horisontal Hal-hal yang perlu diperhatikan: Jarak diukur pergi-pulang dg empat kali pembacaan dg menggunakan alat EDM (electronic distance measurement) atau ETS yg sebelumnya harus sudah dikalibrasi. § Semua titik poligon harus dibuat sketsa pengukurannya. § Kesalahan penutup sudut poligon tidak boleh lebih dari 10”Vn, dimana n adalah jumlah titik poligon. Ketelitian lilnier harus lebih kecil atau sama dg 1: 7. 500. § Pengamatan matahari dilakukan dg metoda tinggi matahari dg sudut helling antara 15°-35°. Jangan lupa untuk membuat sketsa pengamatan, posisi matahari dan posisi target. §
Prosedur pengukuran kerangka kontrol horisontal 1. 2. 3. 4. 5. 6. Siapkan formulir pengukuran poligon. Pasang teodolit pd statif, pasang alat ukur EDM diatas alat ukur teodolit, pasang teodolit tepat diatas BM-0 dg cara centering optis, atur sumbu l vertikal teodolit. Pasang target prisma pdtribrach, pasang diatas statif, pasang statif tepat diatas patok yg akan diukur posisi koordinatnya (X, Y) yaitu ttk CP-0 dan ttk 1 dg cara centering optis. Arahkan teropong ke target prisma di ttk CP-0, kencangkan klem horisontal dan vertikal, himpitkan benang silang vertikal tepat ke target (paku/unting-2) dg menggerakkan sekrup penggerak halus horisontal, baca dan catat bacaan sudut horisontal. Kemudian arahkan teropong ke prisma yg terletak di atas patok, baca dan catat sudut vertikalnya. Setelah itu ukur jaraknya dg EDM dan catat jaraknya. Buka klem horisontal dan vertikal, arahkan teropong ke ttk kontrol horisontal 1, kencangkan klem horisontal dan vertikal, himpitkan benang silang vertikal tepat pd target prisma dg menggerakkan sekrup penggerak halus hosrisontal. .
Prosedur pengukuran kerangka kontrol horisontal – (lanjutan) 7. 8. 9. 10. 11. 12. Baca dan catat bacaan sudut horisontal, sudut vertikal, ukur jaraknya dg EDM dan catat jaraknya. Lakukan juga dg kondisi luar biasa, dan sampai didapat empat sudut ukuran. Pindahkan alat teodolit dan EDM keatas tribrach di ttk 1. Ambil statif dan prisma dari titik CP-0 dan pindahkan ke ttk 2, kemudian atur centering optis dan sumbu l vertikal. Arahkan teropong alat ukur teodolit ke arah target prisma di ttk BM 0, kencangkan klem horisontal dan verikal, tepatkan dg penggerak halus, baca dan catat bacaan sudut horisontal, sudut vertikal, ukur jarak dg EDM dan catat jaraknya. Arahkan teropong alat ukur teodolit ke arah target prisma di ttk 2, kencangkan dan klem horisontal dan vertikal, tepatkan dg penggerak halus, baca dan catat bacaan sudut horisontal, sudut vertikal, ukur jarak dg EDM dan catat jaraknya.
Prosedur pengukuran kerangka kontrol horisontal – (lanjutan) Ulangi pd posisi luar biasa (LB), biasa (B) dan luar biasa (LB) shg didapat empat kali bacaan sudut. 14. Ulangi pekerjaan tsb pd semua ttk-ttk kontrol dalam satu kring dan lakukan utk semua ttk kontrol sepanjang route proyek. 15. Lakukan pengamatan matahari pd ttk awal dan akhir setiap seksi (+ 5 Km) dg cara sbb: a. Atur alat teodolit pd ttk yg akan dilakukan pengamatan, (Lihat gambar 1) kemudian catat lintang (O) pengamatan, temperatur (bila diperlukan). b. Arahkan teropong pd posisi normal (biasa) ke target, baca dan catat horisontalnya. 13.
Prosedur pengukuran kerangka kontrol horisontal - lanjutan c. Arahkan teropong ke matahari dan tepatkan dg bantuan vizier teropong. Posisikan benang silang teropong pd tengah-tengah matahari bila pengamatan dilakukan dengan dg prisma roellof, atau singgungkan benang silang teropong ke tepi matahari posisi I (lihat gambar 2) bila pengamatan dilakukan dg sistem tadah. Gambar 1. Gambar 2.
Prosedur pengukuran kerangka kontrol horisontal - lanjutan d. Catat waktu pengamatan, bacaan vertikal dan horisontal ke matahari. e. Ulangi langkah c dan d dg posisi benang silang terbalik (LB) dg posisi benang silang pd posisi II. Ulangi langkah c dan d dg posisi teropong terbalik (LB) dan posisi benang silang pd posisi II. f. g. h. i. j. Ulangi langkah c dan d dg posisi teropong terbalik (LB) dg posisi benang pd posisi I. Arahkan kembali teropong tetap pd posisi LB ke ttk target (lihat gambar 1) kemudian catat bacaan horisontalnya. Pengamatan matahari diulang 4 kali sebagai kontrol pengamatan.
3. PENGUKURAN TITIK KONTROL VERTIKAL Pengukuran dilakukan dg cara 2 X berdiri/ pembacaan PERGI – PULANG; � Pengukuran SIFAT DATAR harus semua TITIK (BM – POLIGON – SIFAT DATAR – DLL); �
Pengukuran kerangka kontrol vertikal dilakukan dg metoda sipat datar atau waterpassing. Ketelitiannya bergantung pd: alat, metoda pengukuran dan teknik pengukuran. Hal-hal yg perlu diperhatikan: § Pengukuran dilakukan PP setiap seksi dg panjang 1 -2 km dan ketelitian 10 mm. VD dimana D = jarak dalam Km. § Alat yg digunakan adalah waterpass otomatis atau yg sederajat, dikalibrasi terlebih dulu. § Pembacaan rambu dilakukan atas 3 benang silang yaitu: benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) sebagai kontrol bacaan. § Rambu ukur harus dilengkapi dg nivo kotak utk pengecekan vertikal. § Diupayakan agar alat sipat datar berada di tengah antara rambu ukur untuk mengurangi kesalahan akibat garis bidik tidak sejajar garis arah nivo. § Bila terjadi undulasi udara (biasanya pd tengah hari) pengukuran dihentikan.
Prosedur pengukuran kerangka kontrol vertikal 1. 2. 3. 4. 5. 6. Siapkan formulir pengukuran sipat datar. Pasang alat waterpass pd statif terletak antara BM 0 (yg diketahui elevasinya) dan patok kayu ttk 1, atur sumbu l vertikal alat waterpass dg mengatur sekrup pendatar. Pasang rambu secara vertikal pd ttk BM 0 dan ttk 1. Arahkan teropong pd rambu di ttk BM 0, kencangkan klem, tepatkan benang silang pd rambu dg pengerak halus horisontal, baca dan catat bacaan ba, bt dan bb, sbg kontrol: bt=1/2(ba+bb). Buka klem horisontal, arahkan teropong ke rambu di ttk 1, kencangkan klem, tepatkan benang silang pd rambu dg penggerak halus horisontal baca dan catat ba, bt dan bb. Pindahkan alat waterpass diantara patok kayu berikutnya (antara ttk 1 dan ttk 2) atur sumbu I vertikal.
Prosedur pengukuran kerangka kontrol vertikal - lanjutan 7. 8. 9. 10. Arahkan teropong pd rambu di ttk 1, kencangkan klem, tepatkan benang silang pd rambu dg penggerak halus horisontal, baca dan catat bacaan ba, bt dan bb. Buka klem horisontal, arahkan teropong ke rambu di ttk 2, kencangkan klem, tepatkan benang silang pd rambu dg penggerak halus horisontal, baca dan catat bacaan ba, bt dan bb. Ulangi pekerjaan di atas untuk ttk-2 berikutnya dg pertimbangan dlm sehari dpt mengukur satu ‘kring’ PP. Apabila kondisi topografi sangat curam shg alat waterpass tidak dapat mengamat rambu di dua ttk tsb maka lakukan pengukuran sipat datar berantai dg menggunakan ttk bantu.
Pengukuran detail situasi menggunakan metoda tachimetri, menggunakan alat ukur teodolit dg ketelitian pembacaan terkecil 20”. Hal-hal yg perlu diperhatikan: § Kerapatan detail yg diambil cukup mewakili kondisi sebenarnya. § Pembacaan rambu harus dilakukan pd ketiga benang silang mendatar: ba, bt dan bb. § Setiap detail yg diambil, dibuat sketsanya. § Pada daerah perkotaan yg ramai, disarankan menggunakan alat ukur ETS untuk mempercepat pengukuran dan akurasi.
Pengukuran detail situasi Prosedur pengukuran detail situasi: 1. Siapkan formulir pengukuran situasi. 2. Pasang alat ukur teodolit tepat diatas patok poligon yg diketahui koordinatnya (P 1). 3. Atur sumbu l vertikal. 4. Ukur tinggi alat dan catat pd formulir pengukuran. 5. Arahkan teropong ke ttk poligon lain yg diketahui koordinatnya sbg acuan P 2, kemudian tepatkan pd target, baca dan catat bacaan sudut horisontalnya. 6. Tempatkan rambu ukur/prisma secara vertikal pd titik detail yg akan diukur. 7. Arahkan teropong pd rambu/prisma tsb, kuatkan klem vertikal dan horisontal, tepatkan dg penggerak halus vertikal dan horisontal. Baca dan catat bacaan rambu meliputi ba, bt dan bb. Baca dan catat pula bacaan sudut vertikal dan horisontalnya.
Pengukuran detail situasi Pindahkan rambu ke titik detail lain yg akan diukur. Lepas klem vertikal dan horisontal, arahkan teodolit ke rambu. 10. Arahkan teropong kepada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan horisontal, tepatkan dg penggerak halus vertikal dan horisontal, baca dan catat bacaan rambu meliputi ba, bt dan bbdan catat juga bacaan sudut vertikal dan horisontalnya. 11. Ulangi untuk titik detail yg lain, setiap mengukur titik detail harus dibuat sketsanya. 8. 9.
Pengukuran jembatan dimaksudkan utk mengetahui posisi rencana jembatan, kedalaman serta lebar sungai. Tahapan kegiatan pengukurannya pd prinsipnya sama dg pengukuran jalan. Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 125 meter untuk sungai yg lurus dan 500 meter utk sungai yg berbelok-belok, diukur dr as rencana jembatan. Interval pengukuran 10 m, 15 m dan 25 m. Pengukuran penampang melintang sungai utk mengetahui topografi dasar sungai dilakukan dg menggunakan rambu ukur atau bandul zoning (untuk kedalam <5 m dan arus tidak deras) dan dg alat echo zonding (untuk kedalaman > 5 m dan arus deras).
Pengukuran jembatan
Pengukuran penampang memanjang dilakukan bersamaan dengan pengukuran waterpassing kerangka kontrol vertikal. Hal-hal yang perlu diperhatikan: § Pengukuran penampang memanjang dilakukan pada setiap perubahan tanah di sepanjang trase jalan. § Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketika benang silang mendatar: ba, bt dan bb. § Setiap detail yang diambil, dibuat sketsanya.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan dapat dengan waterpas (untuk daerah datar) dan teodolit dengan metoda tachimetri untuk daerah dengan perbedaan topografi yang cukup besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan: § Pengukuran penampang melintang dilakukan pada setiap perubahan tanah dengan kerapatan didaerah landai setiap 50 m, pegunungan dan tikungan tiap 25 m. Lebar koridor yang diambil 75 m dari center line (lihat gambar ). § Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketika benang silang mendatar: ba, bt dan bb. § Setiap detail yang diambil, dibuat sketsanya.
PERHITUNGAN
1. SUDUT JURUSAN ( α ) Diketahui koordinat titiknya α ab ( Xb – Xa ) arc Tg α ab = -----------( Yb – Ya )
2. HITUNGAN KOORDINAT POLIGON � Xb = Xa + Dab Sin αab � Yb = Ya + Dab Cos αab � Dab = √ (Xa-Xb)² + (Ya-Yb)²
PENENTUAN POSISI DENGAN Global Positioning System
� Global Positioning System (GPS) adalah : GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yg dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. � Sistem ini didesain utk memberikan posisi dan ketepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, kpd banyak orang secara simultan. � Pada saat ini, system GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan terutama yg terkait dg aplikasi yg menuntut informasi ttg posisi. �
Posisi dan sistem Koordinat � Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dg koordinat (duadimensi atau tiga-dimensi) yg mengacu pd suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan dg menspesifikasi tiga parameter berikut, yaitu: �lokasi titik nol dari sistem koordinat, �orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan �besaran (kartesian, Curvilinear) yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.
penentuan posisi suatu titik � Di permukaan bumi, Titik nol dari sistem koordinat yang digunakan dapat berlokasi �di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), banyak digunakan dalam metode-metode penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan satelit dan benda-benda langit lainnya. �di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik), banyak digunakan dalam metode penentuan posisi terestris.
� Geosentrik (di pusat Bumi) Lokasi Titik Nol � Toposentrik (di permukaan Bumi) � Terikat Bumi (Earth-Fixed) � � Orientasi Sumbu Terikat Langit (Space-Fixed) Jarak � Besaran Sudut & Koordinat Kartesian (X, Y, Z) Jarak Geodetis (φ, λ, h)
posisi dengan pengamatan ke satelit-satelit GPS CIS (Conventional Inertial System} • digunakan untuk pendeskripsian posisi dan pergerakan satelit • kutub yang digunakan untuk pendefinisian sumbu-Z, yang pada dasarnya merupakan sumbu momentum sudut CTS (Conventional Terrestrial System) • digunakan untuk menyatakan posisi titik di permukaan bumi. • kutub yang digunakan untuk pendefinisian sumbu-Z adalah CTP. CIO (Conventional International Origin) adalah rata-rata sumbu rotasi bumi dari tahun 1900 sampai 1905.
penentuan posisi dengan GPS posisi titik di permukaan bumi diberikan dalam koordinat kartesian tigadimensi (X, Y, Z) dalam system koordinat WGS 84 (World Geodetic System 1984), yang merupakan suatu realisasi dari sistem CTS. Koordinat kartesian (X, Y, Z) tersebut selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi koordinat geodetik (φ, λ, h)
Metode-metode Penentuan Posisi Ekstra-Terestris � Metode ekstra-terestris, penentuan-penentuan posisi dilakukan dg melakukan pengukuran dan pengamatan ke objek/benda di angkasa � Dari metode-metode penentuan posisi ekstra-terestris tsb. yg paling populer dan paling banyak diaplikasikan adalah GPS
Beberapa Hal Yg Membuat GPS Menarik Untuk Digunakan Dalam Penentuan Posisi � � � dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca. dapat digunakan baik pd siang maupun malam hari, dalam kondisi cuaca yg buruk sekalipun seperti hujan ataupun kabut. Karena karakteristiknya ini maka penggunaan GPS � dpt meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dr pelaksanaan aktivitas-aktivitas yg terkait dg penentuan posisi, � diharapkan akan dpt memperpendek waktu pelaksanaan serta menekan biaya operasionalnya. Sate. Iit-satelit GPS mempunyai ketinggian orbit yg cukup tinggi, � yaitu sekitar 20. 000 km di atas permukaan bumi. � jumlahnya relatif cukup banyak, yaitu 24 satelit. � dpt meliput wilayah yg cukup luas. � dpt digunakan oleh banyak orang pd saat yg sama, � pemakaiannya menjadi tidak bergantung pd batas-batas politik dan batas alam, Selama yg bersangkutan mempunyai alat penerima sinyal (receiver) GPS, mk ia akan dapat menggunakan GPS untuk penentuan posisi.
� Penggunaan GPS dalam penentuan posisi � relatif tidak terlalu terpengaruh dg kondisi topografis daerah survei dibandingkan dg penggunaan metode teretris spt pengukuran polygon. � Penentuan posisi dg GPS tidak memerlukan adanya saling keterlihatan antara satu ttk dg ttk lainnya spt yg umumnya dituntut oleh metode pengukuran terestris, � Yg diperlukan dlm penentuan posisi ttk dg GPS adalah � saling keterlihatan antara titik tsb dg satelit. � topografi antara ttk-ttk tsb sama sekali tidak akan berpengaruh. kecuali untuk hal-hal yg sifatnya non-teknis seperti pergerakan personil dan pendistribusian logistik. � penggunaan GPS akan sangat efisien dan efektif untuk diaplikasikan pd survai dan pemetaan di daerah-daerah yg kondisi topografinya relatif sulit, seperti daerah pegunungan daerah rawa-rawa.
DATUM GPS Posisi yg ditentukan dg GPS akan mengacu ke suatu datum global yg dinamakan WGS 1984 (lihat Gambar 1. 8). Atau dg kata lain posisi yg diberikan oleh GPS akan selalu mengacu ke datum yg sama. � WGS-1984 adalah Sistem Koordinat Kartesian-Bumi, pusatnya berimpit dg pusat massa bumi sumbu-Z nya berimpit dg sumbu putar bumi yg melalui CTP (Conventional Terrestrial Pole), sumbu- X nya terletak pd bidang meridian nol (Greenwich), sumbu Y nya tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z dan membentuk system tangan-kanan. � Digunakan oleh GPS sejak tahun 1987, sebelumnya WGS-1972 yg dipergunakan � Ellipsoid yg digunakan adalah GRS (Geodetic Reference System) 1980 yg parameter-nya : � � Semimajor � Sumbu pendek � Penggepengan a = 6. 378. 137 m b = 6. 356. 752. 314 m f = 1/298. 2572221
DATUM GPS � Datum penentuan posisi yg digunakan oleh GPS adalah WGS 1984. Seandainya posisi harus dipresentasikan dalam datum lainnya, maka diperlukan proses transformasi koordinat dari datum WGS 1984 kedalam yg bersangkutan. � Apabila ada hasil survai dan pemetaan dg menggunakan datum lokal tidak diketahui ataupun tidak jelas, maka akan ada problem dalam hubungan geometrisnya dalam transformasi datum dari WGS 1984 � Komponen tinggi dari koordinat tiga dimensi yg diberikan oleh GPS adalah tinggi yg mengacu ke permukaan ellipsoid, yaitu ellipsoid GRS (Geodetic Reference System) 1980, seperti yg diilustrasikan pd Gambar 1. 11
DATUM GPS
DATUM GPS Pd survai penentuan posisi dg GPS, pemrosesan data GPS dan penganalisaan parameter-parameter yg didapatkan bukanlah suatu pekerjaan yg mudah, terutama kalau kita menginginkan ketelitian posisi yg tinggi. dasar-dasar yg harus dipahami seperti : �menghitung perataan kuadrat terkecil, statistika. serta perhitungan geodetik, �efek dari geometri satelit serta kesalahan dan bias yg mempengaruhi data pengamatan, seperti kesalahan orbit, bias ionosfer dan troposfer, multipath cycle slip dll-nya. �Oleh sehab itu dlm survai dan pemetaan dg GPS, pengolahan data dan penganalisaan hasil sebaiknya dilakukan oleh sarjana Geodesi. sedangkan pengumpulan data bisa dilakukan oleh surveyor. (ini adalah tulisan dalam referensi teknologi GPS 10 tahun lalu) �
� � GPS dapat memberikan ketelitian posisi yg spektrumnya cukup luas. Dari yg sangat detil (orde milimiter) sampai yg biasa-biasa saja (orde puluhan meter). Luasnya spektrum ketelitian yg bisa diberikan ini memungkinkan penggunaan GPS secara efektif dan efisien sesuai dg ketelitian yg diminta serta dana yg tersedia. Pada saat ini GPS antara lain telah diterapkan dalam bidang-bidang aplikasi berikut: � kemiliteran. � survai dan pemetaan (darat / laut), geodesi, pendaftaran tanah. � geodinamika deformasi, dan navigasi dan transportasi. � Kelautan, pertambangan, pertanian. studi kelautan. � Fotogrametri dan penginderaan jauh. � Sistem Informasi Geografis, � dan juga aplikasi-aplikasi rekreatif dan keolahragaan, � Pemakaian sistem GPS selama pengguna memiliki alat penerima (receiver) sinyal GPS maka dapat untuk digunakan untuk berbagai aplikasi tanpa dikenakan biaya oleh pihak yg memiliki satelit, dalam hal ini Departemen Pertahanan Keamanan, Amerika Serikat. � investasi yg perlu dilakukan oleh pengguna hanyalah untuk alat penerima
Perbandingan Antara GPS Dengan Metode-metode Penentuan Posisi Lainnya Dalam Penentuan Posisi Relatif
� kemajuan di bidang elektronika dan komputer yg sangat pesat dewasa ini menyebabkan alat penerima sinyal (receiver) GPS cenderung menjadi lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya, lebih baik kualitas data yg diberikannya. dan lebih tinggi keandalannya. � Perangkat lunak komersial untuk pengolahan data GPS juga semakin banyak tersedia dengan harga yang relatif murah. � kompetisi antar sesama pembuat receiver juga semakin tinggi, menjadikan tersedianya semakin banyak receiver GPS yang lebih ’user oriented’. � Pengoperasian alat penerima GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif mudah dan tidak mengeluarkan banyak tenaga. Dibandingkan dg pengukuran terestris seperti dg metode poligon misalnya, pengamatan dg metode GPS relatif tidak terlalu memakan banyak tenaga dan waktu. Apalagi kalau perbandingan nya dilakukan utk daerah survai yg luas dg kondisi medan yg berat. � Pengumpul data (surveyor) GPS tidak dapat 'memanipulasi’ data pengamatan GPS, Ini tentunya akan meningkatkan tingkat keandalan dr hasil survai dan pemetaan yg diperoleh.
Hal dan Keterbatasan yang Harus Diperhatikan � Agar alat penerima sinyal GPS dapat menerima sinyal GPS maka tidak boleh ada penghalang antara alat penerima tsb dg satelit yg bersangkutan. ini harus secara serius diperhitungkan, terutama dlm pelaksanaan survai dan pemetaan di daerah pedesaan yg banyak ditumbuhi pepohonan atau pun di daerah perkotaan yg dipenuhi gedung tinggi, seperti yg diilustrasikan pada. Gambar
Aplikasi GPS dan Manfaatnya GPS dan Geodesi � GPS terutama digunakan untuk pengadaan jaring kerangka dasar ttk kontrol, baik utk skala nasional, regional, maupun global. Berdasarkan pengamatan secara teliti ttk-ttk dlm suatu jaring dr waktu ke waktu, GPS telah banyak digunakan utk mempelajari dinamika bumi (geodinamika) spt yg berkait-an dg pergerakan sesar 2 maupun lempeng 2 benua yg selanjut nya digunakan utk mem prediksi terjadinya gempa bumi ataupun letusan gunung. GPS dan Pemetaan Laut � GPS telah digunakan utk keperluan survai hidrooseanografi, survai seismik, penentuan posisi bui-bui dan peralatan bantu navigasi serta ttk pengeboran minyak lepas lantai, ataupun utk mempelajari karakteristik arus, gelombang ataupun pasang surut di lepas pantai. Di Indonesia penggunaan GPS dlm survai hidrooseanografi terutama terkait dg � � � Penentuan posisi ttk kontrol di pantai. Navigasi kapal survai Penentuan posisi ttk perum (sounding) Penentuan posisi sensor-sensor hidrografi dan oseanografi Penentuan posisi struktur atau obyek di laut seperti wahana pengeboran (rig)
GPS dan Pemetaan Darat. � Dlm survai dan pemetaan darat, GPS di aplikasikan utk pengadaan ttk kontrol (orde dua atau lebih rendah) utk keperluan pemetaan (termasuk pemotretan udara), survai rekayasa ataupun survai pertambangan maupun utk pe rekonstruksian ttk-ttk. Disamping itu GPS akan punya peran dlm penentuan asimut dan beda tinggi antara dua ttk. � Secara umum jenis-jenis aplikasi GPS dlm bidang pemetaan darat diilustrasikan pd gambar 1 dibawah ini. � Dalam pengadaan ttk kontrol utk keperluan pemetaan dan survai rekayasa ( survai jalan raya dan survai konstruksi), GPS dpt dan telah digunakan utk menggantikan metode konventional poligon. Dlm hal ini metode penentuan posisi dg GPS yg dpt digunakan secara optimal dan efisien adalah metode survai GPS statik, statik singkat, stop-and-go, ataupun pseudo-kinematik. Dg adanya sistem-sistem integrasi GPS/LPS dan GPS/Total Stasion, peran dan kontribusi GPS dlm pengadaan ttk kontrol dan pengukuran detail akan semakin besar.
Output GPS dalam pemetaan darat
Survai Rekayasa Teknologi GPS sangat bermanfaat dlm pengadaan jaringan ttk kontrol utk menunjang pekerjaan rekayasa. Metode survai GPS ini berbasiskan pd metode penentuan posisi diferensial dg menggunakan data base. Survai dg GPS ini dpt dan telah menggantikan metode survai terestris seperti metode poligon. Beberapa keunggulan dr survai GPS (dibandingkan dg survai secara terestris) � Pada survai dg GPS tidak diperlukan saling keterlihatan antar ttk, seperti halnya pd survai terestris yg diperlukan adalah saling keterlihatan antar ttk dg satelit GPS. � Karena tidak memerlukan saling keterlihatan antar ttk, maka ttk dlm jaringan GPS bisa mempunyai spasi jarak yg relatif jauh sampai puluhan atau ratusan km (survai terestris terbatas sampai ratusan meter saja) � Pelaksanaan survai GPS dpt dilakukan baik siang maupun malam hari serta dlm segala kondisi cuaca. � Pd survai dg GPS koordinat ttk ditentukan dlm tiga dimensi (posisi horizontal dan vertikal), tidak seperti survai terestris yg umumnya dlm dua dimensi (posisi horizontal)
Survai Rekayasa Aplikasi GPS pd pekerjaan rekayasa yg memerlukan penentuan beda tinggi secara efektif dan efisien al : a. b. c. d. e. f. Pemetaan detail dan staking out (utk jarak relatif pendek dg sistem RTK). Pengontrolan dan pengecekan pekerjaan cut and fill (untuk jarak relatif pendek dg sistem RTK). Pemilihan dan penetapan lokasi menara-menara utk distribusi listrik tegangan tinggi atau menara telepon seluler. Penentuan kemiringan lereng suatu kawasan utk bidang pertanian perkebunan. Penentuan profil vertikal jalan raya atau rel kereta api. Penentuan tinggi jatuhan air secara kasaran dalam proyek pembangunan PLTA
GPS dan SIG (System Informasi Geografis) � SIG biasanya dikaitkan dg suatu sistem berbasis komputer yg didesain utk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan informasi spesial. � Informasi spesial adalah informasi yg menggandung karakteristik kunci pd suatu lokasi (dalam suatu sistem koordinat bumi) dibawah ataupun di atas permukaan bumi. Ada 5 komponen sebagai pembangunan SIG, yg akan membuat SIG berfungsi secara efektif dan efisien, yaitu : � basis data, perangkat keras (komputer), perangkat lunak, pelaksana (baik yg berkaitan dg sumber daya manusia atau organisasi gambar) dan prosedur.
Peranan GPS dalam bidang SIG. GPS dpt membawa SIG ke lapangan. � Tanpa GPS biasanya SIG akan terikat di kantor. Contohnya adalah sistem peta elektronik dlm bentuk ECDIS (Electronic Chart Display and Information System) atau Autonomous ITS (Intelligent Vehicle Highway System) � GPS sebagai Pendigitasi Bumi � GPS mempercepat pembangunan suatu basis data spasial ataupun dlm pembuatan peta elektronik misalnya pembuatan peta jalan utk keperluan pengelolaan transportasi � GPS sebagai Perangkat Ground Truthing � Proses pembangunan suatu basis data, GPS dpt dipakai utk menyelesaikan inkonsistensi antara informasi di peta dan di lapangan dan juga untuk mengoreksi kesalahan informasi posisi obyek-obyek tertentu dalam peta. � GPS sebagai Perangkat Pembantu Analisa � Dg menggunakan informasi posisi maupun waktu, GPS mem percepat dan mempermudah analisa dan pemanggilan data dlm proses pengambilan keputusan dan pencarian informasi dg SIG �
Alat – Alat Ukur
Pengenalan alat-alat ukur Alat ukur topografi berfungsi sebagai alat bantu untuk mengetahui posisi suatu obyek yang didapat melalui pengukuran sudut, jarak dan beda tinggi. Pengukuran posisi obyek tersebut dapat dilakukan secara teristrial ataupun ekstra teristrial (menggunakan bantuan satelit). Teristrial alatnya: alat ukur sipat datar (waterpas), alat ukur teodolit, alat ukur EDM (Electronic Distance Measurement) dan ETS (Electronic Total Station). Ekstra teristrial alatnya GPS (Global Positioning System).
Alat ukur sipat datar (waterpas)
Alat ukur sipat datar (waterpas)
Alat ukur sipat datar (waterpas)
Alat ukur sipat datar (waterpas)
Alat ukur teodolit
Alat ukur teodolit
Alat ukur teodolit
Alat ukur teodolit
Alat ukur EDM
Alat ukur ETS
Alat ukur ETS
Alat GPS-navigasi
Alat GPS - geodesi
Pematokan / Stake Out
Pengukuran pelaksanaan jalan dan jembatan – stake out 1. Pengukuran stake out ad pengukuran dg mengambil data dr peta atau gambar berkoordinat dipindahkan atau diterjemahkan ke lapangan. 2. Pengukuran stake out dilakukan dg cara mengukur jarak dan azimut atau sudut jurusan titik detail yg akan di stake-out dr titik referensi pengukuran. 3. Koordinat ttk referensi pengukuran dan koordinat ttk detail yg akan distake-out dpt diketahui dr koordinat hasil pengukuran dari koordinat peta. 4. Bentuk pengukuran stake out: (1) titik, (2) garis lurus, (3) lengkungan horisontal, (4) dg rintangan dan (5) lengkungan vertikal.
Stake out titik
Stake out titik Terhadap dua titik yg diketahui koordinatnya, dpt dihitung azimuth jurusan dan jaraknya. Azimut jurusan dpt ditentukan di lapangan dg menggunakan teodolit kompas atau dg azimut dr ttk poligon. Cara stake out titik: 1. Pasang teodolit di titik A, atur sumbu l vertikal dg mengatur sekrup pendatar. 2. Arahkan teropong ke ttk back sight atau ke ttk fore sight, putar piringan horisontal tepatkan pd bacaan nilai azimuth ttk back sight atau azimuth fore sight atau baca dan catat bacaan sudut horisontalnya, kemudian hitung beda sudut antara azimuth back sight atau azimut fore sight dg azimuth titik yg akan distake out. 3. Buka klem horisontal, putar teodolit arahkan ke bacaan azimuth titik yg akan di stake out berdasarkan hasil hitungan.
Stake out garis lurus
Stake out garis lurus Cara stake out garis lurus: 1. 2. 3. Dirikan teodolit di titik A yang diketahui koordinatnya dan titik lainnya (G) yg arahnya lurus dr tempat berdirinya alat. Arahkan teropong ke titik G kemudian pasang jalon di titik G. Untuk menentukan ttk diantara ttk A dan G dimulai dg titik yg terjauh (G), diletakkan diantara teodolit (A) dan jalon di titik G sedemikian rupa hingga jalon di titik G tidak terlihat karena tertutup jalon di depannya (B, C, D, E, dan F), jarak antara A dg titik yg dipasang diukur dg pita ukur atau dg EDM atau ETS.
Rangkuman � Setiap penyelenggara jalan wajib mengadakan leger jalan yg meliputi pembuatan, penetapan, pemantauan, pemutakhiran, penyimpanan dan pemeliharaan, penggantian, serta penyampaian informasi. � Leger Jalan merupakan Dokumen Teknis, Dokumen Aset dan Dokumen Hukum; � Leger Jalan adalah satu DOKUMEN JALAN tempat mencatat data mengenai perkembangan RUAS JALAN. � Leger Jalan merupakan BUKU BESAR JALAN yg memuat suatu ruas jalan dibangun dan selama Jalan tsbt digunakan. 85
Akhirnya tuntas juga untuk materi Dasar 2 Pengukuran Topografi untuk Pekerjaan Jalan, selanjutnya adalah EVALUASI dulu ya. . . hanya 30 ‘. . Besok dilanjutkan dengan MATA DIKLAT YANG LAIN 22/11/2020 86
Terima kasih atas perhatian Anda. Semoga Bermanfaat Sukses Selalu Buat Anda Semua
- Slides: 87