Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan BAB 4 KREATIVITAS
Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan BAB 4 KREATIVITAS Dosen: Drs. Nandang Faturohman, M. Pd OLEH : Kelompok 4 : Oding Tatang. S, S. Pd dan Yuli Wiluya
A. HAKIKAT KREATIVITAS Kreativitas merupakan pernyataan yang mengandung makna yang sangat luasdidalam kehidupan manusia. Hal ini karena kreativitas yang dilakukan manusia menghasilkan kebudayaan yang berwujud ilmu pengetahuan dan tekhnologi ( iptek ), yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih maju dan lebih praktis, misal penemuan mesin uap oleh James Watt, teori relativitas oleh Einstein, listrik oleh Thomas Alfa edison, dll. Kreativitas merupakan aktivitas mental karena berkaitan dengan pemahaman manusia terhadap lingkungannya secara terus menerus dengan penuh ketekunan dan kesabaran yang menghasilkan berbagai ide, temuan, cara-cara baru, dan berbagai tindakan yang merupakan terobosan bagi suatu perubahan yang sangat bernilai dan bermakna bagi manusia dalam mengembangkan, mengatur dan mengendalikan lingkungannya sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.
B. Berbagai Pandangan tentang Kreativitas merupakan konsep yang perlu dijelaskan berdasarkan berbagai sudut pandang. Jamaris (2004 : 54 -62) mensintesis berbagai pandangan tentang kreativitas sperti yang diuraikan pada bagian berikut ini : 1. Pandangan Behaviorisme Kreativitas bukan merupakan hasil dari inisiatif individu tanpa pengaruh lingkungan. Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang bersifat genetik yang berkembang karena pengaruh yang diterima oleh individudari lingkungan sekitarnya. Skiner menyatakan bahwa lingkungan berpengaruh pada perkembangan individu. Pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini lingkungan memberikan contoh atau model untuk berperilaku dan bertindak dalam cara – cara yang khusus, termasuk bertindak secara kreatif menjadi dasar kemampuan individu dalam kreativitas. Oleh sebab itu untuk mengembangkan kreativitas maka perlu dilakukan penataan lingkungan yang sesuai kebutuhan dalam mengembangkan kreativitas ( Fred Balzac , 2010 ).
2. Pandangan Psikoanalalis Teori yang berbasis pada perkembangan kepribadian menjelaskan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kepribadian. Berkaitan dengan hal tersebut, kitano dan Kirby (1986: 193 -202), seperti yang disintesis oleh Jamaris (2004: 55), memandang kreativitas sebagai mekanisme kontrol yang dilakukan manusia terhadap berbaga tekanan yang dialaminya. Adanya tekanan yang dialami individu maka akan terjadi kemunduran atau regresi. Oleh sebab itu, individu berusaha untuk mengendalikan regresi. Pandangan ini sangat berpengaruh pada tahun 1920 – 1950. Dalam masa ini, tokoh psikoanalis yang terkemuka diantaranya Sigmund Freud. Carl Gustav Jung, Ernest Krist, dan Lawrence Kurbie mengemukakan bahwa kepribadian manusia, yaitu sadar, ambang sadar, dan tidak sadar. Ambang sadar berisi harapan, cita-citanya kadang-kadang tidak disadari. Harapan dan keinginan yang tidak disadari tersebut muncul dalam mimpi. Psikoanalis memandang kepribadian sebagai satu rangkaian yang terdiri atas id, ego, dan super ego. Id berkaitan dengan ketidak sadaran yang bersifat instingtif dan mencari kepuasan atau kesenangan, misalkan keinginan untuk selalu akan makanan yang lezat. Ego berkaitan dengan kesadaran dan tanggung jawab yang berfungsi mengendalikan id, misalnya mengendalikan diri untuk memakanan yang lezat dan berlemak agar ytetap sehat. Super ego berkaitan dengan nilai ideal yang diyakini oleh individu, sehingga ia selalu memperhatikan nilai-nilai moral dalam mengambil keputusan dan bertindak.
3. Pandangan Humanisme Carl Roger dan Abraham Maslow seperti yang disintesis Jamaris (2004: 57) dari Kitano dan Kirby (1986: 194) mengemukakan bahwa kreativitas sebagai salah satu aspek kepribadian yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Oleh sebab itu, setiap individu sejak lahir memiliki potensi untuk kreatif yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan sekitar individu tersebut. Carl Roger mengemukakan kreativitas dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : q Keterbukaan terhadap berbagai pengalaman yng disertai dengan tingkat kelenturan dan toleransi terhadap ketidakpastian. q Kepuasan diri seseorang terhadap apa yang dilakukannya dan tidak tergantung pada kritik yang diberikan oleh orang lain. q Kemampuan dalam menggabungkan semua konsep atau elemennya secara berarti sehingga menjadi suatu ide atau karya. Ketiga aspek tersebut dapat diwujudkan apabila persyaratan-persyaratan berikut ini terpenuhi, • Kemapuan untuk menerima keunikan individu sebagai sesuatu yang berarti • Kebebasan dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran • Kesedian untuk menerima cara pandang orang lain • Kemampuan untuk tidak tergantung pada hasil evaluasi orang lain terhadap perasaan dan pikiran, misalnya keteguhan hati untuk mencapai cita-cita yang ingin dicapai.
4. Pandangan Kognitivisme Para kognitivisme memandang kreativitas sebagai suatu proses mental yang terjadi pada manusia pada waktu manusia memahami lingkungannya dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Smith, Ward, dan fingkr (1995: 1), mengemukakan bahwa poses mental merupakan faktor utama dalam kreativitas. Harapan dan keinginan yang tidak disadari oleh manusia merupak titik tolak dari instuisi dan poemahaman manusia terhadap lingungannya. Oleh sebab itu, pengetahuan yang telah ada merupakan faktor penting dalam kreativitas. Sternberg (1985, 1988 b; Sternberg dan Lubart 1995) sperti yang dikemukakan oelh sternberg dan williams (2012: 2) menjelaskan bahwa kreativitas memerlukan kemapuan dalam menyeimbangkan proses berpikir secara sintesis, berpikir analisis dan berpikir praktis dalam mengolah informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Apabila individu hanya mampu melakukan prose berpikir sintesis maka ia akan menghasilkan berbagai ide yang inovatif, berpikir analitik akan menghasilkan kemampuan dalam mengkritik ide-ide yang dikemukakan oelh orang lain, berpikir praktis akan menghasilkan berbagai ide kreatif. Oleh sebab itu, untuk menjadi kreatif , seorang individu perlu memiliki kemampuan dalam menyeimbangkan tiga proses berpikir tersebut. Pandangan Kognitivisme tentang kreativitas diuraikan melalui teori Gestalt dan teori Psikometrik.
Lanjutan. . a. Teori Gestalt Teori ini berkeyakinan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan yang mengandung tahapan yang berpusat pada pemecahan masalah, seperti mencari informasi dan menstruktur informasi yang diperoleh menjadi informasi yang bermakna dalam pemecahan masalah. Wallas |(1926) diuraikan oleh Jamaris (2004: 94), pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam empat fase, sebagai berikut : Ø Fase persiapan, yaitu mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan maslah yang sedang dipecahkan. Ø Fase pematangan berbagai informasi yang telah terkumpul. Kegiatan ini berkaitan dengan usaha memahami hubungan antara satu informasi dengan informasi – informasi yag lainnya dalam rangka pemecahan masalah. Ø Fase iluminasi, yaitu penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah. Ø Fase verifikasi, yaitu dengan usaha untuk mengevaluasi apakah langkah-langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah akan memberikan hasil yang sesuai. Hasil penelitian para Gestalist membuktikan bahwa pengalaman masa lalu dapat digunakan untuk pemecahan masalah selama pengalaman tersebut berkaitan dengan proses berpikir kreatif.
b. Teori Psikometrik J. P Guilford dan E. Paul Torrance menekankan bahwa kemampuan mental dalam memproses informasi merupakan persyaratandalam proses kretivitas. Cara kerja kedua peniliti tersebut menjelaskan kreativitas menggunakan cara kerja yang dipakai dalam psikometrik, yaitu menentukan kreatif atau tidak kreatif seseorang ditentukan berdasarkan hasil tes kreativitas yang dilakukannya. J. P Guilford penemu model intelegensi yang dikenal dengan istilah Kubus Struktur terdiri atas operasi intelegensi, isi intelegensi, dan produk intelegensi. Operasi Intelegensi dibagi ke dalam lima kategorii, sbb : Ø Kognitive atau kemampuan berpikir yang menghasilkan berbagai temuan, penemun kembali, atau pengenalan kembaliterhadap sesuatu. Ø Memory atau ingatan yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempertahankan kemampuan kognitif secara. Ø Divergent thinking atau berpikir berbeda merupakan kemampuan dalam mengolah informasi yang diterima dalam cara dan arah yang berbeda yang meghasilkan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah. Ø Konvergent thinking atau berpikir satu arah adalah kemampuan untuk mengumpukkan berbagai serpihan informasi yang menghasilkan hanya satu jawaban yag benar. Ø Evaluation atau evaluasi adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan kebenaran yang ada.
Isi Intelegensi mencakup empat kategori sebagai berikut : Ø Figural, yang berkaitan dengan bahan konkret yang memberikan informasi tentangciri-ciri khusus, seperti ukuran, bentuk, warna, dan tekstur. Ø Symbolic, yang mencakup huruf, digit, dan berbagai simbol yang digunakan objek dan proses. Ø Semantic, berkaitan dengan arti atau makna bahasa verbal dan berbagai ide. Ø Behavioral atau perilaku, berkaitan dengan kemampuan menampilakan isi informasi dalam perilaku, keinginan, pikiran dan perasaan orang lain yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain. Produk intelegensi merupakan hasil asosiasi atau penggabungan antara operasi intelegensi dengan isi intelegensi, yang dapat dibagi ke dalam enam kategori, sbb : Ø Units adalah elemen dasar atau ide dasar yang ada dalam tata bahasa, seperti terminologi tata bahasa, fungsi-fungsi kata, misalnya kata benda, kata sifat, dll. Ø Relations atau hubungan-hubungan yang mengaitkan dua unit atau dua klasifikasi misalnya dua klasifikasi kata, yaitu makanan dan asin, hubungan antara dua unit kata tersebut adalah makanan asin. Ø Systems adalah serangkaian susunan yang bersifat kompleks dan saling berkaitan antara satu bagian dengan yang lainnya. Ø Transformations atau transformasi terjadi apabila satu bentuk informasi digunakan untuk meghasilkan sesuatu. Ø Implications atau implikasi adalah bentuk suatu persepsi atau suatu pemikiran yang dapat direalisasikan dalam bentuk perkiraan, harapan, atau antisipasi terhadap antipasi hal-hal yang akan terjadi.
C. Neuroscience dan Kreativitas Mc. Call dan Glynn (1979), seperti yang dijelaskan oleh Jamaris (2004: 60), menguraikan teori belahan otak atau Theory of Hemispheric Specification, merupakan teori yang berangkat adri hasil penelitian dibidang neuroscience, khususnya yang berkaitan dengan fungsi-fungsi belahan otak bagian kiri dan kanan dalam memperoleh informasi oleh kedua bagian belahan otak tersebut. Belahan otak kiri berfungsi untuk memprosses informasi-informasi yang berkaitan dengan verbal dan menghendaki proses berpikir analitis, abstrak, dan logis, serta operasi urutan kegiatan/prosedur yang teratur. . Belahan otak kiri mengatur kegiatan tubuh bagian kanan. Belahan otak kanan berfungsi memproses informasi-informasi yang bersifat non verbal, yang menghendaki proses pikir secara holistik, intuitif, imajinatif, dan mengatur kegiatan tuguh sebelah kiri. Pada hakikatnya, kedua belahan otak tersebut dalam memproses informasi yang diterimanya saling bekerjasama sesuai dengan fungsi masing -masing melalui syaraf-syaraf yang terdapat dalam corfus callosum. Selanjutnya, lobus frontalis atau frontal lobe merupakan bagian cortex yang memegang peranan utama dalam menghasilkan kreativitas. Area ini merupakan area yang berfungsi melakukan kegiatan divergen, dengan demikian apabila frontal lobe distimulasi berarti mengembangkan kreativitas.
Informasi Tambahan (Midbrain/Mesencephalon) : Otak Tengah Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai stasiun relay untuk informasi pendengaran ( inferior coliculli ) dan penglihatan ( superior coliculli )otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata, beberapa bagian otak tengah disebut nucleus merah (red nucleus) dan substantia nigra berfungsi dalam mengontrol gerakan badan. Substantia nigra berwarna gelap berisi banyak neuron yang memproduksi dopamine, kekurangan zat tersebut menyebabkan parkinson. Otak tengah merupakan bagian dari batang otak yaitu tectum dan tegmentum Kegunaan mengaktivasi otak tengah, adalah untuk meningkatkan konsentrasi, daya ingat, kreativitas, blindfold activitas ( 5 – 12 tahun ) Dampak yang harus diperhatikan adalah bisa menyebabkan mental stress yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak
D. Kreativitas sebagai Aktualisasi dari Gifted dan Talented Clark 91983: 125) seperti yng dikemukakan Jamaris (2004: 61), bahwa aktualisasi tertinggi dari individu yang dikelompokan ke dalam individu gifted dan talented, yaitu individu yang memiliki IQ 130 – 150 ke atas, yang digambarkan dalam suatu model yang dikenal dengan Model Integratif, sbb : Berpikir Intuisi Kesediaan untuk berpikir rasional yang dikembangkan melalui kegiatan yang dilakukan secara sadar Kemampuan dalam memadukan berbagai kemampuan berpikir yang ada dialam bawah sadar yang diungkapkan secara tidak sadar dalam pemecahan masalah kreativitas Kepekaan Tingkat Kemampuan dalam mengaktualisasikan atau memfungsikan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan massalah atau menciptakan suatu produk yang baru, bermanfaat dan diterima oleh oranglain Kecerdasan emosi Keuletan dan kesabaran untuk menghadapi berbagai ketidakpastian, keteguhan dalam mempertahankan ide dan produk yang dihasilkan
E. Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Kreativitas 1. Aspek Kognitif Kemampuan berpikir yang dapat menghasilkan kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah atau dalam menghasilkan produk baru mencakup kemampuan dalam mensintesis, emnganakisis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan berbagai informasi yag mengahasilkan berbagai informasi. 2. Aspek Intuitif dan Imajinatif Kemampuan yang ada dibawah alam sadar dalam mengolah informasi secara holistik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh belahan otak bagian kanan yang menghasilkan kreativitas. 3. Aspek Kepekaan dalam Penginderaan Kepekaan ini menghasilkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak disadari oleh orang lain. 4. Aspek Kecerdasan Emosi Berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpastian, dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan aktivitas yang menghasilkan kreativitas.
F. Karakteristik Kreativitas Guilford (Sternberg dan Williams, 2012: 5), menjelaskan bahwa kretivitas adalah hasil kerja dari perpaduan antara berpikir divergen , konvergen, dan evaluatifyang diwujudkan dalam bentuk kemampuan untuk menyeimbangkan kemampuan mensintesis, menganalisis dan menerapkan berbagai informasi yang terkumpul untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu kreativitas dapat diidentifikasi melalui flesibility atau kelenturan, fluency atau kelancaran, dan originility atau keaslian serta sensitivity atau kepekaan dalam merespon masalah. § Flexibility adalah kemampuan dalam memilah berbabgai konfigurasi informasi yang berkaitan dengan klsifikasi, relasi dan sistem yang berbda-beda dan mensisntesisnya ke dalam berbagai alternatif untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang baru. § Fluency adalah kemampuan untuk menjelaskan hasil yang diperoleh dari berbagai alternatif yang digunakan dalam memcahka masalah. § Originality adalah kemampuan untuk menghasilkan berbagai transformasi informasi secara orisinil ke dalam berbagai bentuk penerapan yag sesuai dengan pemecahan masalah –masalah yang belum dilakukan sebelumnya. § Elaboration adalah bentuk perluasan dari suatu informasi yang diterima sehingga menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan apa yang telah ada sebelumnya. § Sensitivity adalah kemampuan dalam mengevaluasi berbagai ketidak sesuaian atau berbagai ketimpangan yang ada. Hasil evaluasi tersebut digunakan untuk melalkukan perbaikan dan poeningkatan.
G. Kreativitas dan Pengembangan Kemapuan Kognitif Anak Usia Taman kanak - Kanak Ditinjau dari perkembangan kognitif, anak usia taman kanak-kanak atau anak yang berusia 4 -6 tahun berada dalam fase praoperasional ( Jamaris, 2004: 64 – 65 ). Perkembangan kognitif pada masa ini ditandai dengan kemampuan anak untuk melakukan yang berkaitan dengan representasi mental, ayitu kemampuan untuk menghadirkan benda, objek, orang, dan peristiwa secara mental. Hal ini berrati anak telah memiliki kemampuan untuk membayangkan berbagai benda, objek, orang, dan peristiwa didalam pikirannya, walaupun semua hal tersebut tidak hadir secara nyata dihadapannya. 1. Karakteristi Kemampuan Berpikir Praoperasional ü Melakukan peniruan ltingkah laku yang ditampilkan oleh orang, hewan dan peristiwa yang terjadi disekitarnya ü Bermain simbolik, yaitu kegiatan bermain yang menghadirkan objek dan peristiwa yang terlibat dalam kegiatan bermain secara simbolik, misalnya menyusun kursi membariskannya dan menganggapnya sebagai kereta api. ü Bahasa simbolik, yaitu kegiatan bercakap-cakap yang dilakukan pada waktu bermain simbolik.
2. Keterbatasan Kemampuan Berpikir Anak pada Fase Praoperasional Kemampuan berpikir praoperasional memiliki berbagai keterbatasan, sbb : Ø Berpusat pada satu objek degngan mengabaikan objek yang lain yang berada disekitar objek tersebut. Ø Belum mampu berpikir secara logis Ø Belum memahami kejadian-kejadian yang berkaitan dengan konversi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran, bentuk dan volume Ø Belum mampu memahami irreversilibilty, yaitu suatu prosedur kegiatan yang dilakukan secara terbalik, misalnya memasang kancing baju yang seharusnya dimulai dari atas, diganti dengan memulainya dari bawah. Ø Egosentris, yaitu ketidakmampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. 3. Strategi Pengembangan Kreativitas, Kemampuan kognitif, dan Afektif Triffingger, Speede & Bruner (1974: 20 -30, seperti yang dikemukakan oleh Jamaris, 2004: 66 -67) mengemukakan bahwa pengembangan kreativitas dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif anak Ø Tahapan dalam pengembangan kreativitas terdiri atas tiga tahap yang dimulai dari tahap I, II, dan tahap III. Ø Pengembangan kreativitas sejalan dengan pengembangan kemampuan kognitif dan kematangan dalam bidang psikososial atau afektif yang dituntut dalam melakukan kreativitas Ø Kemampuan untuk berpindah dari tahap I ke tahap selanjutnya sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial, yang diwujudkan dalam bentuk sikap dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kreativitas
Kognitif Indefendent inquiri mengarahkan diri pemanfaatan sumber pengembangan produk Kognitif Analisis sintesis evaluasi kemampuan imajinasi Tingkat III Keuletan, Ketabahan, Kesabaran Tingkat II Proses berpikir dan kepekaan Afektif Internalisasi nilai-nilai keteguhan dalam mengaktualisasi kemampuan diri keterlibatan dalam menghadapi berbagai tantangan secara nyata aplikasi Afektif Kesadaran dan keterbukaan terhadap konflik, relaksasi dan pengembangan peningkatan rasa aman proses mengembangkan fantasi dan penelitian penginderaan Kognitif Kelancaran Fleksibilitas Originalitas Elaborasi Tingkat I Fungsi Divergen Afektif Rasa ingin tahu kemampuan untuk memberikan respons kesediaan untuk menerima pengalaman berani mengambil resiko kepekaan terhadap adanya masalah kesabaran terhadap ketidakpastian percaya diri
4. Pemanfaatan kemampuan Berpikir Pengembangan Kreativitas Anak Simbolik dalam Fantasi atau imajinasi anak dalam fase operasional tampil dalam berbagai aktivitas, baik pada waktu bermain, berbicara taupun melakukan kegiatan yang lain. Semua hal tersebut adalah refleksi dari kreativitas anak. Kegiatan bermain yang mengembangkan kreativitas, antara lain diuraikan pada bagian berikut ini …. Berbagai jenis permainan yang mengembangkan kreativitas Permainan fungsional: permainan yang mengembangkan fungsi kognitif, Bahasa, psikososial, fisiologis Puzzle Games Balok Menggambar Bermain bola Berlari Berjongkok dll Permainan kemampuaan dasar akademik : Kemampuan dasar matematika Kemampuan dasar membaca Kemampuan dasar menulis Permainan penyusunan pola Permainan bentuk geometris Permainan alphabet Permainan pembentukan kata Permainan konsep matematika Permainan melipat, menggaris, menggambar dll
Permainan Makro dan Mikro Main peran Mikro Bahan-bahan berukuran kecil Main makro Rumah boneka, perabotan dan ruang kereta api, rel, lokomotif dan gerbongan, Bandar udara, pesawat dan truk, kebun binatang, boneka-boneka binatang liar, jalan-jalan kota, orang, dan mobil Alat berukuran seperti ssesungguhnya yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran Dokter Perawat Pemadam kebakaran Pak Pos Sekretaris Pedagang Penjual bunga
H. Implikasi Berpikir Simbolik dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Berbagai usaha untuk mengembangkan kreativitas anak yang berada dalam praoperasional, khususnya dalam kondisi-kondisi yang kondusif bagi usaha pengembangan kreativitas anak (Jamaris, 2004: 69) seperti yang dijelaskan sbb: Ø Memberikan berbagai kesempatan untuk kemunculan perilaku yang kreatif. Permainan simbolik yang dilakukan anak merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan anak. Ø Memperlihatkan pada anak bahwa fantasi dan imajinasi yang ditampilkannya memiliki nilai-nilai tertentu Ø Meminta anak untuk menceritakan tentang fantasi dan imajinasinya, misalnya menanyakan pada anak apa yang digambarnya, mengapa ia menggambarnya dll. Ø Hindari memberi contoh atau mengarahkan pemikiran anak, kecuali memang sangat dibutuhkan.
I. Mengemas Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Simbolik dalam Pengembangan Kemampuan Dasar IPA Anak di Taman Kanak-Kanak Pengenalan alam dilakukan anak dengan berbagai aktivitas sensomotorik yang dilakukan sejak lahir sampai usia dua tahun. Pada masa ini anak mengenal alam dengan menggunakan kemampuan panca indera yang dimilikinyayang selanjutnya diikuti dengan kegiatan motorik, misalnya melihat benda lalu berusaha menjangkau benda yang dilihatnya, menggam, menghisap mencium serta aktivitas lainnya. Pengalaman anak tentang alam yang sudah dimilikinya sejak usia dini akan berfungsi apabila dikembangkan secara seksama melalui berbagai kegiatan di Taman Kanak-Kanak, untuk mewujudkan hal tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Strategi Pengembangan Kemampuan Dasar IPA di TK Cara berpikir ilmiah terwujud dalam serangkaian kegiatan yang dimulai dari menyadari adanya suatu permasalahan, berusaha menemukan fakta-fakta yang terkait dengan permasalahan tersebut, mengemukakan hipotesis, dan menguji kebenaran hipotesis. pengenalan anak terhadap berbagai konsep yang berkaitan dengan IPA dilakukan dengan kegiatan tersebut dan dapat dikemas oleh sekolah dengan menyajikannya secara berurutan. Kegiatan ini dimulai dari membedakan ciri-ciri suatu objek dengan objek yang lainnya, mengelompokan objek yang memiliki ciri-ciri yang sama dan memberi label.
2. Strategi Pengemasan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Simbolik dalam Pengembangan Kemampuan Dasar IPA di TK a. Pemanasan : Keterbukaan terhadap Ide-ide dan Pemikiran Baru b. c. d. e. Dalam fase ini guru mengajak anak untuk mendiskusikan berbagai ide dan saran tentang kegiatan yang akan dilakukan, misalnya guru mengemukakan pertanyaan yang menimbulkan konflik di dalam pemikiran anak, “anak-anak, mari kita pikirkan apa yang paling penting dilakukan saat ini? ” Menemukan Fakta Bisa menyebutkan ciri-ciri suatu benda Mengklasifikasikan benda yang sama dan memisahkan benda yang berbeda Menyebutkan nama-nama benda yang masih satu keluarga Menemukan masalah Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mengenai sebuah dampak misalnya apabila ikan dalam aquarium airnya dikuras apa yang akan terjadi terhadap ikan tersebut? Mengemukakan Hipotesis Mencari pemecahan masalah misalnya dengan cara mengajukan pertanyaan “apa yang harus dilakukan untuk menolong ikan yang mengap tersebut? ” Pembuktian Kebenaran Hipotesis (Evaluatif) Misalnya dengan membantu ikan yang mengap-mengap tersebut dimasukan kembali ke dalam aquarium yang telah diisi air kembali
- Slides: 22