PAHAM ISLAM DALAM MUHAMMADIYAH By Ahmad Sujino IDENTITAS
ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍﺍﻻ ﺍﻟ ﺍﻟ PAHAM ISLAM DALAM MUHAMMADIYAH By: Ahmad Sujino
IDENTITAS MUH. • Gerakan Islam : al-Qur’an dan al. Sunnah al- Maqbullah • Gerakan Dakwah : DIAMNM • Gerakan Tajdid : Pemurnian dan Pembaharuan • Sasaran : Masyarakat Luas (Dakwah
PAHAM ISLAM DALAM MUH. v v Niat yang lurus dan Pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam sangat penting sebagai landasan amal dan gerakan dalam Muhammadiyah Jangan sampai warga, apalagi karyawan, guru, pimpinan amal usaha dan pimpinan Muhammadiyah tidak faham, setengah faham, atau tidak mau faham tentang ajaran Islam yang difahami Muhammadiyah.
POSISI AKAL DALAM MUHAMMADIYAH Ø Ajaran Islam menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya secara porposional, tidak mendewakan dan tidak merendahkannya atau dengan kata lain akal sebagai alat untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam sumber kebenaran, dan untuk mengetahui maqoshid yang tercakup dalam sumber kebenaran (Qs. 7: 179 dan 31: 20) Ø Dengan akal, manusia mampu membedakan ajaran Islam yang bersifat Tsawabit dan Ta’abbudi dengan, Mutaghoyyirot, dan Ijtihadi. Ø Dalam wilayah Tsawabit dan Ta’abudi, Islam memerintahkan akal untuk tunduk dan mencari hikmah dibalik teks sebuah ajaran, sedangkan wilayah Mutaghoyyirot atau Ijtihadi akal dituntut mencari kemaslahatan dalam rangka untuk dinamisasi ajaran
Lanjutan: v Ekspresi pengamalan dan pengalaman agama dalam wilayah. Tsawabit dan TA’abudi islam telah mempolakan secara ketat, karena sumber kebenaran telah menjelaskan normanya secara terang dan terperinci (Exs: aqidah dan ibadah mahdlah) v Bila terjadi penyimpangan dalam asfek Aqidah dan Ibadah Mahdlah, maka pelakunya dapat terjerumus dalam jurang kemungkaran yang paling munkar yaitu: syirik dan ibadah yang menyesatkan. v Sebaliknya manifestasi penglaman agama dalam Mutaghoyyirot, dan Ijtihadi Islam tidak mempolakan secara ketat, maka terbuka ruang tajdid dan ijtihad yang luas memberikan kerangka yang jelas, tegas dan terang, yaitu: selama tidak mendatangkan Mudlorot (dloror), tidak merusak (Ifsad), tidak menjauhkan diri dari Allah (ba’idun Minalloh) dan tidak melanggar aturan-aturan Alloh (‘Isyan). (Exs: muamalah duniawiyah), v Dan bila terjadi penyimpangan dalam asfek ini pelakunya hanya terjerumus kedalam kemaksiatan. v Dengan demikian Muhammadiyah berpendirian bahwa pintu Ijtihad senantiasa terbuka.
KEBERAGAMAN PEMAHAMAN DAN PELAKSANAAN BERAGAMA DALAM MUHAMMADIYAH Akar Masalah: Ø Faktor ahlak, seperti: Su udzan, ambisi terhadap kepemimpinan, Ashobiyah, ‘Ujub, Egoisme. dll Ø Faktor Pemikiran, seperti: Latar belakang pendidikan dan lingkungan, perbedaan manhaj, Sikap eklusif dan inklusif, perbedaan jumlah sumber bacaan. dll Ø Faktor kepentingan, seperti; kepentingan ekonomi, politik, dakwah, kelompok. dll
IKHTITAM Ø Ø Agar dalam mengaplikasikan ajaran agama tetap dinyatakan benar, maka warga, terlebih pimpinan dalam semaua tingkatan harus memahami dahulu metode ijtihad dan pokok-pokok manhaj Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah (ada 16 Point). Kemudian diikuti dengan memahami prodak majlis Tarjih, berupa kitab himpunan Putusan tarjih (HPT) dari tahun 1929 -2005, Tanya Jawab Agama (jilid I-V), dan Jurnal Tarjih Hendaknya senantiasa berinteraksi dengan berbagai media persyarikatan, seperti: Suara Muhamadiyah, Suara ‘Aisyiyah dan majalah tabligh Karena amal usaha sebagai sarana dakwah muhammadiyah, maka guru, karyawan, dan pimpinan
REVITALISASI IDEOLOGI MUH Mengapa Perlu ? • Minimnya warga Muhammadiyah dalam berinteraksi dengan al-Qur’an dan memakmurkan masjid • Minimnya perhatian dalam mencetak Kader Umat • Reaktif dalam menanggapi gerakan lain, tetapi kurang responsif terhadap kebutuhan Kader • Pimpinan Muhammadiyahd diseluruh lini persyarikatan kurang dapat menjadi uswah bagi AMM • Mudah tertarik pada faham gerakan lain tanpa memahami Muhammadiyah secara lebih mendalam • Melemah spirit, militansi, karakter dan visi gerakan
Lanjutan: • Berkembangnya konflik dikalangan Muhammadiyah, akibat terjadinya perbenturan kepentingan, baik yang bersifat idiologis, politis maupun ekonomis. • Lemah dalam ikatan atau solidaritas kolektif (seperti: Ukhwah dan Silaturrahmi) • Adanya kecendrungan dualisme kepentingan dalam amal usaha Muhammadiyah, yaitu kepentingan ekonomi dan politik • Sebagian anggota mensakralkan hasil pemikiran Muhammadiyah dan sebagian yang lain tidak faham sama sekali • Gejala menurunnya ketaatan dan komitmen pada misi, pemikiran, kebijakan dan kepentingan Muhammadiyah • Menjadikan Amal usaha sebagai media mencari kebutuhan hidup bukan sebagia media dakwah amar ma’ruf nahi mungkar
- Slides: 20