Oleh Warjio PARADOKS PEMBANGUNAN PEMBAGIAN WILAYAH DUNIA PERSOALAN
Oleh Warjio PARADOKS PEMBANGUNAN
PEMBAGIAN WILAYAH DUNIA
PERSOALAN PEMBANGUNAN Konsep Pembangunan dan hasil-hasilnya, hingga kini masih terus diperdebatkan. Ditinjau dari sudut teori, sulit untuk mengatakan bahwa ada persamaan pandangan mengenai pembangunan (Binder, 2011, Calvert & Calvert, 2001, Meier & Baldwin, 1964, Muhammad Syukri Salleh, 2003, Andrinof Chaniago, 2012, Arief Budiman, 2000).
PARADOKS PEMBANGUNAN Meskipun laporan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2012 menyebutkan bahwa target MDGs 1, yaitu menurunkan separuh kemiskinan ekstrim dari tingkat tahun 1990 telah tercapai, namun kemiskinan itu sendiri tetap masih menjadi permasalahan di banyak negara (Judha Nugraha, 2014). Lebih dari itu, proyeksi pembangunan yang telah dicanangkan dilaksanakan di berbagai negara, kesenjangan justerus muncul dan menjadi persoalan yang berkaitan dengan moralitas
PARADOKS PEMBANGUNAN: PERSFEKTIF PAKAR Pada tahun 2003, Philip Quarles van Uppord dan Ananta Kumar Giri (eds) telah menulis buku yang berjudul A Moral Ciritique of Development. Karya mereka ini memaparkan bagaimana ketimpangan dan kesenjangan yang dalam telah terjadi dalam pembangunan. Bukan saja kesenjangan akan ekonomi dan keadilan di berbagai wilayah tetapi juga telah menimbulkan krisis moral pada tingkat yang kritis. Hal ini disebabkan karena pembangunan hanya dilihat dari aspek ekonomi dan hegemoni kekuasaan saja. Etika dan moral yang seharusnya menjadi pedoman dalam pembangunan justeru dibelakangkan.
PARADOKS PEMBANGUNAN: PERSFEKTIF PAKAR Pada tahun 1992, penerima hadiah Nobel, Amartya Sen menerbitkan satu buku yang berjudul Inequality Reexamined. Dalam buku tersebut, Sen melontarkan satu istilah terkenal yaitu development paradox. Development paradox yang dimaksudkan Sen merujuk pada timpangnya pembangunan antara negara maju dan negara berkembang serta antara pembangunan antara desa dan kota. Persoalan ini bersumber pada ketiadaan akses dan kebebasan yang dimiliki oleh masyarakat miskin
PARADOKS PEMBANGUNAN: PERSFEKTIF PAKAR Dua puluh tahun sebelumnya, yaitu tahun 1976, Mahbub ul Haq, telah menghasilkan karya, The Poverty Curtain, yang meneropong bagaimana telah terjadi ketimpangan pembangunan di dunia, dimana Negara Berkembang telah menjadi korbannya. Demikian juga karya fenomenal Michael P. Todaro (1977), Economic Development In The Third World. Tidak dapat dinafikkan, dua karya besar ini telah memberi inspirasi dan juga provokasi yang sangat berarti bahwa pembangunan ternyata memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi Negara Berkembang
PARADOKS PEMBANGUNAN: SEBUAH PENGALAMAN Hancurnya Dataran Tinggi White Thai, Vietnam daerah Mandailing Natal (Madina), --satu kawasan di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, beberapa tempat mengalami pencemaran akibat pembangunan dari kerja -kerja pendulangan emas baik dilakukan secara legal maupun ilegal. Hutan hutan masyarakat adat menjadi gundul, air menjadi tercemar dan sering terjadi konflik yang melibatkan masyarakat, pihak pengusaha dan pemerintah daerah. Persoalannya bersumber pada satu muara: pembangunan.
MENGAPA TERJADI PARADOKS? Intervensi Internasional (PERSFEKTIF HUUBUNGAN INTERNASIONAL) intervensi dari suatu negara besar terhadap negara berkembang yang berakhir dengan penghisapan negara berkembang. Dengan kekuatan yang dimilikinya negara besar dapat mempengaruhi dan menjadi patron dari negara berkembang. Sebagaimana disebutkan Saner, Raymond dan Yu (Kinasih, Febriyani & Sulistyoningsih, 2012: 18) bahwa dalam politik internasional dikenal diplomasi publik sebagai akibat meluasnya aktor-aktor dalam hubungan internasional. Jika sebelumnya negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional, maka sekarang terdapat aktor -aktor non-negara yang turut memberikan pengaruh pada kebijakan global dan kebijakan nasional.
MENGAPA TERJADI PARADOKS? INTERVENSI EKONOMI Ahli-ahli ekonomi seperti Myint, Presbich, Singer, Lewis dan Myrdal telah mengembangkan suatu teori tentang pengisapan negara-negara terbelakang secara internasional. Mereka berpendapat bahwa di dalam perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang tidak seimbang; akibatnya keuntungan perdagangan lebih banyak mengalir ke negara-negara maju (Jhingan, 2010: 38). Mereka berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri justeru memperlambat pembangunan negara berkembang. Hal yang perlu kita tegaskan adalah bahwa barang-barang yang diproduksi di Negara Berkembang dan kemudian dijual di kota-kota besar dunia seperti New York, Paris maupun London, adalah barang-barang pabrik utama (manufaktur) yang dihasilkan oleh TNCs (Transnational Coorporations), oleh anak perusahaan mereka dan subkontraktor mereka di negara-negara berkembang.
MENGAPA TERJADI PARADOKS? GLOBALISASI Menurut Budi Winarno (2008: 2) konsep Globalisasi sebagai konsep yang sudah digunakan untuk memfokuskan pembahasan pada interaksi yang terjadi antara kekuatan modal global (global capital) dan pemerintah-pemerintah) yang beroperasi pada tingkat negara berdaulat (sovereign state). Sejak 1980 -an gelombang globalisasi tersebut meningkat tajam, baik dari segi intensitas maupun cakupannya. Proses konvergensi yang bisa disaksikan akibat globalisasi dewasa ini praktis telah menyentuh ke tingkat sistem, proses, aktor dan event. Globalisasi tentu saja telah mengundang kritik. Mereka umumnya mengatakan bahwa sistem keuangan dunia saat ini telah mendorong adanya kecenderungan yang berbahaya, yakni lahirnya suatu bentuk eksploitasi baru yang dilakukan oleh financial-driven economies terhadap good producing economies (Budi Winarno, 2008: 4, Stiglitz, 2003) ini disebabkan oleh kelompok negara-negara maju yang memiliki kebebasan yang sangat besar dalam merekayasa bentuk-bentuk transasksi keuangan yang bersifat semu.
IMPLIKASI MUNCULNYA LINGKARAN KEMISKINAN Di sinilah kemudian muncul apa yang disebut dengan Lingkaran Setan Kemiskinan menurut Nurkse (Jhingan, 2010) adalah deretan melingkar kekuatan-kekuatan yang satu dengan yang lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan melarat. Si miskin, misalnya, selalu kurang makan; karena kurang makan, kesehatannya menjadi buruk, karena fisiknya lemah kapasitas kerjanya rendah; karena kapasitasnya rendah penghasilannya rendah, dan itu berarti miskin. Lingkaran setan kemiskinan pada pokoknya berasal dari fakta bahwa produktivitas total di negara-negara berkembang sangat rendah sebagai akibat dari kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan keterbelakangan perekonomian.
LINGKARAN SETAN KEMISKINAN PERMINTAAN kurang modal PENAWARAN produktivita s rendah investasi rendah pendapata n rendah permintaan rendah kurang modal Produktivit as rendah kurang modal tabungan rendah investasi rendah
PERSOALAN KEMISKINAN: PERSFEKTIF PARADOKS Pada tahun 2000, telah terbit buku The Culture Matters: How Values Shapes Human Progress, yang dieditori oleh Lawrence E. Harrison dan Samuel P. Huntington. Buku ini sebenarnya merupakan kumpulan tulisan dari para pakar sosial dan politik yang mengkonsentrasikan pada pembangunan. Sesuai dengan judulnya, buku ini meneropong persoalan pembangunan dengan penekanan pada peran nilai-nilai dalam pembangunan. Dengan bantuan dan pendanaan dari Harvard Universitys Academy for Internasional and Area Studies dan Harvard Weatherhead Centre for International Affairs (Amerika Serikat) tentu tidaklah susah untuk mengkampanyekan pemikiran bahwa keterbelakangan atau mandegnya pembangunan di negara-negara berkembang disebabkan nilai-nilai budaya dan politik yang dimiliki oleh negara-negara berkembang.
PERSOALAN KEMISKINAN: PERSFEKTIF PARADOKS Kajian Collier (2007) sebagaimana disebutkan di atas, sebenarnya menegaskan tesis kemiskinan di Negara Berkembang lebih banyak disebabkan oleh”kesalahan” dari Negara Berkembang sendiri, --sebagaimana disebutkan ilmuwan sosial dengan dukungan Harvard di atas. Dengan menggunakan konsep jebakan pembangunan (trap of development), yang menganalisis negara-negara Afrika, Collier (2007) menyimpulkan bahwa kemiskinan yang terjadi di Negara Berkembang (Afrika) disebabkan 4 hal dalam kaitannya dengan jebakan pembangunan. Ke-4 jebakan pembangunan itu adalah 1. Jebakan Konflik (The Conflict Trap), 2. The Natural Resource Trap (Jebakan Sumber-Sumber Alam), 3. Persoalan Tanah dan Hubungan Tetangga (landlocked and Bad Neighbor), 4. Buruknya Kepemerintahan dalam Negara Kecil (Bad Governance in A small Country).
KAJIAN BARU PERSOALAN KEMISKINAN Kajian terbaru mengenai kemiskinan khususnya berkaitan dengan kebijakan negara, telah dilakukan oleh Acemoglu & Robinson (2012). Melalui kajian mereka ini selama 15 tahun dengan cara melakukan perbandingan terhadap banyak negara-negara di dunia, disimpulkan bahwa kemiskinan yang terjadi di negara-negara di dunia ini disebabkan oleh persoalan dan latar belakang politik. Sebab-sebab demografi, budaya, iklim yang selama ini menjadi kambing hitam para peneliti sebagai penyebab kemiskinan dibantah oleh Acemoglu & Robinson (2012). Menurut mereka ini berbagai faktor itu, tidak ada sangkut pautnya dengan kesenjangan sebagaimana telah disebutkan di atas
PETA KEMISKINAN DUNIA
- Slides: 17