Oleh Mohamad Judha ASKEP NYERI KEPALA Nyeri kepala

  • Slides: 19
Download presentation
Oleh Mohamad Judha ASKEP NYERI KEPALA

Oleh Mohamad Judha ASKEP NYERI KEPALA

Nyeri kepala terbagi menjadi Nyeri kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas Nyeri dengaan patogenesis

Nyeri kepala terbagi menjadi Nyeri kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas Nyeri dengaan patogenesis yang tidak jelas

Nyeri kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas Peningkatan TIK Hipertensi intrakranial Iritasi meningel Artritis

Nyeri kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas Peningkatan TIK Hipertensi intrakranial Iritasi meningel Artritis kranial

Nyeri dengaan patogenesis yang tidak jelas Migren : gangguan periodik yang ditandai nyeri kepala

Nyeri dengaan patogenesis yang tidak jelas Migren : gangguan periodik yang ditandai nyeri kepala unilateral ( kadang bilateral) disertai muntah dan gangguan visual, oleh karena : Stress Latihan fisik Diet alkohol hormon

Tatalaksana migren Serangan akut Istirahat diruang gelap dan tidur Analgesik sederhana Anti emetik Atau

Tatalaksana migren Serangan akut Istirahat diruang gelap dan tidur Analgesik sederhana Anti emetik Atau jika perlu ergotamin Pemberian profilaksis serta pemicu makanan harus dihindari Pemberian inderal/propanolol

Nyeri wajah Gangguan trigeminal Mengenai pada usia 50 th, karena kompresi radiks sensori trigeminus

Nyeri wajah Gangguan trigeminal Mengenai pada usia 50 th, karena kompresi radiks sensori trigeminus • Nyeri pasca herpes • Nyeri wajah atipikal

Poin-poin penting pada nyeri kepala Neri kepal dapat menunjukkan proses phatofisiologisnya Migren dapat disertai

Poin-poin penting pada nyeri kepala Neri kepal dapat menunjukkan proses phatofisiologisnya Migren dapat disertai aura Aura migren dapat disertai aura Aura dapat menyerupai TIA atau Epilepsi Serangan migren dapat diterapu secara akut atau profilaksis Neuralgia trigeminal ditandai seperti ditusuk dg pemicu spesifik hilang dengan pemberian karbamazepin

Analgesik dan indikasinya untuk therapi KATEGORI OBAT Non Narcotic Analgesik 1. Ketaminophen (Tylenol) 2.

Analgesik dan indikasinya untuk therapi KATEGORI OBAT Non Narcotic Analgesik 1. Ketaminophen (Tylenol) 2. Acetylsalicylic acid (aspirin) Non. Narcotic and Nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) 1. Ibuprofen (motrin, Nuprin) 2. Naproxen (Naprosyn) 3. Indomethacin (indocin) 4. Tolmetin (tolectin) 5. Piroxicam (feldene) 6. Ketorolac (Toradol) Narcotic analgesik 1. Meperidine (demerol) 2. Methylmorphine (codeine) 3. Fentanyl (sublimaze) 4. Butorphanol (stadol) 5. Hydromorphone HCl (Dilaudid) Adjuvants 1. Amitriptyline (elavi) 2. Hydroxyzine (Vistaril) 3. Chlorpromazine (thorazine) 4. Diazepam (Valium) INDIKASI Nyeri post operatif sedang Demam Dysmenorrhea Nyeri vaskuler kepala Rheumathoid arthritis Injuri jaringan lunak Nyeri post operatif Nyeri traumatik yang parah Nyeri kanker (kecuali meperidine) MCI Anxietas Depression Mual Muntah

Berbagai penyebab nyeri kepala Terdapat hal yang Menghambat sirkulasi darah ke otak 1 menit

Berbagai penyebab nyeri kepala Terdapat hal yang Menghambat sirkulasi darah ke otak 1 menit Mengarah pada gejala-gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran Hipoksia Otak kekurangan oksigen Lama Menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron (infark)

Hasil Pengkajian a. Riwayat Kesehatan, keluhan utama yang diungkapkan oleh pasien saat masuk RS

Hasil Pengkajian a. Riwayat Kesehatan, keluhan utama yang diungkapkan oleh pasien saat masuk RS pada kasus ini adalah kejang saat tidur selama 5 menit. Secara umum kejang dapat timbul pada 10% - 20% pasien stroke. (Hudak & Gallo: 1996). Riwayat kesehatan dahulu, riwayat penyakit yang pernah diderita paisen adalah Hipertensi dan Diabetes Melitus yang > 10 tahun, Riwayat penyakit jantung beberapa bulan yang lalu dan merokok > dua bungkus sejak kecil. Beberapa literur juga menyebutkan bahwa stroke dapat didahului oleh gangguan aliran darah yang menuju ke otak. Kekurangan oksigen awalnya mungkin akibat iskemia umum (henti jantung, dan hipotensi) atau hipoksia karena proses anemia atau kesukaran bernafas. Sumbatan sirkulasi darah ke otak juga dapat disebabkan oleh embolus dari bekuan darah, plak ateromatosa fragmen, lemak, udara. Emboli otak kebanyakan berasal dari jantung skunder infark miokard atau fibrilasi atrium. Pada stroke hemoragi, umumnya pencetusnya adalah hipertensi (Hudak & Gallo: 1996).

b. Pemeriksaan fisik/ Biologis 1. Tanda-tanda vital, tanda vital dalam batas normal, kecuali tekanan

b. Pemeriksaan fisik/ Biologis 1. Tanda-tanda vital, tanda vital dalam batas normal, kecuali tekanan darah didapatkan Hipertensi umumnya dapat sebagai pencetus dari stroke (Hudak & Gallo: 1996). Selain itu hipertensi juga dapat terjadi sebagai akibat stress karena stroke, sakit kepala dan peningkatan TIK. (Ramli Y: 2006). 2. Mata, ukuran pupil isokor dengan diameter 4 mm, perubahan ukuran pupil saat diberikan stimulasi dapat mengindikasikan kerusakan otak. Penyebabdari reaksi pupil mengecil termasuk abnormalitas metabolisme dan disfungsi bilateral pada diensefalon. Pupil membesar (5 -6 mm) saat distimulasi mungkin mengindikasikan kerusakan midbrain. Pupil pin poin dan tak bereaksi terhadap stimulasi, mengindikasikan kerusakan pada pons dari batang otak. Pupil yang melebar unilateral mengindikasikan kerusakan saraf kranial ke III (okulomotorius). 3. Ekstremitas, pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan plegi pada ekstremitas atas kanan dan parese pada ekstremitas bawah kanan. Pada stroke yang mengakibatkan infark pada hemisfer kiri akan menyebabkan hemiparesisi atau hemiplegia pada tubuh sebelah kanan

c. Pemeriksaan Neurologi 1. GCS : E 4, M 6, Vdisphasia 2. Status mental

c. Pemeriksaan Neurologi 1. GCS : E 4, M 6, Vdisphasia 2. Status mental Tingkat kesadaran: Composmentis dengan GCS: E 4 M 6 Vdisphasia Kemampuan bicara: Disfasia. Pada kasus ini pasien mengalami disfasia, kondisi ini umumnya akibat infark daerah broca’(Hudak & Gallo: 1996). Many specific aphasic syndromes have been reported. Classic nosology of the perisylvian aphasias includes Broca, Wernicke, conduction, and global aphasias (www. emedicine. com) Orientasi : Orientasi waktu, tempat dan orang baik Daya ingat : Pasien masih dapat mengingat tanggal lahirnya, nama anaknya dan apa yang dimakan tadi pagi. Kemampuan menghitung: Pasien masih dapat menghitung walaupun butuh waktu yang lama Kemampuan mengenal benda: Pasien masih dapat menyebutkan benda-benda yang dikenalnya sehari-hari seperti gelas, sendok atau piring. Persepsi Visio spasial: sulit dikaji, karena pasien mengalami kelumpuhan pada anggota gerak sebelah kanan. 3. Tanda-tanda ransangan meningeal, Kaku kuduk tidak ditemukan, tanda lasigue >70 o/70 o dan tanda kernig > 135 o />135 o o 4. Saraf kranial, saat masuk RS ditemukan parese pada nervus VII dextra sentral, saat pengkajian parese pada nervus VII tidak ditemukan, tetapi parese ditemukan pada nervus V dextra. 0000 5555 5. Motorik, kekuatan otot 2222 5555

C. Pemeriksaan Penunjang 1. Hematologi, Pemeriksaan tgl 24/11/2006 didapatkan hematologi rutin darah semua dalam

C. Pemeriksaan Penunjang 1. Hematologi, Pemeriksaan tgl 24/11/2006 didapatkan hematologi rutin darah semua dalam batas normal, kimia darah: ureum darah : 53 (20 -40); Kreatinin darah : 1, 9 (0, 5 – 1, 5); Gula darah sewaktu: 146 Analisa Gas darah tgl. 24/11/2006 didapatkan p. H : 7, 396; p. CO 2: 37, 5; p. O 2= 146, 0; HCO 3: 22, 5; SO 2: 100, 4% Elektrolit serum : K: 4, 0; Na: 141 dan Cl: 102 Pemeriksaa tgl. 28/11/2006 didapatkan LED 80. 0 H (0, 0 -10, 0) dan yang lain dalam batas normal. Gula darah puasa : 123 mg/d. L dan Gula darah post puasa : 213 mg/d. L; PT: 12, 4 dan PT kontrol 11, 6; APTT 33, 2 dan APTT kontrol 34; INR: 1, 07 2. ECG, dari perekaman EKG tgl. 24/11/2006; didapatkan gambaran ST elevasi pada V 2 dan V 3

3. CTScan, dari pemeriksaan tgl. 24/11/2006 didapatkan kesan: old infark dikapsula interna kiri dan

3. CTScan, dari pemeriksaan tgl. 24/11/2006 didapatkan kesan: old infark dikapsula interna kiri dan old infark luas di lobus frontotemporoparietal kiri

Rencana Keperawatan Masalah Keperawatan : Gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan interupsi aliran darah Rencana

Rencana Keperawatan Masalah Keperawatan : Gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan interupsi aliran darah Rencana Tindakan Mandiri 1. Monitor indikator-indikator yang dapat menurunkan perfusi cerebral seperti 1. Tekanan darah, irama dan frekuensi jantung 2. Tanda-tanda PTIK 3. Saturasi oksigen 4. Kadar gula darah (Tiga unsur penting untuk memperbaiki area iskemik yang mungkin dapat terjadi pada area sekitar infark adalah kadar oksigen, glukosa dan aliran darah, Mc. Cabe M, (2005), Bradikardia dapat terjadi akibat adanya kerusakan otak. Disritmia dan mur-mur mencerminkan adanya penyakit jantung yang dapat menjadi pencetus CSV (seperti stroke setelah IM atau penyakit katup). Hipotensi dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat terjadi karena edema, adanya formasi bekuan darah) 2. Monitor tanda-tanda perluasan daerah infark cerebral 1. Ukur GCS 2. Pemeriksaan nervus kranial 3. Evaluasi kemampuan wicara 4. Evaluasi kekuatan otot 5. Evaluasi pupil (ukuran dan kesimetrisan) (Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP. Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor (III) dan berguna dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik. Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang mempersarafinya. Respon terhadap refleks cahaya mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial optikus (II) dan saraf kranial okulomotor (III). Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari lokasi/derajat gangguan serebral dan mengindikasikan penurunan/peningkatan TIK) 3. Informasikan kepada pasien untuk mencegah terjadi valsava manuver (hindari mengejan, batuk terlalu kuat) (manuver valsava dapat meningkatkan TIK dan memperbesar risiko terjadinya perdarahan) 4. Pertahankan tidur dengan elevasi kepala TT 30 o-45 o (Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral, meningkatkan venus return)

Program Medis 1. Aspilet 1 x 160 mg, (Asetosal) Berisi asam asetilsalisilat Indikasi, Nyeri

Program Medis 1. Aspilet 1 x 160 mg, (Asetosal) Berisi asam asetilsalisilat Indikasi, Nyeri ringan-sedang, demam dam anti platelet Dosis, 300 mg – 400 mg tiap 4 -6 jam, maksimal 4 gr/hari Efek Samping, iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan saluran cerna yang asimtomatis, bronchospasme Kontra Indikasi, anak usia < 12 tahun, anak yang sedang menyusui, ulserasi saluran cerna, hemofilia 2. Vit B 6 B 12 AF 2 x 1 3. Kaptopril 3 x 25 mg, berisi kaptopril Gambaran Umum, Bekerja menghambat pengubah enzim angiotensin I menjadi angiotensin II; umunya digunakan pada penderita hipertensi dengan DM; Saat menggunakan kaptopril sebaiknya penggunaan diuretik dihentikan untuk sementara. Indikasi, Hipertensi ringan – sedang, hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain, gagal jantung kongestif, post infark miokard, nefropati diabetik. Dosis, pada hipertensi awal 12, 5 mg 2 x/hr; pada gangguan ginjal awal 6, 25 mg 2 x/hr (dosis pertama sebelum tidur); dosis pemeliharaan 25 mg 2 x/hr, maksimal 50 mg 2 x/hr. Efek samping, Hipotensi, pusing, letih, mual, diare, kram otot, batuk kering, stomatitis, dipsnea, gangguan ginjal, hiperkalemia, urtikaria dll. 4. Tensivak 1 x 5 mg, berisi amlodipin besilat Gambaran umum, Tensivak adalah golongan antagonis kalsium. Bekerja dengan cara menghambat influks ion kalsium transmembran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat sel otot polos, otot jantung dan saraf, sehingga menyebabkan turunnya kontraksi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi) Indikasi, Hipertensi, profilaksi angina Dosis, Hipertensi atau angina, awal 5 mg 1 x/hr, maksimal 10 mg 1 x/hr. Efek Samping, sakit kepala, edema, faigue, mual, hiperfalisa gusi dan lain-lain. 5. B 6 B 12 AF 2 X 1

6. Simarc 1 x 1 tab, berisi natrium warparin Gambaran Umum, simarc merupakan antikoagulan

6. Simarc 1 x 1 tab, berisi natrium warparin Gambaran Umum, simarc merupakan antikoagulan oral mengantagonisasi efek vitamin K, dan perlu paling tidak 48 -72 jam untuk efek antikoagulannya berkembang sempurna. Indikasi, profilaksis dan pengobatan trombosis vena dalam, profilaksis embolisasi pada penyakit jantung rematik, embolisme paru, fibrilasi atrium dengan risiko embolisasi, serangan iskemia serebral. Dosis, 10 mg 1 x/hr selama 2 hari Efek samping, perdarahan, hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia, diare, hematokrit turun, mual, muntah, disfungsi hati. 7. Fenitoin 1 x 100 mg, berisi fenitoin Indikasi, semua jenis epilepsi, status epileptikus Dosis, oral dewasa 3 -4 mg/kg. BB/hr atau 150 mg – 300 mg/hr. Dosis tunggal atau terbagi 2 x/hr. Dapat dinaikan bertahap. Dosis lazim 300 mg – 400 mg/hr, maksimal 600 mg/hr. Efek samping, gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer, ataksia, bicara tak jelas, penglihatan kabur. 8. Simvastatin 1 x 10 mg (malam), berisi simvastatin Indikasi, Hiperkolesterolemia primer (Hiperlipidemia tipe Iia), pada pasien yang tak cukup memberikan respon terhadap diet dan tindakan lain yang sesuai untuk insiden kejadian koroner klinis dan memperlambat progresi aterosklerosis koroner pada pasien dengan penyakit jantung koronger. Dosis, 10 mg/hari (malam hari). Efek samping, Ruam kulit, alopesia, anemia, pusing, depresi, parestesia, neuropati perifer, hepatitis, pankreatitis.

Masalah Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada anggota gerak sebelah

Masalah Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada anggota gerak sebelah kanan Rencana Tindakan Mandiri 1. Kaji kemampuan fungsional masing-masing anggota gerak 2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam sekali 3. Lakukan latihan ROM pasif dan aktif pada anggota gerak ROM exercise dapat menurunkan kekakuan sendi dan menjaga agar sendi tetap fleksibel. Selain itu, ROM exercise dapat meningkatkan peredaran darah sehingga meningkatkan proses penyembuhan pada klien. (Kozier, Erb, Breman & Burke, 2000). 4. Ajarkan dorong pasien untuk melatih anggota geraknya yang lumpuh denga Latihan aktivitas sehari – hari Seperti menyisir rambut, mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet, memutar lengan dan mengangkat beban yang kecil – kecil. ( http: //www. kalbefarma. com/files/cdk/files/19 Fisioterapipada Frozen Shoulder. Diambil pada tgl 20/2/2006 5. Ajarkan keluarga untuk melakukan ROM pada pasien untuk mencegah kontraktur pada sendi. 6. Anjurkan keluarga untuk melatih ROM Contractures can occur at any joint of the body. This joint dysfunction may be a result of immobilization from injury or disease; nerve injury, such as spinal cord damage and stroke (Larson. (2002). Contractures. Diambil pada 17 Pebruari 2006 dari http : //www. Healtatoz. com. ) 7. Baringkan pasien dengan tepat menggunakan ganjalan bantal di TT, mencegah adduksi lengan 8. Berikan perlindungan tumit dan siku saat tidur 9. Kaji ekstremitas bawah secara teratur terhadap kemerahan, nyeri tekan dan suhu 10. Pasang stoking elastik sambil melakukan mobilisasi. Penggunaan stoking elastik untuk mencegah DVT 11. Kolaborasi dengan tim rehabilitasi

DAFTAR PUSTAKA Dirjend POM Depkes R. I (2000), Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Dirjend POM Depkes R. I (2000), Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Jakarta CV. Sagung Seto Doenges et al, (2000), Nursing Care Plane: Guidelines for Planning and Documenting Patient care. (Kariase & Sumarwati. Penterjemah), Edisi 3. Jakarta: CV. EGC Lombardo (2002). Penyakit Cerebrovaskuler dan Nyeri Kepala. Dalam Price & Wilson (Editor). Pathophysiology, Clinical Concept of Disease Processes. (02 -581). (Anugerah P. Penerjemah) Edisi 4, Jakarta : CV. EGC (Sumber asli diterbitlan 1995) Mc. Cabe M, (2005). Penatalaksanaa Pasien dengan Disfungsi Neurologi. Dalam Smeltzer & Bare (Ediotr). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-surgical Nursing. (02 -775) (Kuncara, dkk. Penerjemah). Edisi 8. Jakarta; CV. EGC. (Sumber asli diterbitkan 1996) Morton, et. al (2005), Critical Care Nursing: A Holistic Approach, 8 th Edition, Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Ninds. (2006). Aphasia. Diambil pada 12 Pebruary 2006 dari http: //www. ninds. nih. gov Priharjo. R, (1999). Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta; CV. EGC Stroke. (2006). Speech and Language Therapy after stroke. Diambil pada 10 Pebruary 2006 dari http: //www. stroke. org